Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
ketika saya ditugaskan untuk mengikuti Kursus Kearsipan yang diadakan oleh Group Perusahaan saya.
Sebenarnya peristiwa ini tidaklah sengaja untuk saya rencanakan.. namun terjadi begitu saja secara spontan..
Ya.. mengalir bagai air mengikuti naluri manusia.
---------
Perusahaan di tempat saya bekerja pada awalnya adalah penyedia jasa yang bergerak di bidang bimbingan belajar di Kota Y.
Namun seiring dengan kemajuan yang dicapai.. maka dicoba untuk mengembangkan sayap pada bidang-bidang lain seperti super market..
sekolah tinggi ekonomi.. kursus komputer.. travel and tour..
Bahkan membuka rumah makan.. yang semakin hari semakin berkembang.. dan tidak hanya menempati satu gedung..
namun tersebar di berbagai tempat dan mempunyai kantor cabang di kota-kota lain di Indonesia.
Saya bekerja sebagai staf di bidang adminstrasi perusahaan dan menangani arsip-arsip perusahaan yang semakin hari semakin menumpuk saja.
Seiring dengan perkembangan tersebut diadakanlah training kearsipan bagi karyawan-karyawan yang menangani arsip-arsip perusahaan..
supaya ada kesatuan persepsi dan model yang akan dipakai dalam penanganan arsip..
Sehingga memudahkan dalam pencarian kembali arsip yang telah lalu maupun menyeleksi arsip-arsip yang akan dimusnahkan supaya tidak memenuhi gudang.
Ketika saya ditugaskan untuk mengikuti kursus tersebut.. saya langsung menyatakan setuju.
Saya merasa beruntung ditunjuk untuk kursus kearsipan tersebut.. karena selain tidak masuk kantor juga bisa 'refreshing' ..
menyegarkan badan dan otak yang sehari-hari hanya bergelut dengan kertas dan kertas.
Kursus diadakan selama 2 minggu dan menginap di subuah penginapan di kawasan Kaliurang..
Suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Merapi.
Kursus kearsipan diikuti sekitar 30 orang laki dan perempuan.. usianya berkisar antara 22 sampai 36 tahun..
Jadi masih muda-muda dan penuh semangat. Ada yang sudah berkeluarga.. ada juga yang baru punya pacar.
Walaupun kami dalam satu group perusahaan.. namun karena jarang bertemu.. terlebih yang dari luar kota..
ya kebanyakan dari kami belum saling kenal.. hanya satu dua orang saja yang sudah saling kenal.
Hari pertama kursus diadakan acara perkenalan dari masing-masing peserta untuk menyebutkan nama.. alamat..
asal sub perusahaan/kerja dibagian apa.. dan sebagainya sampai soal status keluarga.. anak serta suami ataupun istri.
Setelah istirahat siang.. untuk lebih dapat menghafal nama serta lebih kompak dalam kerjasama peserta..
diadakan kegiatan dinamika kelompok.. dan dilanjutkan acara Outward Bound selama 2 hari penuh.
Dalam dua hari tersebut hampir semua peserta sudah saling kenal satu sama lain.. bahkan ada yang tampak akrab.
Ketika acara istirahat siang mereka sudah pada ngobrol satu sama lain.. saling curhat.. saling mencari "jodoh" masing-masing.
Dan pada malam kedua itu kelihatannya mereka sudah saling akrab.. bahkan hampir dari semua peserta pada malam itu..
sesudah pelajaran selesai kira-kira pukul 21. 30 WIB.. mereka memutuskan untuk jalan-jalan keliling sekitar penginapan sampai ke Gardu Pandang..
Ya.. untuk melihat pemandangan alam di sekitar Gunung Merapi malam hari.
Dan sungguh menakjubkan.. pada malam terang bulan itu Merapi terlihat indah.. gagah.. namun menyimpan rahasia alam yang tak dapat diraba oleh panca indera.
Dalam perjalanan malam itulah saya mulai menemukan 'jodoh' untuk diajak bincang-bincang secara dengan dekat atau curhat.. bahasa populernya.
Sebut saja teman saya tadi Wiwik. Masih muda.. sekitar 25 tahun.. belum kawin katanya.. namun sudah punya pacar.
