un 2
a menghentikan. Matanya tetap tertuju pada satu titik, netra serupa boneka milik perempuan yang sudah tanggal
enuh damba dan tak akan mau beralih ke mana-mana. Hari ini adalah bayaran atas dua minggu menunggu kepulangan seorang Riga Angkasa.
g dari mereka lupa akal. Desah pun geram tertahan menjadi melodi yang padu, meng
deham cukup kencang mem
Xena kuliah, kalia
upa kalau Riga bisa terjatuh karena ulahnya. Tapi terlambat. Riga sudah mencium lanta
uh penekanan. "Kamu b
hal yang seharusnya ia lakukan. "Habis ... pulang kul
uda itu dengan pandangan kesal. Ia mengusap wajah pen
ya puas sekali menatap Kali-wanita cantik yang ia yakini titisan
ia cetak hanya di depan Xena. Demi Riga. Tak pernah ia pikirkan, kalau kegiatan panasnya di ranjang seorang Ri
a? Agak lupa. Soalnya seru bange
irinya dan Kaliandra. Si empunya kamar sudah bergegas ke toilet sekadar merapikan penampilannya
ja! Pik
ri di ranjang. Oh, tak lupa ia kunci pintu kamarnya hanya agar Riga tak menemuinya. Merupakan seb
ad itu selalu ia genggam kuat. Matanya memejam sembari berpikir, apa sebaiknya
yangkan serta tanya yang demikian banyak; sudah berapa kali seorang Riga An
ya bosan, terbayar dengan suguhan menjij!kan versi Xena tadi. Yang benar saja! Sed
an tas make up kecil. Mengabaikan rasa lapar yang tadi menderanya. Ia pikir, selain sejenak tertidur setelah mengisi perut kosongnya de
isuguhkan hal
e mana
intimidasi dan tanpa ad
Bagaimana Riga yang sudah berdiri dengan pongahnya, yang lebih sering menyebalkan ketimbang menyenangkan. Yang ba
Yang sampai kapan pun, sebenarnya membuat Xena bisa tegar berdiri di sini hingga
en
udah ada Riga yang menatapnya tanpa jeda. "Ma
an. Jangankan clubbing, mengenal bagaimana isi tempat itu saja Xena sudah bergidik ngeri. Walau banyak tema
duduk di salah satu sudut kafe di mall yang
i sudah bertumbuh semi-dewasa agar jangan memanggil dirinya d
gadis mau mendengar perintahnya. Xena bukan anak pembangkan, Riga bisa pastikan i
Riga selalu memenangkan, apa pun itu. Termasuk d
ini, Xena tak berbohong. Percuma membohongi seorang Riga
ena? Aku mau masak. K
sar rubah! Pandai sekali dia! Kali muncul di
ama makanan kalau enggak cocok." Xena berkata dengan senyum kecil yang d
a
Ia ingin menunjukkan betapa dirinya bisa bersikap seperti layaknya perempuan yang Riga ingink
liandra mencoba h
kamu mau bantu? B
. Wajahnya jenaka sekali seolah menerta
an bersama. Aku makan di luar saja. Happy friyeay," kata Xena sembari mendramatis
natap Xena dengan
a ik
i Xena membaha
l Tante
*
adi pilihannya. Sepertinya tepat mengingat sejak pagi ia memang hanya menyantap asal
rutnya yang kosong. Jikalau bukan karena kunjungan Kaliandra tadi di kantor, mungkin Riga m
rjebak bersama Xena di salah
menu andalan di sini. Restoran khas Manado di bilangan Serpong menjadi tujuan mereka. Xen
s bagi Xena, pria di sampingnya ini makin dingin dan kaku. Ucapannya singkat ditambah penuh perintah jug
Biasanya suara milik pria berusia tiga puluh lima tahun ini hanya un
ai k
ung. Tertumbuk pada satu pusat, Riga, ya
ngan Xena pada akhirnya. Lalu mendengkus pelan sembari
tak mengerti arah pembi
rja untuk kamu terus. Say
bagian. Belum lagi tumis bunga pepaya yang terlihat lezat pun ingin menambah nasi seka
ng tadinya tertahan di udara,
eketika bayang kedua orang tua serta kakaknya yang berpamit
santai. Menikmati makan tanpa melirik ba
ang aku dapat apa? Peti mati kakakku." Ia meletakkan sendok yang masih berisi nasi tadi dengan ag
sedih yang menderanya lagi. penuh pasti, sedih yang masih membayangi dirinya akan arti
ng lewat tepat di pinggir jalan restoran tempatnya makan tadi. "Kafe Amore'
*
n pada leher Xena. Biasanya Xena akan menjerit tak terima karena perlakuan Jess pad
pesanannya tanpa minat. Pun helaan napasnya yang
batnya dengan pandangan bingung. Sejak kedatangannya di kaf
annya tadi, menggantinya dengan sentuh lembut di bahu Xena. Tau kalau dirinya
tanya Xena pelan. Lebih ke arah gumana
lang a
menghabiskan Iced Capucinno pesanannya. Tadinya ia pikir, bertemu Jessy di sela kesib
kebat kebit. Xena tak ubahnya seperti gadis bisu yang sama sekali tak bersuara jikalau pikirannya ter
iki pemandangan yang membuatnya bisa tenang. Kaca jendela sengaja dipasang besar-besar di sana, hanya tertutup gorden besa
at. Ia harus kembali sebelum pukul delapan malam. Sejak kali pertama diri
a. Apalagi ingatannya dibentur pada satu waktu, kalau hari ini adalah Sabtu. Entah kebia
Xena ten
is diingatkan akan janji malam ini. Baginya Roy bisa menunggu d
malam ini. Ia sudah terbiasa menghadapa Riga, entah saat pria itu ada di apartement atau mengawasinya l
buat Xena kembali sendu. Pengaruh Rig
Kabari gue kalau sudah
dan senyum palsu. Tak ingin Jes
, seorang Riga Angkasa memang sedang mempersiapkan dirinya untuk meneruskan usaha milik ayahnya. Segala n
gga yang dramatis. Xena menatapnya cukup lama. Lalu menghela napas panjang karena bersiap, kembali dalam
ana k
nap tiga jam ia hilang dari radar Riga, pria k
mpu
sana. Say
n, menepikan langkah di sekitar halte. Duduk di sana. Menunggu. Membunuh waktu denga
seru milik Vally dan Hanif. Sementara Xena? Memilih membaca aneka komik kesukaannya sembari merebahkan diri
mata, mengisi rongga hatinya dengan banyak kenangan akan indah lima belas tahun bersama keluarganya. Secara utuh. Hingga deru mesin
" sap
tah apa-apa lagi. Sementara di sebelahnya sudah ada Rig
bah beban s
padanya. dan kata-kata itu makin sering diluncurkan Riga tanpa pria itu tau, betapa Xena ingin men
af,