Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
"Assalamualaikum, Pak. Ada tamu."
"Lah. Suruh masuk toh, Bu."
__-__
"Assalamualaikum, Pak."
"Waalaikum salam. Jadi ini toh yang dibilang Pak Hendra ada yang mau magang."
"Pak Hendra itu siapa ya, Pak?"
"Itu, Tata Usaha."
"Bukannya TU nya itu Bu Sinta, Pak."
"Yo sama saja, TU nya kan ada dua. Jadi nama kamu siapa?"
"Saya Jaka, pak."
"Oalah, saya Bapak Sulaiman, Kepala Sekolahnya. Panggil saya Pak Sulai saja, asal jangan Sule. Kalo panggil Sule tak jewwer kupinge."
"Ii, iyaa, Pak."
Hari ini, gw datang ke sekolah yang akhirnya menerima lamaran kerja Gw. Setelah mencari ke beberapa sekolah SD sederajat di sekitar rumah gw, akhirnya gw dapet juga, walaupun akhirnya dapet yang lumayan jauh.
Btw, Gw baru lulus kuliah beberapa bulan lalu, setelah sedari sekolah bercita-cita menjadi guru akhirnya Gw mengambil jurusan PGSD karena gw tergolong orang yang mudah akrab dengan anak kecil.
"Jadi, kamu tau sekolah ini darimana, Jak?" tanya Pak Sulaiman.
"Dari Bu Sinta pak, dia teman pengajian saya."
"Oh, gitu. Jadi udah kenal?"
"Belum pak, saya cuma kenal nama. Jadi waktu itu saya nanya ke guru saya, dan dia bilang ke saya kalo Bu Sinta kerja disini, jadi saya disuruh tanya ke Bu Sinta."
"Bu Sinta masih single loh, Jak."
"Terus kenapa ya pak? Hehehe" tanya Gw heran mendengar info dari Pak Sulai.
"Kamu kalo mau deketin, deketin aja. Asal jangan pacaran disini. Enggak bagus kalo diliat anak-anak."
"Hahahaha. Saya enggak mikir ke situ pak. Saya mah kerja aja dulu yang bener, kalo rejekinya udah bagus kan gampang nyarinya."
"Iya iya. Bener kamu, Jak. Nih, saya langsung aja ya kasih tau tugas-tugas kamu disini."
"Iya, Pak. Bagaimana?" tanya Gw sambil mengeluarkan sebuah buku catatan dan sebuah pulpen.
"Jadi, dua bulan yang lalu guru kelas 6 resign dari sini. Katanya ada masalah ekonomi. Akhirnya, guru kelas 4 yaitu Bu Nisa yang menggantikan. Dan karena kosong, kelas 4 kami carikan guru pengganti, dan sebulan yang lalu Bu Farhah masuk menggantikan Bu Nisa menggajar di kelas 4. Jadi tugas kamu adalah ... "
Gw mendengarkan dengan seksama dan bersiap untuk menulis.
" ... Kamu membantu Bu Farhah, karena dia kan guru baru. Walaupun sama-sama baru, seenggaknya kamu harus membantunya karena juga dia lagi belajar sama guru-guru yang lain. Terus, ini yang utama nih. Kamu bantu Bu Nisa di kelas 6, karena kan sebulan lagi sudah akan USMBN, kelas 6 lagi sibuk-sibuknya nih. Kamu bantu back up yah, segala sesuatu yang dikerjakan Bu Nisa kamu bantu, jadi kan kerjanya berdua, enggak kerasa capeknya."
"Siap pak. Sudah saya catat dan akan saya kerjakan."
"Yasudah, kamu temui Bu Nisa di kelas 6 sana, kalau enggak ada mungkin lagi di ruang guru."
"Baik pak, saya permisi." Gw bangkit dari sofa dan meninggalkan ruang kepala sekolah.
_____-–_____
Sebelumnya, izinkan gw untuk menggambarkan sekolah ini. Jadi, sekolah ini adanya di perkampungan penduduk, lumayan padat tapi tidak kumuh. Dan juga sedikit jauh dari jalan alternatif jadi lumayan sulit ditemukan. Gedung ini mempunyai dua lantai. Lantai pertama ada Ruang Kelas 1, 2A dan B serta Kelas 3 berjejer. Dan dipojoknya adalah WC Siswa Laki-laki, Perempuan dan WC Guru, lalu ada jalan kecil untuk masuk ke Kamar Petugas Kebersihan. Ada juga Lapangan untuk Upacara dan Olahraga, tapi bedanya adalah lapangannya tidak tembus ke langit, karena dibagian atasnya terdapat Lantai 2, maklum keterbatasan lahan. Dan juga ada Kantin diseberang WC. Di depan pintu masuk kantin terdapat tangga untuk menuju lantai dua.
