Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
"Kak Sandra, Kakak lagi apa?"
Suara Dimas adik iparku sungguh mengagetkan ku. Aku segera keluar dari kamar mandi, supaya dia tidak tau apa yang sedang kulakukan di sini. Bisa sangat memalukan, kalau sampai ketahuan orang lain.
Bagaimana jika dimas sampai tahu, aku sedang memuaskan hasratku menggunakan jari? Karena Andre suamiku sudah lama tidak menggauli aku. Uh, membayangkannya saja sudah membuatku begidik.
"Ada apa, Dimas?" tanyaku, begitu bertatapan dengan adik Iparku yang masih SMA.
Sebenarnya Dimas lebih ganteng dari pada Andre. Sebenarnya... Ah apa yang kupikirkan, dia ini adik iparku! Ingat Sandra! Jangan gila!
"Aku sedang menyiapkan sarapan untuk kita berdua, Adik. Kamu belum makan, kan?" jawabku dengan nada lembut, mencoba menenangkan diriku sendiri.
"Aku baru bangun tidur, Kak. Masih kenyang dari makan malam tadi." jawab Dimas sambil menggaruk-garuk kepalanya yang masih pusing.
"Sudah beres. Aku akan segera menyiapkan sarapan untuk kita berdua." jawabku sambil berjalan menuju dapur.
"Terserah Kakak saja, tapi Dimas belum lapar Kak... Oh iya, Dimas mau mandi. Ini sudah siang, Dimas harus segera berangkat sekolah," kata Dimas.
"Oh ya, benar juga. Sebaiknya kamu cepat mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Aku akan menyiapkan sarapan secepat mungkin untukmu," jawabku dengan senyum yang ramah.
Aku mencoba menenangkan diri sendiri dan melupakan perasaan aneh yang baru saja muncul. Aku tahu itu tidak benar, dan aku harus menjaga diri sendiri agar tidak terjebak dalam godaan ini lagi.
Beberapa menit kemudian Dimas keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk untuk menutup bagian bawahnya. Aku menatap tubuh Dimas yang kekar tanpa berkedip.
Saat itu, hatiku berdegup kencang dan aku merasa gugup. Namun, aku mencoba untuk tidak menunjukkan perasaanku dan mencoba untuk tetap tenang di depan Dimas. Aku berbicara dengan memiliki sikap ramah dan menjaga jarak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah itu, aku kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan bagi kita berdua. Namun, pikiran-pikiran aneh itu terus mengganggu pikiranku. Aku merasa sangat bersalah terhadap suamiku dan merasa tidak pantas atas perasaan yang baru saja muncul dalam pikiranku.
Beberapa menit kemudian aku menyiapkan sarapan di meja makan. Saat itu Dimas sudah mengenakan seragam sekolahnya. Dia terlihat sangat tampan, kulitnya putih bersih seperti susu, dan rambut hitamnya yang halus dan lurus menambah pesona kecantikannya.
"Sarapan sudah siap, Adik," teriakku dari dapur, berharap ia segera datang ke meja makan. Segera saja, ia datang dan duduk di kursi di seberang meja makan.
Aku menjaga jarak dengan Dimas, memilih untuk tidak terlalu dekat dan mencoba untuk fokus pada makanan di meja.
Setelah selesai sarapan, Dimas berdiri dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Aku melihatnya mengulurkan tangan untuk berpamitan, dan aku meraih tangannya dengan senyum di bibirku. Aku merasa agak bersalah ketika pikiran-pikiran itu muncul lagi dan aku merasa tertarik padanya.
"Selamat tinggal, Dimas. Semoga harimu menyenangkan," ucapku dengan suara lembut.
Dimas tersenyum dan melambaikan tangannya, "Terima kasih, Kak Sandra. Sampai bertemu nanti."
Setelah ia pergi, aku merasa lega dan berusaha sebisanya untuk melupakan perasaan-perasaan yang tidak semestinya. Sementara itu, aku mulai sibuk dengan rutinitas harianku, membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam untuk suamiku Andre.
