A
ya. Kakinya masih berbalut kain casa. Sebaiknya ia melepaskan perban itu saja. Rafa sangat berlebihan kepadanya, padahal itu hanya luka
saja yang me
api dengan balutan kemeja hitam, dipadu jas hitam senada. Arin dapat merasakan parfum mint dari tubuh R
n dengan cepat merapikan rambutnya, dengan jari-jari tangann
tampak bersemangat, "Ka
n, ia nampak K
ntuk kamu, dan mungkin sebent
di sofa itu, "iy
ikkan?" Tanya Rafa. Ia
sebaiknya perban itu dilepas s
saja" ucap Rafa, ia lalu b
" Arin mencegah Rafa untuk membuka perban itu. Tap
a memperlakukannya seperti ratu, yang selalu dilaya
kan ucapan Arin. Rafa lalu membuka perban itu dengan hati-hati. L
bih baik" Rafa lalu berdi
saya hari ini, kamu tidak apa-
a-apa, dan saya tid
dan. Mensejajarkan wajahnya, lalu di tatapnya wajah Arin lek
ya
kerja dulu
kecupan itu, dan Rafa tersenyum. Di kecupnya kembali bibir Arin. Hanya sebuah kecupan, yang sudah ia lakukan sema
Rafa lalu, melangkah menj
dak percaya apa yang di
**
pertama kali ia bertemu. Arin akui, Rafa romantis dan menawan, membuat siapapun wanita di du
ahwa aktor korea yang tampan dan romantis itu hanya karangan fiksi belaka, tapi k
ower. Semenjak pertama kali ia menginjakkan kakinya di hotel ini, ia tidak pernah sekalipun menghidupkan Tv. Kali ini ia penasaran dan lalu menghidupkan TV itu. Menurutnya itu mer
sempat terpana, karena Rafa mengganti handphone itu dengan merek terkenal. Sangat berbeda dengan handphonenya yang kemarin, hanya handphone murah dan biasa saja.
dupkan power, dan ia terpana, ternyata sudah lengkap dengan kartu untuknya. Arin memeriksa kemba
a kam
fa
untuk dirinya saja?. Oh Tuhan, ia bisa jatuh hati kepada laki-laki itu. Tanpa ia sadari, terdengar lang
, tatapan penuh arti, lisan tak mampu terucap. Ia tidak tahu dimana letak ketid
ndphonenya, saya
ah kalau
at membukanya"
di meja. Arin hanya bisa m
amu bawa?"
kamu" Rafa lalu membuka paper bag dengan lebel terkenal. Rafa
kenakan. Arin tidak tahu akan berbuat apa, ia seperti terhipnotis.
ntik" uc
u yang Arin uc
**