Nah, di Lantai Dua ini yang paling enak menurut Gw. Enggak tau kenapa, mungkin karena ada Pantry nya dan di pojok ada tempat guru laki-laki untuk ngerokok. Jadi gini, setelah kita naik tangga ke lantai dua, di depan kita langsung terdapat Ruang Kelas 4, 5 A dan B serta Kelas 6 berjejer ke arah kanan. Di sebelah kiri kelas 4 itu ada Pantry seperti yang gw bilang tadi. Isinya, ya alat-alat dapur untuk guru dll ngeteh atau ngopi sekedar untuk bersantai. Nah, kalo kita masuk ke Pantry, disana ada pintu 2 yang bisa ditutup setengah badan. Disana tempat terbuka untuk guru merokok, jadi bisa ngerokok tanpa ketahuan murid. Didepan pantry ada Ruang Guru dan Tata Usaha, disela oleh Tangga, lalu Ruang Kepsek. Disamping Ruang Kepsek ada Aula yang juga dipakai sebagai Musholla untuk anak-anak melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah. Dan dipojok ujung lorong terdapat gudang. Begitu lah tadi sedikit room tour yang diberikan Bu Sinta sambil kami berjalan menuju Ruang Kepala Sekolah.
_____-–_____
*tok tok tok
"Assalamualaikum." Gw ketuk pintu kelas 6 untuk menemui Bu Nisa.
Tidak ada jawaban, gw memberanikan diri untuk melongok sedikit ke dalam kelas. Ya, itu ada Bu Nisa yang sedang sibuk fokus di depan laptopnya. Sebagai penggambaran, dia nampak seperti mamah-mamah muda dengan seragam guru yang nampak pas dengan dia. Sedikit lipatan pinggang terlihat, wajar sajalah bila sedikit gemuk. Tapi itu tidak menutup kecantikan wajahnya yang terlihat seperti muka orang arab itu. Dan toket, besar mengguntai. Gw yakin kalo dipegang pasti empuk kayak Squisy.
*Tok tok tok
"Assalamualaikum, Bu Nisa?"
"Eh, iyaa. Masuk." Bu Nisa nampak kaget karena konsentrasinya dipecahkan oleh pemuda yang akan membantu menyelesaikan pekerjaannya itu.
"Ini bu, saya ... "
"Jaka kan?" Dengan cepat Bu Nisa melanjutkan kalimat yang akan Gw ucapkan.
"Jadi, kamu disuruh Pak Sulai bantuin saya kan yah?" lanjutnya.
"Iya bu. Jadi, bantuin apa yah??"
"Saya sih enggak tau mau nyuruh kamu apa. Cuman ini, saya bingung nih." kata Bu Nisa sambil menggeser laptopnya agar Gw bisa melihat apa yang dia sedang kerjakan.
"Ada apa bu?"
"Saya kan disuruh masukin nilai anak kelas 6 dari mereka masih kelas 4. Dan kemarin saya udah minta Pak Hendra masukin data identitas anak-anak, tapi pas saya buka, entah kepencet apa jadi rusak semua rumusnya. Terus kan saya minta backupnya ke Pak Hendra, tapi dia bilang enggak nyimpen, soalnya disimpen langsung ke flashdisk saya. Terus saya minta tolong masukin lagi dianya kayak begitu, enggak mau gitu. Akhirnya ini saya kerjain sendiri manual semuanya." Bu Nisa menceritakan detail alasan mengapa ia tadi sangat fokus ke layar laptopnya.
"Ohh, kalo ini mah bu saya bisa."
"Ehh, bener kamu bisa??!!" tanya Bu Nisa dengan nada penuh harap.
"Iya bu, tapi kita mesti masukin rumusnya ke tiap-tiap cell ke tiap-tiap sheet."
"Yaudah ayo kita kerjain."
Saat itu, hampir semua anak-anak sudah meninggalkan sekolah. Tetapi beberapa guru masih ada yang mengerjakan pekerjaan di sekolah. Gw dan Bu Nisa sedang duduk berdua di kelas 6 mengerjakan pekerjaannya yang dia sebut-sebut sebagai aplikasi penilaian itu. Dan sambil mengerjakan, kami pun terlibat obrolan untuk saling mengenal satu sama lain.