"Pacarku itu lho Om.. –begitu dia panggil saya..– yang antar aku ke sini tempo hari.."
"Oh.. yang antar kamu tempo hari to Wuk.." sahutku..
Hari-hari selanjutnya semakin akrab aku memanggil dia dengan panggilan Wuk.. dan dia memanggilku dengan Om.
"Kok.. panggil aku Om.. gimana sih..?" Godaku.
"Gini Om.. soalnya dari perkenalan kemarin.. Om umurnya sudah sebaya dengan umur Pak Lik atau Paman saya.. jadi ya kupanggil saja Om.
Nggak apa-apa kan..?" Sahutnya.
"Oh.. begitu to.. oke deh" sahutku pula.
Pada Ju'mat pertama.. saya coba ajak Wiwik untuk jalan-jalan setelah akhir pelajaran. Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 22. 00 WIB.
"Wuk.. belum ngantukkan..?" Tanyaku.
"Belum Om.. ada apa..?" Wiwik balas bertanya.
"Yuk.. kita jalan-jalan ke gardu pandang..!" ajakku.
"Siapa aja yang akan ke sana Om..?" Tanyaknya lagi.
"Aku nggak tahu.. aku hanya ajak kamu jalan-jalan malam ini.. kan besok malam Minggu..
diberi kesempatan pulang ke rumah masing-masing.. jadi ini kesempatan malam terakhir minggu pertama..
untuk jalan-jalan. Kalau yang lain ada yang ikut aku nggak keberatan..
kalau tak ada yang ikut pokoknya aku ajak kamu aja.. mau kan..?" Aku coba merayu.
"Gimana ya Om..?" Dia agak ragu menjawab.
"Aku sih sebenarnya juga ingin jalan-jalan.. tapi kalau hanya kita berdua gimana.. ya..
aku tak enak sama teman-teman yang lain.." lanjutnya.
"Ya nggak usah dipikirkan.. tuh mereka sudah membuat kelompok-kelompok sendiri..!" Sahutku pula.
Wiwik diam sebentar dan akhirnya memutuskan mau kuajak jalan-jalan malam itu.. hanya berduaan saja.
Sepanjang jalan aku dan Wiwik ngobrol tentang keadaan kantor masing-masing.. tentang keadaan alam.. tentang keluarga..
dan ngomong apa saja untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan ke gardu pandang.
Setelah jalan beberapa ratus meter melewati tanjakan dan tikungan..
tiba-tiba melewati tikungan yang cukup gelap karena lampu penerangan jalan yang mati.
Wiwik berhenti sebentar dan berkata.."Om.. gelap tuh jalan.. gimana yuk balik aja..?"
"Balik.. tanggunglah yau..! Kan gardu pandang tinggal beberapa puluh meter di depan.. setelah tikungan itu kan..?"
Sahutku agak ngotot.
"Iya tapi kan cukup gelap.. aku agak takut.." sahutnya pula.
"Nggak apa-apa.. ada aku kok –gayaku sok berani–.. yuk terus..!"
Ujarku sambil secara refleks menarik tangannya dan kugandeng terus melewati kegelapan.
Wiwik.. terus mengikuti.. malah memegangku semakin erat hingga semakin dekat jaraknya tubuhnya dengan tubuhku.
Uff.. Tercium.. bau parfum yang wangi dari tubuhnya. Hal ini semakin ingin aku menggandengnya lebih lama.
Akhirnya aku dan Wiwik melewati jalan gelap sambil bergandeng tangan terus sampat tempat gardu pandang.
Di sana sudah ada beberapa pasangan muda-mudi yang juda duduk-duduk sambil memandang keindahan Gunung Merapi.
"Om.. lepasin dong tangannya.." pintanya baru tersadar.
"Oh maaf.. ya Wuk.. aku sampai lupa.. habis hangat sih.." godaku.
"Om.. nakal.. besuk kuberitahu lho istri om.. biar dimarahi.." sahutnya.
"Eh.. ngancam.. ya..? Besuk juga kuberi tahu pacarmu.. hayo..!" Balasku pula.
Wiwik mencubit tanganku.. namun secara cepat kupegang tangannya erat-erat dan kutarik tubuhnya mendekati tubuhku..
kutarik lagi hingga tubuh kami berdua berdekatan.
