/0/22952/coverbig.jpg?v=f2a0a4600973c44cd64e979bea8f7592)
Rumor menyatakan bahwa Fernanda, yang baru kembali ke keluarganya, tidak lebih dari orang kampung yang kasar. Fernanda hanya melontarkan seringai santai dan meremehkan sebagai tanggapan. Rumor lain menyebutkan bahwa Cristian yang biasanya rasional telah kehilangan akal sehatnya dan jatuh cinta pada Fernanda. Hal ini membuatnya jengkel. Dia bisa menolerir gosip tentang dirinya sendiri, tetapi fitnah terhadap kekasihnya sudah melewati batas! Lambat laun, ketika berbagai identitas Fernanda sebagai seorang desainer terkenal, seorang gamer yang cerdas, seorang pelukis terkenal, dan seorang raja bisnis yang sukses terungkap, semua orang menyadari bahwa merekalah yang telah dibodohi.
"Nona Fernanda, kami datang untuk menjemput Anda pulang."
Fernanda Morgan mengamati rombongan pria berjas rapi yang berdiri di hadapannya.
"Orang tua Anda telah mencari Anda selama bertahun-tahun tanpa lelah. Setelah mengetahui keberadaan Anda, mereka segera mengutus kami untuk menjemput Anda pulang," ucap seorang pria, yang tampaknya merupakan seorang kepala pelayan sambil tersenyum hangat. "Keluarga Harper sangat menantikan kepulangan Anda. Begitu pulang, Anda akan bertunangan dengan Pak Bobby!"
"Baiklah. Kalau begitu, ayo berangkat," ucap Fernanda sambil mengangguk pelan.
Setelah mengumpulkan barang-barangnya yang telah dikemas, dia masuk ke dalam mobil.
Perjalanan dari Kota Zhota, yang terletak di pelosok menuju Kota Esaham akan memakan waktu panjang, sedikitnya dua hari dengan mobil.
Saat senja menyelimuti langit, mereka tiba di kota kecil lain. Menemukan sebuah motel yang cukup layak, sang kepala pelayan mengusulkan agar mereka menginap semalam di sana.
Terletak di ujung lorong lantai dua dengan nomor kamar 201, bisa dikatakan kamar Fernanda merupakan kamar terbaik di motel itu. Sang kepala pelayan dan rombongan lain memilih untuk tetap berada di lantai bawah.
Malam itu begitu gerah dan kering, membuat AC tua di ruangan itu menjadi tidak berguna. Fernanda membuka jendela untuk mengundang angin sepoi-sepoi yang sejuk dan menyebabkan tirai menari lembut di udara malam.
Baru saja mandi, dia meredupkan lampu dan naik ke atas ranjang untuk tidur malam.
Saat nyaris tertidur lelap, dia terbangun karena suara keributan di luar.
Suara berikutnya di jendela menyadarkannya sepenuhnya. Saat dia bangkit berdiri, sesosok bayangan menerobos masuk dan melompat ke atas ranjangnya.
Dia merasakan sentuhan dingin dari sebilah pisau yang menempel di lehernya dan diikuti dengan suara yang rendah dan mengancam, "Jangan bergerak."
Tidak bisa bergerak, tubuh Fernanda menegang karena ketakutan.
Samar-samar, tercium bau darah yang amis dari lengan baju pria itu, yang mengingatkannya betapa bahayanya pria itu. Petunjuk ini memperingatkannya bahwa dia tidak boleh berbuat macam-macam dengan pria ini.
Di luar, keributan semakin parah. Tidak lama kemudian, suara ketukan yang kencang terdengar di depan pintu, diikuti dengan suara kasar bertanya, "Apa ada orang di dalam?! Cepat buka pintunya!"
Saat suara itu masih bergema, pisau di leher Fernanda menekan lebih dalam lagi.
Pria itu berkata memperingatkan dengan suara dingin, "Singkirkan mereka atau kamu akan mati."
Tangan kanan pria itu menahan pinggangnya, sedangkan tangan yang lain terus menodongkan pisau ke tenggorokannya.
Dilihat dari cengkeraman yang kuat dan gerakan yang penuh perhitungan, Fernanda menyadari bahwa pria ini tidak sedang bercanda.
Dalam keadaan terpojok, dia terpaksa menuruti permintaan pria itu.
Fernanda meyakinkan pria itu dengan suara lembut, "Oke, semuanya akan baik-baik saja."
Karena tidak ada jawaban dari dalam, orang yang baru saja mengetuk pintu menggunakan kunci utama untuk membuka pintu dan menyerbu masuk.
