tahu
uari
i wajah. Menyapa semua orang yang ada di rumah. Hingga ke tukang kebun pun, Xena hampiri sekadar
belas tah
masih menganga lebar. Aktifitasnya kembali tapi tak ada yang normal. Gempitanya menyambut hari sudah hilang. Seringnya mendung menjelang
anya. Semuanya masih sama. Tak ada yang berubah. Ia ingat, jikalau ia ketakutan dalam tidurnya, ia
anak, akan tetap menjad
hnya masuk ke dalam kamar, suar
dibacakan, percaya lah, hanya Riga yang selalu ada untuknya. Mengunjunginya saat makan malam, bertanya ini dan itu
ering melandanya. Bahkan tak jarang mereka saling menguatkan
. Padahal menurut aku, cantik warnanya tapi bisa melukai orang
Tapi memang benar yang Vally
kembali melanjutkan langkah. Hingga tib
am-macam dalam hidupnya. Pecinta aktifitas rumah dengan segala kehangatannya. Berbeda dengan Vally yang menyukai aktifitas di luar. Mengeksplorasi dirinya dengan ke
asa bersyukur dengan amat. Semua yang ada di sini, sangat berterima kasih dengan Riga. Pria yang
sebelumnya ia berbalik, membuat Narti menatapny
ta. "Enggak. Nona M
girang setelah memastikan kalau pria itu benar-benar ada di sana. Be
enaknya. Gadis itu melompat menerjangnya. Beruntung, Riga tak jatuh terje
ena posisinya lebih tinggi dari netra
alau seminggu belakangan, saya di-chat t
a menghangat tiba-tiba. Menciptakan satu keberanian dalam diri sang pria untuk menyentuh gadis itu, membenahi surainya yan
nk y
Xena. Agar gadis itu nyaman tapi sepertinya, Xena tak pedul
nyentuh ujung pelipis pria yang dekat dengannya kini. Merasa tak ada penolakan, Xena susuri dengan penuh l
. Mana mungkin ia lupa hari ini
a namun gadis itu menolaknya. Membua
Xena yang selalu serupa merah pada jam
enjadi seorang kakak
*
iwa la
i
ju tingkat lanjutan; kelas sebelas. Jangan tanya bagaimana ia gugup tapi Xena selalu ingat, ia bisa melaluinya. R
ang notabenenya adalah pihak keluarga. Riga sendiri pada akhirnya membatasi pergaulan Xena entah karena apa. Xena terbiasa menuruti semua ingin ayahnya.
lagi, suara guntur yang bergemuruh membuatnya berjengit kaget berk
baya itu segera menghampirinya. Suara Xena pasti terdengar hingga seantero rumahnya. Karena hanya ada Na
petir demikian memekak. Ia merasa ada yang janggal di sini. Lalu suara
utuh Narti atau Joko atau Didi. Tapi mereka semua di mana? Bayang mengerikan makin jadi dala
sana? Ia urung melaksanakan niatnya karena bayang hitam itu makin jelas tertangkap netranya. Pun derap langkah berat yang makin mend
, sesekali ia kuat berpegangan pada relling tangga. Otakny
Dia di
sudah ebrada di ujung tangga. Menangis ketakutan tapi kakinya terus berger
agi kalau orang-orang tadi bisa jelas
snya sudah megap-megap. Netranya berkeliaran sana sini mencari sosok tiga orang yang selalu ada di dekatnya. Geta
njerit ketakutan. Dan puncaknya, ketika tiba-tiba semua penerangan di rumahnya, mati
ib yang akan menyapanya. Hatinya sudah ketar ketir membayangkan segala hal buruk. buru-buru ia enyahkan walau sangat sulit. Paru-parunya bekerja ekstra pun kinerja jant
s saja
gga
LEPAS!!!
endangannya. Ia gunakan tenaga terakhirnya untuk mempertahankan diri. dan dal
. Kamu te
bertemu dengan netra hitam tegas milik Riga.
a pada bagian taman belakang. "P
rsembunyi di rumput pagar yang ditanam agak tinggi sebelum mena harus gerak cepat sebel
nariknya untuk kembali berlari. Xena abaikan kembali rasa sakit yang mulai menjalari diri. harapannya ada di sedan hi
ka di
a memburu mangsanya. Cekalan tangan Riga diperketat pun Xena. Hingga ia berhasil menca
akan menga
a! C
alam mobil pun, suara tembakan itu kembali nyaring terdengar. Dan dalam satu injakan gas, mobil itu melau
tu mengenai lengan Riga. dan saat xena
tercipta. Timah panas yang mengenainya cukup membuat ia kehilangan sedikit kendali. Namun bayang Hanif
ra. Ponsel Kak Riga di
a menuruti pya ulang t
ntaran baru kali pertama ia memegang benda yang menurutnya privasi milik orang lain it
frustasi. Sudah dua kali ia coba, kalau ketiga
Tahun lahir ka