"Itu, Jaka. Kelewat satu."
"Oh iya bu, yang ini ya?"
"Iya tuh. Kamu bisa komputer, Jak?"
"Lumayan bu, basic mah bisa. Asal jangan mentang-mentang bisa sedikit dikira bisa semua ajah. Hahaha."
"Ya seenggaknya bisa gitu. Kamu kuliah kan, Jak?"
"Iya bu, baru lulus bulan lalu."
"Ohh, bagus bagus. Akhirnya ada lagi generasi muda yang mengajar disini"
" .... " Gw tetap mengerjakan aplikasi itu, karena bingung mau jawab apa.
"Rumah kamu dimana, Jak?"
"Enggak jauh setelah mall situ, Bu. Ibu tau ga?"
"Oalah, deket rumah Bu Farhah itu. Kesanaan dikit itu rumah saya."
"Bu Farhah guru baru ya, Bu? Yang gantiin ibu di kelas 4?"
"Iya. Dia bagus tuh kerjanya, semua guru gantian diminta ajarin segala macamnya biar dia cepet ngerti. Dia juga suka bawain guru-guru kue buat sarapan, bikinan ibu nya katanya."
"Tapi saya belum ketemu dia bu tadi."
"Nanti aja kalo kamu mau pulang juga palingan dia lagi di Ruang Guru."
"Tiap hari sore terus tuh bu pulangnya?"
"Iya tuh anak. Salut saya sama dia. Nanti deh saya kenalin sama dia. Cantik loh anaknya, kalem enggak ganjen kayak Muti."
"Muti siapa, Bu?"
"Itu, guru kelas 5B."
"Saya belum kenal, Bu. Hehehe."
"Jadi, yang udah kamu kenal disini siapa aja?"
"Bu Sinta, Pak Sulai sama ibu."
"Tapi tadi papasan sama yang lain gak?"
"Kayaknya sih, tapi enggak tau itu guru atau bukan."
"Yaudah, nanti saya kenalin deh."
Segala rumus yang rusak di Aplikasi Penilaiannya sudah Gw perbaiki. Akhirnya, kelar juga. Gw kira bakalan lama, ehh enggak taunya sebentar. Di samping Gw Bu Nisa sedang mengabari suaminya.
"Bu ... "
"Kenapa, Jak." tanya Bu Nisa karena tadi dia sedang mengabari suaminya bahwa dia akan pulang agak sore untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jadi dia meminta untuk menjemput sekitar jam 5 nanti. Begitulah kira-kira isi chat yang tadi Gw intip.
"Ini udah rapih." kata Gw sambil menggeser laptopnya agar ia bisa melihat hasil pekerjaan Gw.
"Ehh, iya. Makasih ya, Jak." kata dia tersenyum menatap laptopnya.
"Kan udah jadi tugas saya bu bantuin ibu sama Bu Farhah."
"Ehh, iya. Yuk ke Ruang Guru. Biar saya kenalin kamu ke guru-guru yang lain."
Bu Nisa mematikan laptopnya, Gw pun membantu mencabut charger laptop dan membantu menggulung kabelnya. Lampu, AC, Bu Nisa matikan. Sudah menjadi kewajiban untuk para guru melakukan hal itu bila meninggalkan ruangan.
Dari belakang, Gw bisa melihat bentuk pantatnya Bu Nisa yang aduhaii. Sebenernya badannya tuh biasa aja, enggak gendut, enggak langsing juga. Cuma agak berisi. Montok, cuma enggak ditonjolin kemontokannya. Tapi sampe sini gw enggak ada niat apa-apa sama Bu Nisa, orangnya baik kok. Asik dahh lebih tepatnya.
"Assalamualaikum." ucap Bu Nisa memasuki Ruang Guru.
"Waalaikumussalam."
"Nih, Jak."
"Waalaikumussssss salaaamm." terdengar suara jawaban salam. Beda, ini beda dengan yang tadi. Tadi terdengar sangat lemah lembut, yang ini terdengar sangat ceria.
"Mut, jaga sikap ih ada perjaka nih."
"Ehh, ... " ketika aku masuk, Gw melihat ada dua perempuan. Yang satu sedang duduk menghadap laptopnya, dan yang satu lagi membalikkan badannya ke arah kaca dan membenarkan jilbabnya.
