WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Namaku Julian Dewantara, tapi teman-teman lebih suka memanggilku Jul. Aku siswa kelas 11, dan sejak kecil, dunia basket telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupku. Sejak usia dini, aku sudah terbiasa dengan pelatihan yang intensif, mendorong batas kemampuanku hingga tubuhku tumbuh lebih tinggi dari anak seusia-175 cm, dengan otot-otot yang terbentuk dari kerja keras, bukan sekadar genetik.
Soal wajah, kurasa biasa saja. Tapi entah kenapa, orang-orang sering bilang aku punya sedikit 'bule' di sana, Mata cokelatku, hidung yang sedikit lebih mancung dari rata-rata, dan kulit yang lebih cerah memang memberikan kesan itu. Mungkin karena ibuku pernah menikah dengan pria Italia, dan dari pernikahan itulah akhirnya lahirlah aku. Aku adalah buah dari cinta yang pernah mereka miliki, meski hubungan itu akhirnya tak bertahan lama. Setelah perceraiannya, ibuku membesarkanku sendirian, dengan kasih sayang yang tak pernah berkurang sedikit pun.
Ibuku, seorang wanita tangguh, sekarang membesarkanku sendirian. Dia menjalankan perusahaannya yang berkembang pesat, sering bepergian ke luar kota atau bahkan luar negeri. Meski begitu, komunikasi kami tetap terjaga. Aku belajar banyak darinya tentang kemandirian dan bagaimana menghadapi dunia dengan kepala tegak. Dalam kesibukannya, dia selalu memastikan bahwa aku adalah prioritasnya, dan itu memberiku kekuatan untuk menjadi lebih mandiri. Aku tidak ingin hanya dikenal karena penampilanku. Aku ingin orang melihatku sebagai seseorang yang memiliki nilai, seseorang yang bisa diandalkan, baik di lapangan maupun di luar lapangan.
Dan mungkin itulah yang membuat kehidupanku semakin menarik, di tengah segala tekanan untuk berprestasi dan menjaga keseimbangan antara menjadi diri sendiri dan memenuhi ekspektasi orang lain. Di tengah hiruk-pikuk itu, aku menemukan pelarian kecilku di rental PlayStation milik Tante Namira. Rental PS itu sudah berdiri sekitar dua setengah tahun yang lalu, saat suami Tante Namira, Om Hendi, masih di Indonesia. Enam bulan setelah rental itu buka, Om Hendi mendapat pekerjaan di Australia, dan sejak itu Tante Namira mengelola bisnisnya sendirian. Mungkin itu yang membuatku lebih sering datang ke sana-sesuatu yang membuat jantungku berdegup lebih kencang setiap kali melangkah masuk.
Tante Namira... ada aura yang sulit diabaikan darinya. Setiap gerakannya mengalir dengan anggun, seperti tarian yang tak terucap. Wajahnya selalu menyambut dengan senyum yang lembut, tetapi ada kilatan di matanya yang seolah menyimpan rahasia yang hanya bisa ditebak oleh mereka yang cukup berani untuk mencarinya. Rambut hitam legamnya yang tergerai hingga ke punggung seperti sutra yang mengundang sentuhan, dan ketika dia mengikatnya dengan gaya santai, leher jenjangnya terbuka, mengungkapkan kulit yang begitu halus, menggelitik imajinasi.
Tubuhnya, meski hanya setinggi sekitar 155 cm,tubuhnya adalah perpaduan sempurna antara kelembutan dan daya tarik yang menghipnotis. Pinggang rampingnya melengkung dengan cara yang membingkai pinggul berisinya, setiap langkahnya memancarkan feminitas yang menggoda. Dadanya yang kencang selalu terlihat jelas di balik blus sederhana yang dia kenakan, menciptakan siluet yang sulit untuk diabaikan.
Setiap kali aku duduk di sofa rental itu, berpura-pura sibuk memilih permainan, mataku sering kali tertarik pada sosoknya yang sedang menata koleksi CD atau memeriksa daftar pelanggan. Ketika dia membungkuk sedikit untuk merapikan sesuatu di meja, pandangan mataku dengan sendirinya tertuju pada belahan dadanya yang sedikit mengintip, dan aku harus menahan napas, menahan diri dari membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak kupikirkan.
