/0/21814/coverbig.jpg?v=182b98476980bc40bc0920028bf833c2)
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Vila Keluarga Rahardi di Egal diselimuti dengan keheningan yang menyesakkan, hanya untuk kemudian dipecah oleh gema langkah kaki yang mendekat.
"Kak Yolanda, kenapa kembali secepat ini?" Salma Rahardi bersandar di kusen pintu, senyum angkuh terukir di bibirnya. "Pak Bram mungkin tua, tapi dia memiliki semua yang diinginkan para wanita, kaya, berpengaruh, dan dapat diandalkan. Seharusnya kamu merasa terhormat karena mendapat kesempatan untuk menjadi istrinya."
Ekspresi Yolanda Rahardi menegang.
Sebelum Salma sempat bereaksi, Yolanda melesat maju, telapak tangannya mendarat dengan keras di pipi Salma. Suara tamparan itu bergema di seluruh ruangan, mengiris kesombongan Salma.
"Kalau begitu, kenapa tidak kamu saja yang mengambil 'kesempatan' itu untuk dirimu sendiri, Salma?" Suara Yolanda tajam bagaikan pisau, matanya menyipit penuh cemoohan. "Kamu memasukkan obat ke dalam minumanku, bukan?"
Salma memegangi pipinya yang perih, kepercayaan dirinya hancur berkeping-keping saat bekas merah tajam dari jari-jari Yolanda membakar kulitnya.
"Yolanda! Dasar gadis sialan! Kamu sudah gila?" Talitha Ramadhani menyerbu ke depan, wajahnya berkerut mengerikan karena amarah dan ketidakpercayaan saat dia memelototi Yolanda. "Beraninya kamu menampar Salma?"
Brengsek! Dasar jalang tak tahu diri!
Bagaimanapun juga, Yolanda bahkan bukan putri kandung Keluarga Rahardi.
Tiga bulan lalu, kunjungan ke rumah sakit telah mengubah segalanya. Yolanda dilarikan ke rumah sakit karena cedera, dan apa yang seharusnya menjadi tes darah rutin justru menyingkap kebenaran dunianya.
Golongan darahnya yang langka tidak cocok dengan Jonas Rahardi atau istrinya, pasangan yang selama ini diyakini sebagai orang tua kandungnya. Pengungkapan itu menghancurkan keluarga tiga orang yang tadinya bahagia, Yolanda bukanlah darah daging mereka.
Dikuasai keputusasaan ingin mengembalikan keseimbangan keutuhan keluarga, Keluarga Rahardi meluncurkan pencarian menyeluruh untuk menemukan putri mereka yang asli. Mereka akhirnya menemukan Salma, seorang gadis yang meluncur mulus ke dalam kehidupan yang tak pernah dimaksudkan untuk Yolanda.
Sejak hari itu, Yolanda menjadi hantu di rumahnya sendiri, dianggap sebagai perampas yang tanpa sadar menikmati segala kemewahan yang sebenarnya diperuntukkan untuk Salma. Apa yang dulu menjadi haknya kini dinyatakan sebagai ketidakadilan, penghinaan terhadap hak Salma yang sah.
Jonas dan Talitha perlu menebus kesalahan dan kasih sayang yang tak pernah mereka berikan terhadap putri baru mereka itu.
Akan tetapi, menyingkirkan Yolanda begitu saja? Setelah semua kemudahan hidup yang didapatkannya? Itu tampak mubazir. Bram Wiratno, seorang rekan bisnis yang kaya raya, telah menyatakan perasaan tergila-gilanya pada Yolanda. Jika mereka dapat memainkan kartu dengan benar, menikahkannya dengan pria itu akan menjamin investasi sebesar sepuluh miliar rupiah.
Jadi, mereka pun menyusun rencana jahat.
Minuman yang sudah dibubuhi obat bius. Sebuah ruangan yang dipersiapkan untuk skenario pengkhianatan. Mereka bermaksud menyerahkan Yolanda persis seperti pion, ditandatangani dan disegel.
Namun, Yolanda telah menghancurkan rencana mereka, dan berhasil lolos dari cengkeraman pria tua itu tepat pada waktunya.
Dia menoleh pada Talitha, dengan sikap menantang yang tenang, suaranya membelah ruangan bagai bilah pisau.
"Dia membiusku, menghinaku, dan memperlakukanku seolah-olah aku adalah sampah. Jadi katakan padaku, bukankah tamparan itu pantas untuknya?"
Wajah Salma berubah, bibirnya bergetar sebelum dia memasang ekspresi terluka palsu. "Aku hanya memikirkan masa depanmu," jawabnya, suaranya terdengar begitu manis sampai memuakkan. "Ibu bercerita padaku bahwa keluargamu yang sebenarnya berasal dari desa miskin. Jadi menikah dengan Pak Bram akan mengangkat derajatmu. Tentu saja, itu suatu berkah."
Namun, di balik kepura-puraannya yang polos, darah Salma mendidih. Berani sekali Yolanda menamparnya?
