A
n...
tidak ada yang berubah dengan meja tersebut, tetapi gelas berbahan kaca itulah yang menjadi pusat perhatia
robohnya Arin, ia menatap Arin meringis menahan sakit. Rafa den
ya Rafa, ia lalu mengambil sendal
itu bisa ia prediksi, hanya berhak 7 atau 10 cm saja.
kaca itu. Rafa lalu mengambil alih kaki Arin, dan di tompangnya dipaha
it sakit. Tapi saya haru
mbawa kotak P3K dan menyerahkan kotak itu
itu otomatis mengalir. Rafa menahan aliran darah itu dengan kain casa. Setelah cukup menahan aliran darah itu,
astikan kepada wanita itu
us ini semua" ucap Rafa. Lalu meletakkan salah satu kaki
jung, dan mengganti gelas yang pecah itu. Dan pihak cafe berbaik hati tidak mempermasalahkanya, ha
saja, pihak cafe sudah biasa mengalami hal seperti ini. Bahkan ada yang lebih parah, m
ak lagi, apapun itu namanya, saya tidak ingin kejadian sepe
opong tubuh Arin, Rafa lalu menghenti
*
kan tubuhnya disisi tempat tidur. Ia menatap
Arin, hanya itu ya
ua terjadi begitu saja, tanpa ia sengaja. Ia tidak tahu ini merupakan kebet
menatap wajah Arin, "Kamu sebaiknya lebih hati-ha
in pelan, nya
agi terim
market bawah, untuk membeli alkohol untuk membersihkan luka kamu. Walaupu
h merepotka
-apa" Rafa meng
ah memperhatikannya. Rafa lalu berdiri melangkahkan kakinya
etakkannya di nakas. Ia mengeluarkan satu persatu isi dalam kantong plastik itu. Rafa tidak hanya
tempat tidur, dan menompang kaki arin di pahanya
gaja berhenti disalah satu outlet ayam krispi it
n lukanya. Padahal itu hanya luka kecil, hany
ayam krispi i
nya sudah lama tida
enyum menatap hasilnya. Jujur ini pertama kalinya ia membersi
af
Rafa lalu m
embusan nafas Arin di permukaan wajahnya. Bibir lembut Arin mendarat
in menjauhi wajahnya. "
bukan pertama kalinya ia di cium oleh seorang wanita, bahkan ia sudah melakukan lebi
gar tidak melumat bibir Arin, karena ia tahu ini merupakan awal dari pertemuannya. Ia
an bibirnya, lalu mengedi
*