Namun, perasaan yang tidak semestinya itu terus menghantui pikiranku sepanjang hari. Aku merasa terikat pada pengalaman-pengalaman seksual yang baru-baru ini aku jalani bersama dengan Andre, yang lebih tua dan kurang bergairah.
Saat Andre pulang dari kantor, aku menyambutnya dengan senyum dan menawarkan makan malam yang sudah selesai aku buat. Seakan tidak ada yang terjadi, kita berbicara tentang hal-hal biasa, dan Andre tidak mencurigai apa-apa.
Setelah makan malam, Andre mengajakku untuk menonton film bersama. Kami duduk di sofa, dan aku merasa agak gugup karena pikiran-pikiran tidak sepantasnya itu semakin muncul lagi.
Namun, suasana di dalam ruangan tiba-tiba berubah ketika adegan film memperlihatkan adegan intim di antara pasangan di layar. Andre tiba-tiba mengambil tangan ku dan membimbingnya ke kamar tidur. Ketika kami sampai di kamar, Andre memelukku dan menciumku dengan lembut.
"Sandra, aku merindukanmu," gumam Andre di telingaku.
Aku merasa bersalah karena perasaan yang muncul pada Dimas, tapi aku berusaha fokus pada suamiku dan menenangkan diri.
Kami mulai berciuman dengan lebih ganas dan Andre merayap di atas tubuhku. Aku merasakan sentuhan lembutnya yang membuatku makin tergoda dan mengikuti alurnya.
Setelah beberapa saat, Andre hentikan dirinya dan merangkak ke sampingku. Aku merasa kecewa dan bertanya-tanya mengapa dia berhenti begitu cepat.
"Andre, kenapa kamu berhenti?" tanyaku dengan sedikit kecewa.
Andre memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu menciumku lagi dengan penuh gairah. Aku merasakan ketertarikan yang kembali muncul dari dalam diriku dan mulai meresponsnya dengan semangat.
Namun, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Dimas masuk ke dalam dengan wajah penuh keheranan. Aku merasakan diriku terperangkap dalam keadaan yang memalukan, sedangkan Andre mencoba untuk cepat-cepat mengambil selimut untuk menutupi kami berdua.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin mengambil buku catatanku yang tertinggal di sini," kata Dimas sambil membalikkan tubuhnya dan menuju ke meja belajar.
Aku merasa sangat malu, dan Andre meminta maaf atas apa yang terjadi tadi. Sementara itu, pikiran-pikiran aneh itu kembali muncul dalam diriku dan membuatku merasa sangat bingung.
Hari-hari berikutnya, aku terus merasa gelisah dan terobsesi dengan pikiran tentang Dimas. Aku mencoba untuk mengatasi perasaan-perasaan itu dengan cara menghindari pertemuan dengan adik iparku itu, tapi hal itu tidak berguna.
Satu malam, aku dan Andre sedang santai di sofa ketika Dimas masuk ke dalam rumah dengan wajah murung. Aku tahu segera bahwa ada sesuatu yang salah, dan mencoba untuk menenangkannya dengan kata-kata yang penuh kasih sayang.
"Ada apa, Dimas? Apa yang terjadi?" tanyaku dengan suara lembut.
"Kak Sandra, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku sedang mengalami masalah besar di sekolah dan tidak tahu harus bagaimana," jawab Dimas dengan suara terbata-bata.
"Oh tidak, apa yang terjadi? Ceritakanlah kepada kami," kata Andre sambil membelainya di bahunya.
Dimas menatapku dengan wajah muram dan menceritakan bahwa ia sedang diintimidasi oleh sekelompok teman sekelasnya. Mereka terus menggodanya, mengolok-oloknya dan mempermalukannya di depan banyak orang.
Aku merasa sedih dan marah pada saat yang sama. Aku tidak bisa membayangkan betapa sulit dan menyakitkan rasanya menjadi korban bullying di usia muda seperti itu. Aku dan Andre mencoba menasehati Dimas dan memberinya dukungan. Kami juga mengatakan padanya, jika kami akan membantunya menyelesaikan masalah ini.
