m dibacakan
uni
ka pun tersebar seantero Indonesia. Pemilik usaha ritel kedua terbesar di Indonesia, meninggal den
sih ada. Masih dalam meeting penting yang dibahas di Pandeglang. Xena ingat, k
tak ingin beranjak dari sana sama sekali. Sekadar makan saja, Narti yang siapkan d
ang masuk dengan pandangan tajam ke arahnya. Tanpa ragu, pria itu pun tanpa permisi duduk di tepi ranjangnya. Tak jauh dari duduk Xena
enapa engga
kan wajah. Menggeleng
an,
a beri. "Pengin ikut M
mengendongnya. Membuat Xena menjerit tapi diabaikan. Hingga ia didudukkan dalam seda
ena eng
an,
buat Xena ciut nyalinya mendadak. Yang kini ia lakukan hanya meng
anpa Xena tau, ada sesal yang merayap di hatinya karena nada bicaranya tadi. Hingga deru mesin mo
oleh sekilas pada Xena yang juga mengimitasi
tatapan demikian teduh. Xena ingat, tatapan itu selalu Riga beri saat dirinya ada di antara Vally juga tunangannya itu. I
juga minta maa
tnya memejam sebentar. Menikmati. "Vally
Tersenyum girang karena hal ini sedikit banyak mem
, ada pembacaan akta waris d
lindap saa
*
ah meninggalnya
uni
ahnya. Mereka semua menatap Xena penuh minat. Seperti siap memberi kepalanya untuk dikekang oleh gadis lima belas tahun itu. Xena jadi
mereka sudah duduk di ruang tamu. Sebagi
it menunduk ke arahnya. Berusaha menena
a kenal sebagai rekan kerja ayahnya, Ronald Nasution. Ia sempat berjabat
ang ada di sana termasuk saat ia melirik ke arah putri bungsu dari orang yang ia segani selama ini. bukan hanya sebatas rekan kerja, hubungannya dengan ke
erjaannya akan berat tapi ia siap. Apalagi saat ia teringat seminggu lalu, Hanif dengan konyolnya mengirimkan satu surel. Yang memb
kala itu. Tadinya, Ronald tanggapi seloroan itu dengan senyum lega tapi menda
ribadinya. Dalam hal ini, bekerja di bawah naungan pribadi untuk dan atas nama keluarga inti Dirdja. Meliputi Bapak Hanif Dinandirdja se
milih menunggu karena Ronald sendiri tau, apa yang mereka tunggu. R
Dinandirdja, SE." Ronald menarik napasnya pelan. Surat wasiat itu memang pernah ia baca, segala point yang tertera di sana membuat keningnya
ali senyum kamu yang sehangat mentari pagi. Juga Vally, putri kebanggaan Papa sampai kapanpun. Jika seorang Ronald sudah membacakan surat ini di depan kalian, artinya Papa sudah bertemu
ngatannya. Duduk bersantai di sofa kesayangannya sembari membaca majalah bisnis. Ditemani Mommy di sampingny
ali dalam benaknya. Satu per satu nama keluarga dari pihak sang papa, mendapat bagiannya. Ia tak peduli. Pekerjaan a
Val beritahu, betapa bisnis Papa harus
alau kita
a tanggung jawab besar, Xena. Nanti kamu pasti tau. Sekaran
Xena be
tau cowok yang naksir kamu memangnya?" goda Va
u engga
sekeren Riga pasti
. Kak Riga memang keren, sih. Kak Va
a. "Suatu saat, akan datang pria seper
itu buyar begitu saja. Xena ingin memaki siapa pun yang menyentuhn
Riga Angkasa. Ini amanat
encemooh serta tak terima yang bersu
Pria ini hanya orang luar! En
enempatkan posisi tertinggi di sana. Lal
cil tapi paling tidak, nantinya Djena akan kembali ke tangan yang sah. Selama masa
, yang mengada-ada dengan sura
satu per satu semua orang yang ada di depannya. Xena tau, aura kelam yang Riga tampilkan dalam soro
. Masing-masing dari mereka saling berpandangan juga memberi tatapan tajam ke arah Xena dan Riga.
i, seorang Vallerie tidak bisa memimpin roda Djena, maka Aldrich Riga Angkasa sementara waktu yang akan mengurus semuanya. Pembagian dividen akan tetap ber
etahui. Dan kini? Ah, itu belum seberapa dibanding dengan p
g akan mengurus Xena hingga bisa memimpin Djen