Mendengar suara itu, pria itu melepas kaus Fernanda yang longgar, lalu menariknya ke atas pangkuannya, memeluknya, dan memaksanya untuk mengangkanginya saat dia mengubah posisi.
Tepat pada saat itu, pintu terbuka lebar dan seberkas cahaya senter menyinari ruangan.
Merasa panik, Fernanda menjerit dan buru-buru membungkuk di atas pria itu agar tidak terlihat oleh orang-orang yang menerobos masuk itu.
"Sayang, hotel macam apa ini? Bagaimana bisa ada orang yang berani menerobos masuk seperti ini?" tanya Fernanda sambil memeluk pria itu erat-erat seolah merasa ketakutan.
Suaranya yang biasanya manis dan menggoda, kini terdengar sedikit jengkel bercampur pesona yang sangat memikat.
Tiba-tiba, Fernanda merasakan tubuh pria di bawahnya menegang.
Beberapa detik kemudian, pria itu melingkarkan lengannya ke tubuhnya dan membalikkan badan dengan cekatan sebelum menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.
Saat selimut itu bergeser, bisikan lembut pria itu menyatu dengan irama napas mereka yang teratur, menggambarkan suasana sensualitas yang tersembunyi.
Tidak siap menyaksikan pemandangan intim di hadapan mereka, rombongan itu berdiri membeku di depan pintu dengan wajah memerah karena malu.
Meskipun demikian, pasangan di dalam ruangan tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan aktivitas intim mereka seolah-olah tidak ada orang lain di sana.
Satpam motel itu terkekeh dengan tidak nyaman dan berkata, "Sepertinya mereka sedang sibuk. Mungkin sebaiknya kita pergi."
Merasa tidak terima, salah satu pria melewati sang satpam dan memasuki ruangan dengan langkah cepat.
Saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat, detak jantung Fernanda melonjak cepat. Mungkinkah orang-orang itu akan mengangkat selimut untuk memeriksa?
Sebuah pisau yang tajam menekan sisi tubuhnya, di mana ujungnya yang runcing menggores kulitnya dan membuat tubuhnya yang sudah tegang menggigil.
Mendengar suara langkah kaki itu berhenti di samping ranjang, Fernanda memberanikan diri untuk mencondongkan tubuh lebih dekat ke pria di bawahnya.
Ketika selimut itu diangkat, cahaya senter yang menyilaukan menyinari punggung Fernanda dan memperlihatkan sekilas punggungnya yang halus.
Di atas ranjang yang empuk, gerakan mereka terus berlanjut tanpa henti. Bibir Fernanda bertemu dengan bibir pria itu dalam ciuman penuh gairah. Rambutnya terurai menutupi wajah pria itu, sementara tangan pria itu membelai sisi tubuhnya dengan lembut.
Erangan pelan yang lolos dari bibir mereka membuat suasana menjadi semakin intim.
Tiba-tiba, terdengar suara kencang dari luar ruangan yang memecah keheningan. "Bos! Ada sesuatu yang terjadi di jalan!"
Seketika, pria yang berdiri di samping tempat tidur bergegas meninggalkan ruangan itu.
Saat mendengar suara pintu dibanting tertutup, Fernanda melepaskan diri dan buru-buru turun dari ranjang.
Cahaya bulan menyusup melalui celah tirai dan menimbulkan bayangan halus di seluruh ruangan. Pria itu memperhatikan sosok ramping Fernanda yang tampak seperti siluet dalam cahaya yang pucat.
Momen yang baru saja terjadi kembali melintas di benaknya, ketika jemarinya menelusuri kulit Fernanda yang halus dan lembut. Ketika wanita itu mencengkeram lengannya, kulitnya yang halus menekan lengannya dengan lembut.
Rambut wanita itu tergerai menutupi wajahnya, di mana setiap helainya begitu halus dengan wangi yang lembut.
Suara wanita itu bagaikan melodi lembut yang menenangkan telinganya.
Wanita ini tenang dan cerdik. Dalam situasi seperti ini, alih-alih menyerah pada kepanikan, wanita itu menciumnya, sebuah ciuman yang begitu meyakinkan hingga menipu orang-orang yang mengejarnya.
Saat bersentuhan dengan bibirnya, bibir wanita itu terasa dingin dan menyegarkan, dan dia melakukannya dengan gerakan agak canggung, hanya menempelkan bibirnya tanpa gerakan lain, terlihat jelas bahwa itu adalah ciuman pertamanya.
Memikirkan hal ini, pria itu memecah keheningan dengan suara yang lebih lembut dan hangat dari sebelumnya, serta sedikit serak yang memikat. "Apa ini ciuman pertamamu?"
Dokter juga manusia, punya rasa, punya hati juga punya birahi
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.