Dimas mengangguk, sebelum pergi ke kamarnya.
***
Beberapa hari kemudian, aku bertemu dengan Dimas di dapur. Dia terlihat sudah lebih ceria dari sebelumnya dan aku tahu bahwa semua masalah yang dialaminya di sekolah sudah teratasi.
"Apa kabar, adikku?" tanyaku sambil tersenyum ramah pada Dimas.
"Kak Sandra, terima kasih banyak untuk semuanya," jawab Dimas dengan rasa terima kasih yang jelas terlihat di wajahnya.
"Apa yang bisa kakak lakukan untukmu?" tanyaku kembali.
Dimas berpikir sejenak, sebelum melanjutkan, "Sebenarnya kak Sandra bisa membantuku untuk mengerjakan tugas sekolah yang sulit ini. Aku kesulitan memahami topik yang dijelaskan oleh guru."
Aku merasa kasihan melihat wajah bersedih Dimas. "Jangan khawatir, adikku. Kakak akan membantumu," kataku sambil meletakkan tanganku di pundaknya.
"Benarkah kak?" Tanya Dimas dengan senyum di wajahnya.
"Tentu saja," jawabku. "Mari kita duduk dan bicarakan tugasmu, ada apa saja yang kamu kesulitan?"
Dimas menggelengkan kepalanya. "Semua topik terdengar sulit untuk dipahami, kak," katanya lalu meraih buku teksnya.
"Sudah kau coba membaca bukunya dari awal dan memeriksa konteksnya?" tanyaku sambil membantu mengambil buku-buku dan membukanya di atas meja.
Dimas menganggukkan kepalanya dan bersama-sama kami membaca buku teksnya untuk mencari konsep yang membuatnya bingung. Aku mengajarkan prinsip-prinsip dasar dan contoh-contoh praktis tentang topik yang sulit. Kami meluangkan waktu untuk membahas setiap konsep sampai ia benar-benar memahami mengenai apa yang dia sedang pelajari.
Setelah beberapa kali belajar bersama, Dimas makin memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran matematika. Ia semakin percaya diri dan mampu mengatasi masalah yang sebelumnya dianggap sulit. Kami terus belajar bersama, memperdalam konsep yang telah dipelajari dan membahas topik lain seperti fisika dan kimia.
Pada suatu hari, ketika kami belajar bersama di teras rumah, saya merasa terkejut ketika Dimas bertanya tentang matematika tingkat lanjutan, seperti kalkulus dan geometri differensial. Meskipun aku tidak sepenuhnya memahami topik-topik tersebut, aku membantunya dengan segenap kemampuan saya untuk memahami prinsip-prinsip dasar dan mencari referensi online untuk membantu menjelaskan lebih detail.
Dalam waktu singkat, Dimas mampu memahami konsep-konsep yang sulit tersebut dan mulai mampu menguasai topik-topik yang lebih canggih. Selama itu kami sering belajar bersama, dan aku mulai menyadari bahwa aku tertarik pada Dimas. Aku merasa tergoda oleh kecantikan dan kegantengannya, dan aku merasa bersalah karena merasa seperti itu. Aku mencoba untuk menyingkirkan perasaan aneh itu, tapi sulit bagi saya untuk melakukannya.
Ketika Andre pergi dalam suatu perjalanan bisnis selama beberapa minggu, aku menjadi semakin tertarik pada Dimas. Kami semakin sering belajar bersama, dan aku merasa bahwa ia juga menunjukkan minat yang lebih pada diriku.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, karena aku tahu bahwa ini tidak benar. Aku ingin mengubah perasaan itu dan menjaga hubungan aku dengan Andre sebagaimana mestinya, tapi sulit untuk menghentikan pikiran-pikiran aneh ini.
Suatu hari ketika aku sedang belajar dengan Dimas, aku merasa mendadak kesepian dan merindukan kehangatan tubuh yang memelukku. Aku merindukan kasih sayang dan nafsu yang dimiliki Andre terhadap diriku. Dan aku merasakan bahwa Dimas juga dapat memberikan itu padaku.