Dia pasti akan membalasnya. Segera!
"Kamu kamu begitu meyakini bahwa menikah dengan orang kaya adalah suatu berkah, kenapa bukan kamu saja yang menikah dengannya?" Suara Yolanda sedingin es saat matanya yang menyipit, menembus langsung ke arah Salma dan Talitha.
"Dasar anak tak tahu terima kasih!" Suara Talitha bagaikan cambuk amarah, matanya menyala-nyala. "Beraninya kamu berpikir dirimu setara dengan Salma? Dia jauh lebih tinggi darimu! Salma sudah bertunangan dengan Reno Erawan, pewaris Keluarga Erawan yang bergengsi. Ikatan pemersatu yang sesuai dengan statusnya!"
Salma melangkah maju, senyumnya manis seperti sirup, tetapi matanya berbinar penuh kemenangan. "Itu benar, Kak Yolanda. Reno bilang padaku bahwa akulah cinta sejatinya, satu-satunya orang yang dapat dibayangkan bersanding di sisinya."
Kenyataan itu menggantung di udara seperti kabut yang menyesakkan. Yolanda telah menjadi tunangan Reno terlebih dulu, rencana yang direalisasikan jauh sebelum keberadaan Salma terungkap. Akan tetapi, saat asal usul Yolanda terungkap, pertunangannya pun dibatalkan. Salma mencuri tempatnya semudah saat seseorang mengenakan gaun yang dirancang dengan sempurna.
Bahkan Reno sendiri tampak bersemangat mengganti pasangan tunangannya, rasa sayangnya beralih ke Salma tanpa ada hambatan sedikit pun.
Pandangan Salma tertuju pada Yolanda, mengamatinya seperti predator yang sedang mengukur mangsa. Kelembutan wajah, kulitnya yang bercahaya, keanggunan seolah-olah terlahir menjadi bagian dari dirinya, Salma membenci semua itu. Perasaan iri mencengkeram dadanya, berbisa dan pahit, tetapi dia menutupinya di balik senyumnya yang sudah terlatih.
"Jangan takut, Salma. Jangankan mendekati Reno, menyebut namanya saja aku tidak sudi. Kalian berdua sungguh pasangan sempurna, perjodohan yang jelas membawa sial hingga hampir terkesan puitis. Pastikan saja kalian menyimpan sandiwara itu untuk diri kalian sendiri. Maksudku, tidak ada orang lain yang ingin celaka karena bersama denganmu ataupun dengannya." Bibir Yolanda melengkung membentuk senyum lambat dan meremehkan.
Jonas, yang merasakan ketegangan suasana mencapai titik puncaknya, akhirnya turun tangan. "Yolanda, ini semua demi kebaikanmu. Kami telah menemukan pasangan yang cocok untukmu, seseorang yang dapat menjamin masa depanmu. Tapi jika kamu bersikeras menolak, ya sudah. Mungkin sudah saatnya kamu mencari orang tua kandungmu." Meski mengetahui rincian rencana Talitha dan Salma, Jonas bahkan tidak mencoba untuk menghentikan mereka.
Dia tahu bahwa tindakan istri dan putrinya salah, tetapi kebenaran yang tak dapat disangkal tentang asal-usul Yolanda tidak memberi ruang baginya untuk tetap berada dalam Keluarga Rahardi.
Menghela napas pasrah, Jonas mengeluarkan sebuah amplop yang berisi dua puluh juta rupiah dan mengulurkannya padanya.
"Ambillah. Hanya ini yang dapat kami lakukan untukmu. Kami tidak sengaja membawamu ke sini dari Puga, dan kami yakin orang tua kandungmu masih tinggal di sana."
Puga merupakan sebuah daerah terpencil dan miskin, yang mampu bertahan sampai sekarang karena bantuan perusahaan, sebuah pengingat nyata betapa jauh dan asing Yolanda dari kehidupan yang dikenalnya.
Talitha mendengus sambil menyilangkan kedua lengan di depan dada. "Hmph, suamiku, apa kamu serius? Kita telah membesarkannya selama lebih dari sepuluh tahun. Kita tidak berutang apa pun padanya. Tapi sekarang kamu justru memberinya uang setelah dia dengan lancangnya menyerang Salma? Dia cuma parasit kecil yang tidak tahu terima kasih."
Tidak tahu terima kasih?
Yolanda tertawa getir dan sedih, tawa dinginnya membelah udara.
Keinginan mereka untuk membuangnya begitu saja benar-benar tak terbendung lagi, seolah-olah dia adalah hiasan lama yang tak lagi mereka inginkan, menyakiti hatinya lebih dalam daripada yang ingin diakuinya. Ketika pertama kali mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung mereka, dia telah mempertimbangkan untuk meninggalkan mereka dengan hadiah perpisahan yang signifikan, sejumlah uang untuk menjamin kesejahteraan mereka. Namun, sekarang? Gagasan itu terasa konyol.
