..
g terdengar lirih memanggil dari
apa
kamu nelpon. Siap
ntuk menjawab. Eliza merasa tidak enak untuk mengatakan iya, kare
menelepon tadi itu benar-benar Edo. Hati Minah terasa diremas. Padahal ia sangat rindu pada Edo. Akan tetapi, anaknya itu tidak
sekali, kalau Eliza ingin mengalihkan perhatia
engah bicara dengan Edo, anak keduanya, satu-satunya putra yang ia miliki. Terbesit begitu saja rasa rindu pada anak laki-lakinya itu. Minah meletakkan kembali piring yang berisi lontong sayur itu, menunggu, berharap Edo akan bicara dengannya. Sebenta
ia mendengar suara Edo. Rasanya suda
enapa
lagi, kalau matanya sudah basah. Tangan keriputnya seg
du pada
yang mencelos karenanya
guatkan hati untuk tidak ikut menangis. Seulas senyum mengembang ia untai dalam kepahitan
h di
...." tukas Eliza lagi. Segera d
.." Minah terisak. Butiran air m
-
pada mata ibunya. Meski tidak diungkapkan, Eliza tahu, hampir setiap saat ibunya duduk di depan jendela,
e kamar. Ia berdalih kepalanya sedikit pusing. Padahal semua itu hanyalah ca
u apa-apa, pang
a .
menjauh. Ia urung menutup pintu dari luar. Langkahnya kembali mendekat pada Min
..
ki hanya ditanggapi Minah dengan diam,
kesehatan ibu," pungkas Eliza kembali. "Soal Mas ataup
liza memilih untuk bangkit. Ia berpikir,
a dengan Edo, kalau Eva bisa menelepon, mungkin hati ibunya akan s
... B
di sedang bermain di ruang tengah. Ia takut terjadi apa-apa lagi sama Zaydan. Kejadian tiga hari yang
an sudah berdiri tegak di atas lemari sepingg
llah,
Bun ...." Zea berusaha membela diri. Mungk
pikir, entah bagaimana caranya anak itu naik ke atas lemari. Padahal lemari sepi
berusaha memberi pengertian pada Zaydan. Berharap anaknya
memperlihatkan giginya yan
!" teriaknya seraya m
rang, Bun. Tapi, ga
Zaydan menolak, tentu saja tenaga Eliza belum bisa dikalahka
aktifnya dilarang, pasti Zaydan mengamuk. Mengan