Aku merasa kesulitan untuk menahannya ketika kami sedang belajar bersama, keinginan untuk memilikinya terus melintas dipikiranku. Bagaimana caranya aku menjaga perasaan ini, menghentikan pikirannya dan memikirkan dengan baik pada masa depanku, bukan hanya pada keinginan yang tidak benar ini?
Sementara itu, waktu terus bergulir. Semua berjalan seperti biasa sampai suatu saat aku naik ke lantai dua dan melihat Dimas sedang mandi. Dalam sekejap, aku melihat tubuhnya yang telanjang dan kecantikan tubuhnya yang membuatku tidak bisa menahannya lagi. Aku merasa sangat tertarik padanya dan ingin mencoba merasakan tubuhnya dalam cara yang tidak semestinya.
Tapi aku tahu bahwa itu salah. Aku harus menghentikan pikiran aneh ini dan fokus pada suamiku dan pernikahan kami.
Madelyn Jent meninggal pada hari ulang tahun pernikahannya. Ia telah menikah dengan Zach Jardin selama delapan tahun, dan berkompromi selama sebagian besar hidupnya. Namun, ia akhirnya diusir dari rumah. Setelah perceraian yang menyakitkan itu, Madelyn didiagnosis menderita kanker stadium akhir. Meskipun kesehatannya memburuk, ia bertahan hidup di rumah sakit, berharap Zach akan mengunjunginya untuk terakhir kalinya. Saat Hari Valentine tiba, salju tebal turun di luar. Namun, Zach tidak muncul, meninggalkan Madelyn dengan rasa penyesalan yang mendalam. "Zach Jardin... Jika aku bisa memulai dari awal, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu lagi!" Secara ajaib, Madelyn mendapati dirinya terlahir kembali ke masa saat ia berusia delapan belas tahun. Didorong oleh keinginan untuk menghindari mengulangi kesalahan yang sama, ia bersumpah untuk menjauhkan diri dari segala hal yang berhubungan dengan Zach. Namun takdir tampaknya bertekad untuk menguji tekadnya. Tepat saat ia berusaha melarikan diri dari bayang-bayang masa lalunya, pria yang sama, Zach, muncul dengan aura yang mengintimidasi, perlahan-lahan mendekatinya selangkah demi selangkah. Suaranya, yang mengingatkan pada melodi iblis, bergema di lorong saat ia berkata, "Madelyn, aku akan menjagamu selama sisa hidupmu..."
Catherine Swann, seorang gadis pedesaan sederhana, menjalani kehidupan yang santai dan tanpa beban di pedesaan. Dia pikir dia bisa memiliki kehidupan bahagia di sana selama sisa hidupnya. Sayangnya, hidup punya rencana lain untuknya. Kakeknya meninggalkan surat wasiat untuknya, menjadikannya pewaris kekayaan miliaran dolar keluarga Swann. Seolah itu belum cukup mengejutkan, dia juga mengatur pernikahan untuknya. Branden Duncan, satu-satunya pewaris keluarga terkaya di Casier, adalah pangeran impian hampir semua wanita di Casier. Tapi Catherine menolaknya di depan umum. Bukannya marah, dia malah tertarik dengan tatapan mata Catherine yang dingin. Meskipun Catherine tampak seperti gadis dengan kehidupan sederhana di pedesaan, dia tidak sederhana. Identitas macam apa yang dia miliki? Bagaimana dia akan menghadapi tunangannya yang tak terduga dan pertentangan dari keluarga Swann lainnya terhadap warisan kekayaan keluarga Swann?
“Saya sedang mencari seorang wanita. Dia meninggalkan sejumlah uang kepada saya, dan saya ingin mengembalikannya – seratus kali lipat!” Satu juta… hanya untuk menemukan saya? Bukankah pria ini terlalu murah hati?