"Ssst.. nggak usah ribut.. nanti pada menengok dan melihat ke sini semua.." bisikku di telinganya
. Mata kami saling memandang.. dan Wiwik pun tersenyum.
"Oke.. Om.. nggak usah lapor-laporan.. ya.." ucapnya pelan.. aku pun membalas senyumnya.
"Iya deh.. Oreo.. setuju kan..?"
Akhirnya malam itu kami duduk-duduk untuk beberapa lama.. ngobrol..
sambil menikmati pemandangan dari gardu pandang.. yang pada waktu itu Merapi telah diselimuti kabut cukup tebal.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 23. 30 waktu setempat.. hawa di pegunungan itu semakin terasa dingin.. satu per satu..
sepasang demi sepasang.. mereka mulai meninggalkan gardu pandang.
Aku pun mengajak turun Wiwik menuju tempat penginapan kami.
"Om.. dingin sekali ya.. Om dingin nggak..?" Tanyanya.
"Ya iyalah.. dingin.." sahutku pula.. "Gimana to..?" Tanyaku pula.
"Nggak apa-apa kok.. yok kita turun.." lanjutnya.
Tanpa berkata ba.. bi.. bu.. ku gandeng tangan Wiwik.. dia tak menolak.. aku semakin berani untuk segera merangkulnya.
"Gimana Wuk..? Hangat kan..?"
"Om.. nakal.. besuk aku bilangan.. sama istri Om.." sahutnya.
"Eit.. kita kan udah janji.. Oreo-kan.." kataku mengingatkan janji kami.
Akhirnya Wiwk diam saja kurangkul dan kudekap sepanjang perjalanan menuju penginapan..
mungkin merasa hangat dan lebih tenang seperti yang kurasakan.
"Lepasin donk Om tangannya.." katanya setelah terlihat penginapan yang tinggal beberapa puluh meter.
Kulepaskan tanganku.. dan aku sengaja menyenggol bukitnya yang ternyata cukup besar. Wiwik hanya diam saja.
"Dah.. Wiwik.." kataku ketika kami berpisah dan menuju kamar masing-masing.
"Dah.. Om.. nakal.." sahutnya sambil tersenyum.
Sabtu sore kami diberi kesempatan untuk pulang mengengok keluarga masing-masing.
Aku pulang sendiri.. Wiwik dijemput oleh pacarnya.. yang ternyata juga tidak begitu ganteng.
"Selamat jalan.. ya.. hati-hati.." kataku sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman.
Wiwik pun menjawab.. "Terimakasih.. Om.. ini kenalkan.. pacarku.."
Aku pun lantas bersalaman dan berkenalan dengan pacarnya.
"Sigit.." katanya singkat memperkenalkan diri.
"Yanto.." jawabku singkat pula.
"Senang ya punya pacar cantik.. kok diajak pulang sore ini..? Kenapa nggak nginap di sini aja berdua.. sekaligus bermalam minggu di sini.
Kalau mau nanti aku mintakan izin sama panitianya. Aku kenal kok sama ketua panitia kegiatan ini.." godaku pada pasangan itu.
Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum malu.
"Nggak usah lah yau.. nanti ndak lupa daratan.." sahut mereka berdua hampir bersamaan.
"Oke.. kalau gitu selamat jalan.. dan sampai jumpa.." aku berkata demikian sambil melambaikan tangan.
Mereka berdua pun melambaikan tangan.. menghidupkan mesin motornya dan melesat turun ke kota.
Ketika aku masih bengong melihat Wiwik dengan pacarnya sudah melesat pergi..
tiba-tiba dari belakang di tepuk pundakku oleh Pak Bandung.. salah seorang panitia yang telah kukenal sebelumnya.
"Hayo! Dik Yanto jangan bengong aja.. dulu waktu muda kan pernah kayak gitu..
ingat lho Dik Yanto.. anak dan istri telah menunggu di rumah untuk berakhir pekan" katanya.
Aku pun terkejut.. "Oh.. nggak apa-apa kok Pak.. saya cuma setengahnya tidak percaya.. itu lho gadis cantik kayak gito kok pacarnya biasa saja..
nggak ganteng.. kalau dipikir-pikir justru lebih ganteng saya to Pak.." jawabku sok Pede.