Percakapan sederhana dengannya pun kadang terasa seperti permainan berbahaya. Suaranya lembut, hampir berbisik, tetapi setiap kata yang keluar dari bibirnya membawa getaran yang memicu desir di dada. Ketika dia mendekat, aroma parfumnya yang lembut-campuran melati dan vanila-menggoda hidungku, mengisi ruangan dengan sensasi yang membuat pikiranku melayang.
Namun, sebuah siang yang biasa berubah menjadi awal dari sesuatu yang tidak biasa.
Siang itu, aku sedang merasa bosan. Tanpa rencana, aku memutuskan untuk pergi ke rental PlayStation, mencari hiburan karena ibuku sedang ada urusan perjalanan bisnis ke luar negri. Saat tiba, Tante Namira menyambutku seperti biasa dengan senyumnya yang lembut, senyum yang selalu berhasil membuat jantungku berdebar sedikit lebih kencang.
"Mau main PS? Langsung aja, Jul," katanya dengan nada ramah.
"Kok sepi, Tan?" tanyaku, mencoba memulai obrolan.
Tante Namira mengusap rambutnya yang tergerai, menguncirnya cepat dengan gerakan yang terasa begitu alami. "Tante baru buka, tadi ada urusan sebentar. Makanya agak telat."
"Oh, gitu..." jawabku sambil mengangguk. Aku masuk ke lorong kecil menuju ruang rental, tempat itu seperti biasa beraroma campuran khas: debu halus, sedikit bau keringat pemain lama, dan aroma manis parfum yang selalu melekat padanya.
Aku memilih konsol di sudut ruangan dan mulai bermain. Tak lama setelah itu, Tante Namira masuk. Dia mengenakan daster cokelat selutut yang sederhana tapi entah bagaimana terlihat begitu memukau saat melekat di tubuhnya. Rambutnya kembali tergerai, melambai ringan saat dia berjalan mendekati sofa usang di sudut ruangan.
"Julian," panggilnya lembut, membuatku menoleh. Ada nada berbeda dalam suaranya, lebih santai, bahkan sedikit manja.
"Iya, Tan?" tanyaku, meletakkan stik PS untuk menatapnya.
Tante Namira duduk dengan gerakan anggun, menyilangkan kakinya perlahan. Dia mengusap punggungnya dengan tangan, lalu menatapku dengan mata teduhnya yang membuatku merasa sedikit salah tingkah.
"Tante mau minta tolong, boleh?"
Permintaannya mengejutkanku. Tante Namira jarang, atau bahkan hampir tidak pernah meminta bantuan padaku. Biasanya dia mengurus semuanya sendiri.
"Apa yang bisa aku bantu, Tante?" tanyaku. Ada rasa penasaran bercampur debar di dadaku.
Dia tersenyum kecil, agak ragu, sebelum akhirnya bicara. "Udah beberapa hari ini punggung Tante pegal banget. Kalau gak keberatan, bisa gak kamu pijitin sebentar?"
Permintaannya membuatku terdiam sesaat. Suasana di ruangan itu tiba-tiba terasa lebih hangat, atau mungkin hanya perasaanku.
"Boleh, Tante," jawabku akhirnya, mencoba terdengar santai meskipun dalam hati pikiranku berkecamuk.
Aku mengangguk dan menghampirinya. Saat itu, Tante Namira mengenakan daster berwarna cokelat dengan motif batik yang elegan. Daster itu panjang, sedikit di bawah lutut. Guna memudahkan, Tante Namira telah menggulung rambutnya yang panjang ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus. Aroma parfumnya semakin terasa dekat, manis dan memabukkan.
Dia berbalik, memberikan punggungnya padaku. Rambutnya yang panjang jatuh ke samping, memperlihatkan kulit leher dan punggungnya yang halus. Aku mendekat, duduk di belakangnya, tangan bergetar ringan saat menyentuh bahunya.
"Pelan-pelan aja, ya," katanya, nadanya hampir seperti bisikan.
Perlahan, dengan sedikit ragu, aku meletakkan tanganku di punggungnya. Kain daster itu terasa lembut di bawah telapak tanganku. Aku mulai memijat dengan gerakan memutar yang lembut, berusaha meniru gerakan pijat yang pernah kulihat di televisi.
"Enak, Jul," desahnya pelan. "Agak ke bawah sedikit, di bagian pinggang."