Ditusuk dari belakang oleh saudara tirinya dan sahabatnya, Anastasia Tillman dirampok kepolosannya oleh seorang pria misterius pada suatu malam yang menentukan dan kemudian diusir dari tempat yang dia sebut sebagai rumahnya. Lima tahun kemudian, Anastasia yang kini menjadi perancang perhiasan sukses, mendapat kejutan dalam hidupnya ketika seorang pria tampan menerobos masuk ke dalam hidupnya dan menawarkan untuk menikahinya dan membesarkan putranya untuknya. Tawaran ini mungkin tampak seperti impian setiap wanita yang menjadi kenyataan, tetapi tidak bagi Anastasia! Dia memiliki penampilan, karier yang sukses, putra yang menggemaskan… jadi apa lagi yang dia butuhkan? Jelas bukan pria yang mengacaukan segalanya untuknya, bukan, Baginda! Tapi apa yang akan dia lakukan ketika pria itu benar-benar terpesona oleh anak laki-laki yang merupakan salinan dirinya? Akankah dia menerimanya dan menyerah pada tawarannya untuk membesarkannya—oops, putra mereka?
Pernikahannya yang telah berlangsung selama tiga tahun berakhir dengan perceraian. Seluruh kota menertawakannya dan mengejeknya karena menjadi istri terlantar dari keluarga kaya. Enam tahun kemudian, dia kembali ke negara itu dengan sepasang anak kembar. Kali ini, dia telah mengambil kesempatan hidup baru dan sekarang menjadi dokter jenius yang terkenal di dunia. Tak terhitung banyaknya pria yang mengantri untuk merayunya dan menikahinya, sampai suatu hari, putrinya mengatakan kepadanya bahwa “Ayah” telah berlutut selama tiga hari berturut-turut, memohon untuk menikah lagi dengannya.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, “Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai.”
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Kupejamkan mataku, dan kukecup bibirnya dengan lembut, dia menyambutnya. Bibir kami saling terpaut, saling mengecup. Pelan dan lembut, aku tidak ingin terburu-buru. Sejenak hatiku berkecamuk, shit! She got a boyfriend! Tapi sepertinya pikiranku mulai buyar, semakin larut dalam ciuman ini, malah dalam pikiranku, hanya ada Nita. My logic kick in, ku hentikan ciuman itu, kutarik bibirku mejauh darinya. Mata Nita terpejam, menikmati setiap detik ciuman kami, bibir merahnya begitu menggoda, begitu indah. Fu*k the logic, kusambar lagi bibir yang terpampang di depanku itu. Kejadian ini jelas akan mengubah hubungan kami, yang seharusnya hanya sebatas kerjaan, menjadi lebih dari kerjaan, sebatas teman dan lebih dari teman.
Chelsea Kurniawan awalnya berasal dari keluarga kaya, tetapi ibunya meninggal ketika dia masih sangat kecil. Sejak saat itu, dia dibuat untuk menjalani kehidupan yang sulit. Ayah dan ibu tirinya bahkan memaksanya menikah dengan Tristan Sudrajat yang seharusnya menikahi saudara tirinya, Cheline. Tidak mau menerima nasibnya, Chelsea melarikan diri pada hari pernikahan dan bahkan melakukan cinta satu malam. Chelsea mencoba pergi diam-diam malam itu, tetapi ayahnya menemukannnya lagi. Setelah gagal melarikan diri dari nasibnya, Chelsea kembali dipaksa untuk menjadi pengantin pengganti. Tak disangka, dia diperlakukan dengan baik oleh suaminya selama pernikahan, Chelsea juga lambat laun mengetahui bahwa suaminya memiliki banyak rahasia sendiri. Apakah Chelsea akan mengetahui bahwa pria yang pernah berhubungan satu malam dengannya sebenarnya adalah suaminya? Apakah Tristan akan tahu bahwa Chelsea hanyalah pengantin pengganti untuk saudara tirinya? Kapan Chelsea akan mengetahui bahwa suaminya yang sederhana itu sebenarnya adalah seorang hartawan misterius? Temukan semua itu dalam buku ini.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?