Dan sambil menghidupkan mesin aku langsung tancap gas turun gunung.. mampir sebentar di warung pinggir jalan..
membeli juadah tempe serta wajik untuk oleh-oleh anak istri yang telah menunggu di pondok mertua indah.
Senin pagi para peserta kursus telah berdatangan lagi untuk melanjutkan menimba ilmu kearsipan.
Kulihat Wiwik juga telah datang dan tengah menikmati sarapan pagi yang memang telah disediakan oleh pihak panitia.
Aku mendekat dan menyapa.. "Pagi Wuk.. gimana kabarnya..? Gimana malam Minggunya.. asyik kan..?
Saya tau lho Wuk.. malam itu kamu tidak pulang ke rumah.. tapi entah bermalam di mana.."
kataku mencoba menebak-nebak sambil duduk di dekat Wiwik yang lagi sarapan pagi.
"Ah.. Om ini sok tau.. Kalau iya, terus mau apa..? Kalau tidak, trus gimana..?" jawabnya agak ketus.
"Ya.. nggak apa-apa.. wong aku cuma bercanda, kok.." aku balas menjawab.
"Gimana Wuk.. nanti habis pelajaran malam kita jalan-jalan lagi.. ya.
Nanti jalan-jalan dengan route yang lain dengan kemarin.. oke..?"
aku mengajak Wiwik. Wiwik cuma mengangguk tanda setuju.
Malamnya.. setelah pelajaran malam berakhir pukul 21. 30 kami berdua jalan-jalan mengelilingi taman parkir..
gardu pandang.. telogo nirmolo.. dan akhir berhenti duduk-duduk karang Pramuka.
Saat itu Wiwik memakai jaket tebal dan celana jeans ketat.
Dalam keremangan malam terlihat bentuk kakinya yang indah sesuai dengan tinggi badannya.
"Dingin Wuk..?" Tanyaku membuka percakapan.
"Ya dingin.. mana ada tempat di Kaliurang yang hangat.." jawabnya ngeledek.
"Ada saja.." jawabku
"Di mana..?" Tanyanya lagi
"Ya.. di sini.." jawabku sambil aku menggeser pantatku dan duduk berdekatan dengannya.
"Di mana Om..?" Wiwik pun bertanya lagi.
"Ya.. di sini.. Coba pejamkan mata sebentar..!" Perintahku.
Wiwik pun memejamkan mata. Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja.
"Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya
"Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya.
"Ahh.. Om.. nakal..!" Wiwik meronta.. tapi aku tetap meneruskan pelukanku.. bahkan semakin erat.
Pada akhirnya perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat.
Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya.
Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
"Oh.. Wuk.. cantik sekali kau malam ini.." rayuku.. sembari tanganku selanjutnya menelusuri tubuh di balik jaketnya yang tebal.
Aku sedikit kaget.. karena ternyata Wiwik hanya memakai kaos 'adik'
–istilah kaos yang kekecilan.. sehingga ketiak dan pusar terlihat..– singlet yang agak tebal.
"Nggak usah terkejut Om.. aku sering melakukan ini dengan pacarku.." bisiknya.
"Lho.. katamu dingin..? Kok pakai singlet..?" Aku balas bertanya.
"Iya.. tadi dingin.. tapi sekarang sudah agak hangat.. kan ada pemanasnya.." celotehnya pula.
"Ooo begitu.. baru hangat kan..? Oke kalau begitu nanti kubuat kamu lebih hangat lagi.. kalau perlu sampai panas.."
lanjutku sambil terus mengelus.. meraba tubuhnya.
Dan akhirnya sampai di bukit yang cukup besar dan kiranya mulai menegang.
Tanganku berhenti sebentar di bukitnya yang kenyal..
Kemudian mulai kuremas-remas dengan kedua tanganku dari arah belakang.
Wiwik mulai melenguh kenakan. "Oh.. Om.. terus-terusin Om.. Om.. teruus.." Wiwik terus merengek.
Kemudian dia berbalik dan tangannya juga mulai mememeluk tubuhku semakin erat.
Tangannya menuntun tanganku dari bawah kaosnya.. menuju bukitnya dan ternyata juga tidak memakai BH.