Jonas tidak memiliki kemampuan untuk mengelola bisnis, dan Talitha hanya wanita pemboros yang gemar menghabiskan uang, menguras habis sumber daya mereka. Kalau bukan karena semua kerja keras Yolanda di balik layar, Grup Rahardi pasti sudah bangkrut sejak lama.
Matanya menegang saat dia menegakkan postur tubuh.
"Terima kasih atas niat baikmu, Pak Jonas, tapi itu tidak perlu," ucapnya, suaranya tenang dan tegas.
Tanpa menunggu jawaban, Yolanda berbalik dan menaiki tangga untuk mengemasi barang-barangnya.
Salma buru-buru berlari mengejar Yolanda.
Ketika Yolanda kembali ke lantai bawah, penampilannya tenang, hanya membawa sebuah tas hitam usang yang tersampir di bahunya. Ekspresinya tak terbaca, tetapi posturnya memancarkan perlawanan.
Salma mengikuti dari belakang, wajahnya menunjukkan kekhawatiran palsu. "Tunggu, Kak Yolanda! Jangan terburu-buru. Baju-baju ini belum pernah kupakai, jadi seharusnya masih baru, bawalah. Soalnya kudengar keluargamu yang asli ... yah, mereka miskin," ucapnya.
Dengan gerakan penuh perhitungan, Salma mengulurkan tangan dan meraih tas Yolanda.
Suara berisik terdengar ketika isinya jatuh berserakan di lantai marmer, menyita perhatian semua orang.
Di tengah barang-barang biasa terdapat sebuah gelang Chanel yang berkilauan, cahayanya memantulkan kilau bagaikan suar.
Salma mengeluarkan suara terkesiap yang berlebihan, tangannya memegangi dadanya. "Ini ... ini gelang yang Ayah berikan padaku minggu lalu! Bagaimana bisa gelang ini ada di tasmu?"
Bibir Yolanda melengkung membentuk senyum dingin dan mengejek.
Jadi ini rupanya rencana Salma, usaha terakhir untuk mempermalukan Yolanda.
Dia melirik ke Salma, tatapannya tajam seperti belati. Jika Salma menginginkan sebuah drama, dia tidak keberatan untuk memberikannya.
"Yolanda, bisa-bisanya kamu?!" jerit Talitha, suaranya bergetar karena marah. "Mencuri dari keluarga yang membesarkanmu? Setelah semua yang telah kami lakukan untukmu? Pantas saja kamu menolak dua puluh juta itu, ternyata karena kamu telah mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga! Pencuri dalam keluarga adalah aib yang terbesar!"
Kerutan di dahi Jonas makin dalam, berubah menjadi ekspresi marah besar. Dia melangkah maju, suaranya rendah dan penuh tuduhan. "Yolanda, jelaskan dirimu. Kenapa gelang yang kuberikan pada Salma bisa berada di dalam tasmu?"
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Menikah untuk sebagian orang adalah suatu kebahagian namun, berbeda dengan Ayudia. Gadis cantik itu, dipaksa untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Pernikahan yang terjadi nyatanya, membuat hidup Ayudia menderita. Aidan memperlakukan Ayudia bukan seperti seorang suami kepada istrinya. Pria itu dengan sangat tega menyiksa istri barunya begitu kejam. Aidan melakukan hal itu karena ingin membalas dendam, akibat kepergian sang istri pertama yang tak lain adalah kakak Ayudia. Pernikahan yang terjadi seperti neraka bagi Ayudia, dirinya dipaksa untuk melakukan apapun oleh Aidan. Bahkan perbuatan yang dilakukan oleh Aidan, menimbulkan sebuah trauma mendalam pada Ayudia. Mampukah Ayudia bertahan dengan pernikahan ini? Ada kebahagiaan yang datang pada hubungan mereka?
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Rhido tak pernah menduga masa lalunya yang hitam dan kelam, ternyata sangat berpengaruh pada kehidupan rumah tangganya bersama Lisda. Wanita yang dinikahinya karena telah berhasil membuat Rhido sadar akan kesalahan masa lalunya. Ketika Rhido sedang berjuang menghilangkan jejak masa lalunya, justru halangan datang dari istrinya. Ketika sedang mengandung anak pertamanya, Lisda justru meraskan gangguan yang membuatnya selalu kesakitan saat berhubungan badan dengan suaminya. Rhido yang teramat mencintai istri dan calon anaknya, rela bertahan tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya. Sampai akhirnya Rhido mendapat tugas kerja di daerah pedalaman Jawa Barat dan Kalimantan. Di sanalah godaan demi godaan datang silih berganti. Sanggupkah Rhido yang mantan bajingan itu bertahan dengan kesetiannya, atau malah sebaliknya. Lanas bagaimana nasib Lisda dengan anak yang baru dilahirkannya? Benarkah masa lalu Rhido yang penuh dengan aura mistis kembali menghantui dan menganggunya? Seperti apa aura dan gangguan mistis yang dia dapatkannya? Adakah pengaruhnya pada Lisda, istri sahnya?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.