Aku menurutinya. Sentuhan tanganku di pinggangnya yang ramping membuat aliran darahku terasa sedikit menghangat. Lekuk tubuhnya terasa jelas di balik kain daster. Aku bisa merasakan setiap gerakannya, setiap tarikan napasnya.
"Agak tekan sedikit, Jul. Di situ pas banget," pintanya lagi, dengan suara yang sedikit bergetar.
Aku menambah tekanan pada pijatanku. Otot-otot di punggungnya terasa tegang. Aku terus memijat, perlahan namun pasti. Semakin lama, sentuhanku semakin berani. Tanganku tidak hanya fokus pada titik-titik yang dia sebutkan, tapi juga menjelajahi lekuk punggungnya, merasakan kehalusan kulitnya di balik kain daster.
Tiba-tiba, Tante Namira sedikit menarik dasternya ke atas, tepat di bagian pinggangnya. "Di sini nih, Jul, yang paling sakit."
Jantungku berdegup kencang. Kulit punggungnya yang putih mulus kini terpampang jelas di depan mataku. Tanpa sadar, jemariku menyentuh kulitnya, merasakan kehangatannya. Sentuhan itu terasa begitu lembut, seperti sutra.
"Pelan-pelan aja, Jul," bisiknya, hampir tak terdengar.
Aku terus memijat, kali ini langsung di kulitnya. Sentuhan kulit ke kulit ini mengirimkan gelombang kejut ke seluruh tubuhku. Aku bisa merasakan panas tubuhnya menjalar ke tanganku. Aroma parfumnya semakin kuat, bercampur dengan aroma khas tubuhnya yang membuatku semakin tegang.
Tante Namira sedikit menggeliat, membuat dadanya yang berisi semakin menonjol di balik dasternya. Pemandangan itu membuat tenggorokanku tercekat. Aku tahu ini salah, sangat salah. Tapi godaan itu terlalu kuat untuk kulawan.
Tanpa sadar, tanganku turun sedikit lebih rendah, menyentuh lekuk pinggulnya yang menggoda. Tante Namira tidak menyentak atau menegurku. Malah, dia sedikit melebarkan kakinya, seolah memberi ruang lebih untuk gerakanku.
Keberanianku semakin bertambah. Jemariku mulai bermain-main di pinggulnya, merasakan setiap lekukan dan konturnya. Kulitnya terasa halus dan lembut di bawah sentuhanku.
"Jul..." desisnya pelan, seperti sebuah erangan tertahan.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Aku, Sonia, seorang wanita berusia 23 tahun, terjebak dalam masalah keuangan yang parah akibat hutang pengobatan anakku yang mengidap Thalassemia dan harus menjalani perawatan medis yang sangat mahal dan berkelanjutan. Hidupku yang penuh kesulitan berubah drastis ketika aku bekerja dengan Mr. Wei, seorang CEO sukses berusia 45 tahun. Di tengah kemelut keuangan dan tekanan emosional, aku menemukan pelarian dalam pelukan Mr. Wei. Kehangatan dan dukungan yang dia berikan membuatku merasa dihargai dan dicintai, sesuatu yang telah lama hilang dalam pernikahanku. Namun, kebahagiaan kami tidak lepas dari konflik; suamiku mulai curiga dan berbagai rintangan muncul, menguji keteguhan hati kami. Cerita ini menggambarkan dinamika cinta yang penuh gairah dan sakit hati, pengkhianatan yang menyakitkan, serta pencarian jati diri dan pengampunan. Dengan latar belakang kehidupan kami yang kontras, aku dan Mr. Wei harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dan mempertanyakan nilai-nilai yang kami anut. Akankah cinta kami mampu mengatasi semua rintangan? atau akankah kami terperangkap dalam lingkaran drama dan penderitaan?
"Saya yang akan menikahi Valerie." Demi menutupi dosa adiknya, Keanu rela menikahi Valerie. Seorang gadis remaja berusia delapan belas tahun, yang sudah dihamili oleh Kevin, adiknya sendiri. Padahal Keanu sudah berencana akan melamar Sely, sekretarisnya di kantor yang sudah ia sukai sejak lama. Lalu, bagaimana Keanu dan Valerie menjalani kehidupan rumah tangga? Tanpa saling mengenal dan mencintai satu sama lain.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?