"Assalamualaikum, akhi." sapa wanita yang menyisipkan jilbabnya menutupi hidung dan mulutnya agar menjadi seperti cadar sambil melakukan salam jarak jauh yang Gw yakini ia adalah Muti. Dan satu lagi, yang sedang fokus didepan laptopnya Gw yakin adalah Farhah.
"Hahahaha. Tuh, bener kan. Muti tuh yang anaknya genit. Kalo ini Farhah, kalem kan."
"Ya setiap orang kan beda-beda, Bu. Jangan dibanding-bandingin gitu juga. He-he-he." jawab gw sekenanya.
"Subhanallah, akhi. Kamu baik sekali belain aku." kata Muti dengan senyum rayunya. Farhah juga ku liat dia tersenyum ke Gw.
"Hahaha, bukan apa-apa kok."
"Muti, Farhah, ini kenalin guru bantu kita, Pak Jaka. Baru masuk sehari udah saya repotin tadi. Hahahaha." kata Bu Nisa memperkenalkan Gw ke Muti dan Farhah.
"Jaka udah ada yang punya beluuum?" tanya Muti sekenanya.
"Ehh,, hahh??,, Belumm, heheh."
"Tuh Bu Farhah juga belum. Siapa tau kalian jodoh." oceh Muti sesukanya. Emang nih guru satu ember banget mulutnya. Belum pernah diyasinin kali nih yaa.
"Wusss, Muti. Orang baru banget kenalan udah digituin aja. Malu atuh Jakanya." kata Bu Nisa menegur Muti.
"Lah, gapapa toh, Bu. Siapa tau mereka jodoh. Lagipula Bu Farhah juga enggak keberatan tuh digodain. Hahahaha."
"Hehh, kenapa?? Aku lagi fokus nih, maaf enggak nyimak obrolan kalian." ucap Farhah yang mulai bergabung dalam room chat nyata kami.
"Katanya Jaka suka sama kamu tuh, Far." ucap Muti.
"HAHH??!!" Jaka dan Farhah kaget bersamaan.
"Muti!! Kamu kok orang baru sehari disini udah diisengin ajaaaa." kata Bu Nisa.
"HAHAHAHAHA." tawa Muti.
"Ohh, jadi ini Pak Jaka ya??" tanya Farhah.
"Iya, Bu. Saya jadi guru bantu disini. Tadi siang ditugasi sama Pak Sulai untuk membantu tugas-tugas Bu Nisa sama ... "
" ... sama kamu, Far." kata Bu Nisa melanjutkan.
"Ohh, iya. Tadi aku dibilangin sama Pak Sulai kalo aku bakal dibantu sama guru baru. Jadi tolong yah, soalnya aku harus mengejar ketertinggalan aku disini." ucap Farhah.
"Iya bu, akan saya bantu." jawab Gw.
"Aseeekkkk,, jadi deket dah nih,,, *aduhhhh." ucap Muti yang seketika itu langsung disambut oleh pulpen yang dilemparkan oleh Bu Nisa.
"Kamu ini ya, Mutiii!!" ucap Bu Nisa.
____-–_____
"Yah, udah jam 4. Aku harus pulang nih, udah kesorean." ucap Muti kala itu. Memang, waktu telah menunjukkan pukul 16:15. Tidak terasa waktu berjalan cepat disaat aku mengobrol dengan mereka semua.
Muti yang merupakan guru kelas 5 itu memang sangat asik, tetapi mulutnya juga lupa kalau dia adalah seorang guru. Baginya, dia akan menjadi seorang guru saat di dalam kelas dan saat berada diantara murid-muridnya. Sedangkan disaat-saat seperti ini, dia adalah sosok wanita riang yang akan selalu membuat suasana hati orang disekitarnya ceria.
Farhah, sosok wanita alim yang sangat lembut. Dia jarang berbicara, dan lebih banyak tersenyum. Tingginya Gw taksir kira-kira 150an cm. Terlihat chubby dengan wajah cantiknya itu. Senyumnya juga manis, mungkin bakal selalu bisa jadi mood booster kalau melihat senyumannya.
"Aku balik duluan ya, semuanya." ucap Muti sambil dia membereskan meja kerja.
"Iyaa." jawab Gw.
"Iya, kak. Hati-hati." ucap Farhah.
"Kamu bawa motor, Mut?" tanya Bu Nisa
"Bawa, Mams. Kenapa?"
"Kalo enggak bawa nih dianterin sama Jaka aja."
"Jangan, Mams. Dia kan buat Farhah. Masa saya ngerebut gitu aja sihh. Hahaha."