Rrrrbb.. Kuremas pelan-pelan dan semakin cepat.. seiring dengan rengekannya.
Kami berdua saling berpelukan.. saling berciuman.. melumat bibir.. saling meremas.. entah berapa lama.
Kami semakin tidak sadar kalau berada di ruang terbuka.
Di sekeliling kami hanya pepohonan hutan cemara di keremangan malam..
Diiringi suara cengkerik.. belalang serta binatang malam lainnya.. di pinggir tanah lapang itu.
Kami pun tidak akan tau seandainya di sekeliling lokasi itu ada yang melihat.. baik sengaja mengintip atau tidak sengaja melewati daerah itu.
Permainan terus berlanjut di udara terbuka itu.
Tanpa dikomandoi.. Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku.. mengelus dari luar celanaku.
Tau bahwa 'adikku' telah bangun.. Wiwik pun segera memelorotkan celanaku yang kebetulan waktu itu hanya memakai training.
Blepp.. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak.. untuk selanjutnya Wiwik mengemot-emot..
memainkan lidahnya di kepala kemaluanku dengan semangat.
Hal ini membuatku lupa dengan istri di rumah yang belum pernah melakukan hal yang demikian.
"Oh.. Wuk.. terus Wuk.. teruuss.. enak Wuk.. teruuss.." Dan.. crot.. crot.. crot.. crot.. crot.. crot..
muncratlah spermaku dalam mulutnya yang mungil dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik.
Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om..?" Tanyanya. Aku hanya mengangguk.. mulut rasanya sulit berkata.. karena hampir tak percaya kejadian yang baru saja tadi.
Ini adalah hubungan seks-ku yang pertama dengan selain istri.. walaupun baru sebatas oral seks.
Dan ternyata menimbulkan kesan lain yang mendalam selain juga mengasyikkan.
"Aku bersihkan ya Om..?" Lalu tanpa berkata lagi.. Wiwik mengulum-ngulum batang kemaluanku..
Menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih.. sih.
"Oh.. Wuk.." Sadar berada di alam terbuka.. aku segera melihat jam tanganku.
Jarum jam telah menunjukkan angka 23. 15. Aku segera mengajak Wiwik meninggalkan tempat itu.
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Billy melepas Rok ku, aku hanya bisa menggerakan kaki ku agar Billy lebih mudah membuka Rok ku, sehingga Rok ku terlepas menyisakan celana pendek dan CD di dalamnya. Lalu Billy melepas celana pendek ku dan pahaku terpampang jelas oleh Billy, paha putih mulus tanpa cacat. Billy lulu menelusuri pahaku. Aku hanya bisa menikmati dengan apa yang billy lakukan padaku.
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Kisah seorang istri yang tidak diterima karena ditalak tiga oleh suaminya setelah beberapa menit melakukan ijab kabul pernikahan, suasana masih ramai baju pengantinpun masih dikenakan. Suara riuh tamu undangan pernikahan terdengar seperti hujan angin di hati si pengantin perempuan. Apakah ini mimpi? Bukankah baru beberapa menit ini ijab kabul dilaksanakan? Bukankah riasan pengantin masih belum pudar, bahkan henna di tangan masih tergambar jelas. Hidangan untuk tamu undangan belum tersentuh. Ada apa? Sakit, sedih, nyesek bercampur aduk menjadi satu hingga melahirkan dendam kesumat dalam hati wanita tersebut. Sang janda pun tak tinggal diam dan betekad untuk membalas apa yang telah menimpa hidupnya.
Jasmine memiliki profesi sebagai model yang mengandalkan sang kakak atau tepatnya anak dari mantan suami. Kedekatan mereka membuat hubungan yang diluar kendali hingga akhirnya kehadiran Lilo menghentikan kegiatan mereka dan membuat sang kakak marah. Sica yang lahir dibuang oleh sang ibu meski akhirnya bersama memiliki hubungan dengan tetangganya yang dulu pernah disukainya hingga akhirnya kehadiran Rannu membuat Sica berantakan. Apa yang akan dilakukan oleh Sica dan Jasmine nantinya? Akankah memilih jalan benar atau tetap sama? cerita ini adalah anak-anak dari cerita sebelumnya
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."