A
rsama saya, saya tidak ingin
n, kali ini ia memperhatika
rin. Ia mulai membuka topik pembicaraan, agar men
ud
Arin lagi, kali ini membe
nah gagal dalam usaha dan kerja kerasnya
"Selamat atas ke
mana jika kita meray
tentu
a lalu bertanya, ia menatap A
ud ka
tidak menginginkan tas, jam tangan,
rin dulu. Dea sudah terlalu sering meminta berbagai macam hadiah kepadanya, hingga ia ha
ginkan apa-apa dar
, sifatnya juga berbeda. "Iya tidak apa-apa" ucap R
ani saya berena
ucap
**
k keluar lagi, mengingat Arin nasibnya tidak begitu baik jika berada di luar. Rafa melirik Arin, ia duduk di kursi malas, bahkan ia ti
lit renang. Pantas saja ia memiliki tubuh sempurna seperti it
gin berenang b
elesai mandi
saya" Rafa menunjuk, handuk ya
, dan melangkah mendekati Rafa
menyerahkan
senyum lalu mengambil h
nya otomatis tercerbur kedalam kolam. Sial, kenapa ia tidak menyadari bahwa R
ada kilatan berbeda di wajah Rafa.
ditemani berenang,
ya baru saja s
ang-senang, menikmat
itu yang
al yang ia kenakan sudah tidak berbetuk, serta rambut yang ia sis
ta bersama"
rsa
hu maksu
ketika tubuhnya begitu dekat, Rafa memeluknya. Rafa membawanya ke
ya tanya
pa
Rafa. Ia menyentuh tato yang terukir itu, "
di dadanya, sentuhan itu sa
isa membacany
dan dilihatnya satu persatu h
eat
h wajah Arin,
pa Br
wa, semua makhluk yang
tkan kita kepada Tuh
. "Ya, sepertinya begitu. Dulu saya bingung akan menulisnya apa, dan Breath menjadi
jah Rafa, ia bingung berkata ap
isakah kita bersama?" Ucap Rafa. Ia s
pan, hidungnya mancung seperti pedang. Matanya be
berani membal
wanita, ia bahkan sudah puluhan kali menyatakan itu. Ia tahu bahwa ia salah dengan t
dengan Arin. Dari awal ia sudah menciptakan kebohongan ini. Dan lama kelamaa
apa pasang mata menatapnya. Awalnya hanya sebuah kecup
*