"Ihh, apa-apaan." protes Farhah
"Udah, kamu mah bikin orang malu aja. Gihh, sana." suruh Bu Nisa.
"Dadaaaaa, assalamualaikum." ucap Muti sambil melangkahkan kaki keluar dari pintu Ruang Guru.
"Wa'alaikum salam." jawab kami berbarengan.
"Terus kalian kapan pulangnya?" tanya Bu Nisa
"Ini aku dua soal lagi." jawab Farhah.
"Kamu bikin soal ulangan, Far?"
"Iya nih, Bu. Buat UH3 besok."
"Ohh, kalo kamu Jak?"
"Kenapa, Bu?"
"Kapan mau pulangnya?"
"Nungguin ibu sama Bu Farhah pulang. Enggak enak kalo saya duluan."
"Yeh, gak usah gitu. Tapi gapapa sih, temenin kita disini. Hahahaha."
"Yeayy, selesai." ucap Farhah
"Wih, udah? Terus pulang dong?" tanya Bu Nisa
"Iya, Bu. Ayuk kita pulang." ajak Bu Farhah
Lalu kami bertiga turun san pindah menuju ke depan kelas 2A, menunggu ojol yang dipesan Bu Farhah dan suami Bu Nisa datang menjemput. Tolakan, itu yang Gw dapat saat Bu Nisa menawarkan Farhah agar Gw antarkan pulang. Takut ngerepotin katanya, padahal rumah kami terbilang dekat.
"Tuh ojol saya kali ya, Bu?" tanya Bu Farhah.
"Iya, mungkin. Coba kamu lambai-lambai." suruh Bu Nisa.
"Siti Farhah?" tanya Abang Ojol mengkonfirmasi bahwa itu adalah customernya.
"Iya mas, bener."
Lalu Abang Ojol itu memberikan helm kepada Farhah untuk dipakainya.
"Bu Nisa, Jaka, aku duluan ya. Assalamualaikum." ucap Farhah.
"Wa'alaikum salam." jawab kami berdua.
Lalu Abang Ojol itu pergi meninggalkan kami berdua, pergi mengantarkan penumpang ke tempat tujuannya.
"Ibu masih lama?" tanya Gw ke Bu Nisa.
"Gak tau nih, susah dihubungin. Udah di jalan mungkin."
"Padahal kan dari tadi ya."
"Iya nih. Suami ku gimana sih."
Tiba-tiba suara notifikasi WA Bu Nisa masuk, dari MyHubby Gw lihat. Gw curi-curi pandang ke layar hp itu, sedikit tulisan terlihat.
" ... nggak bisa jemput." tulis Suaminya.
" ... dari tadi. Terus gimana ... " jawab Bu Nisa.
" ... naik ojol ... bayarin." tulis Suaminya lagi.
"Ahh, ... jemput ... begini." tulis Bu Nisa.
"Yaudah, ... sana." tulis Suaminya.
Dari potongan chat yang sedikit terbaca itu, aku menebak kalo suami Bu Nisa tidak bisa menjemputnya dan menyuruhnya untuk naik ojol saja.
"Suamiku enggak bisa jemput, ada urusan katanya."
"Lah, ibu udah tungguin dari tadi kan, kok baru ngabarin sekarang?" tanya Gw.
"Emang gitu orangnya. Biarin lah."
"Yaudah, Bu. Ayo saya anter."
"Ehh, gak usah lah saya sama ojol aja. Ngerepotin kamu tau, udah tadi saya repotin masa ngerepotin lagi."
"Gapapa bu, tugas saya kan bantuin ibu. Nganter pulang juga kan bagian dari bantuin ibu. Hehehe."
"Tapi bener gapapa?"
"Iya bener bu.".
"Yaudah deh, hayuk."
Singkat cerita, akhirnya telah sampai ke rumah Bu Nisa. Rumahnya lumayan jauh, tapi bisa dibilang deket juga dari rumah Gw. Kira-kira 15 menit waktu tempuhnya. Rumahnya berukuran sedang, terlihat rapih tapi agak berantakan. Ulah suaminya katanya. Selama perjalanan, dia cerita kalau suaminya itu dulu pengusaha penjual pakaian di Tanah Abang. Tetapi setelah ada penggusuran waktu jaman gubernur Ahok, dia jadi bangkrut dan jadi sering berjudi dan mabuk-mabukan. Segala cara udah Bu Nisa lakukan agar suaminya kembali ke jalan yang benar, tetapi nihil hasilnya.
"Yaudah, ibu yang sabar ya. Ibu harus tetep semangat membawa suami ibu ke jalan yang benar lagi." ucap gw menenangkan Bu Nisa.
"Iya, Jaka. Makasih banyak ya. Udah dianterin, jadi tempat curhat juga.
"Ahh, gapapa bu. Kan biar tambah kenal biar kerjanya enak. Hahaha."
"Ini, Jak. Buat jajan." Bu Nisa memberi uang 50 ribu untuk Gw.
"Ehh, jangan begini Bu. Nanti saya jadi sering nganterin. Hahaha." kata Gw untuk membercandainya.
"Ya bagus dong, saya jadi sering curhat. Hahahaha." timpalnya.
"Tapi beneran, Bu. Enggak usah."
"Ehh, jangan gitu. Anggap aja perkenalan."
"Ihh, udah enggak usah. Saya langsung pulang ya, Bu. Assalamualaikum." kata Gw langsung menyalakan motor dan siap untuk pergi
"Ihh, nih anak ya." tiba-tiba Bu Nisa langsung memasukkan uang itu ke dalam kantung celana Gw. Tapi mungkin karena Gw sedang berdiri untuk memundurkan motor, jadi tangan Bu Nisa menyentuh kontol Gw..
"Ehh, kena itu. Maaf ya, Jak." kata Bu Nisa.
"Tuh kan, ibu. Dibilang enggak usah, malah jadi dapet rejeki tambahan."
"Abis kamunya dikasih malah nolak terus."
"Yaudah deh saya terima. Terimakasih banyak ya, Bu. Nanti kalo gini sayanya jadi ketagihan tau."
"Kegihan dikasih uang atau dipegang nih?? Hahahaha."
"Anjirr, dia malah mikir kesitu. Malu Gw jadinya kan." pikir Gw dalam hati.
"Ehh, ibu. Saya langsung pulang ya. Terimakasih banyak, assalamualaikum."
"Waalaikum salam. Hati-hati, Jak."
Bersambung
Sebuah cerita yang berkisah keluarga yang terpisah karena perceraian yang menyisakan duka buat anaknya karena tidak mengerti dengan kondisi orang tuanya. Hingga suatu saat terjadilah malam jahanam yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah… indah sekali.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Sebagai wanita aku dinyatakan mandul dan tidak mungkin akan memiliki keturunan, Suamiku William tidak keberatan dengan tidak adanya anak diantara kami, dia berjanji akan selalu mencintaiku apapun keadaanya, tapi semua itu hanyalah tipuan belaka. Suamiku memiliki wanita simpanan dibelakangku bahkan wanita itu kini sedang mengandung anaknya. Aku yang mengetahui itu tidak bisa lagi menahan kemarahanku sehingga tanpa sengaja aku menampar wanita jalang itu dan mendorongnya hingga terjatuh, aku tidak menyangka jika akan menyebabkan wanita itu keguguran. William yang mengetahui berita ini langsung menjatuhkan talak perceraian. Aku diminta meninggalkannya dan menandatangani surat tanpa diizinkan membawa properti apapun yang seharusnya menjadi milikku. Aku harus segera pergi dengan pakaian yang menempel ditubuhku. Setelah Tiga tahun aku kembali untuk sebuah pembalasan dendam. Bersama Pria lain...
Mengandung adegan dewasa 21+ Raisa Anastasya mengalami kematian tragis, tertabrak truk, setelah melabrak tunangannya yang tengah berselingkuh. Bukannya mati dan kembali ke alam baka, Raisa malah masuk ke tubuh perempuan lain yang juga bernama Raisa, seolah semesta memberikan kesempatan kedua padanya. Sembari memanfaatkan paras cantik tubuh barunya, Raisa mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam. Tapi tiba-tiba Zefan, direktur perusahaannya yang terkenal punya sifat sangat dingin, menarik Raisa ke salah satu kamar. Di bawah pengaruh alkohol, dia merenggut keperawanan Raisa karena mengira wanita itu adalah Raisanya yang lama. Setelah menghabiskan malam-malam menggairahkan bersama direktur, Raisa selalu terbayang saat mereka melakukan hubungan dan dibuat ketagihan oleh sang direktur, sehingga bimbang untuk melanjutkan balas dendamnya. Bisakah Raisa tetap fokus pada rencana utamanya di saat direktur terus menghantui melalui godaan sentuhan yang begitu menggairahkan? Dan apakah Raisa bisa menemukan benang takdirnya yang sebenarnya? Ngobrol sama author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...