EA
b
berjalan sesuai penunjuk arah, tertulis jelas dalam bahasa Thai dan English. Petu
ersama pengunjung lainnya. Arin mengalihkan tatapnya ke salah satu petugas avsec
beradaanya di Bangkok. Arin masih menikmati suasana baru, ia memperhatikan satu persatu para pengunjung bandara. Sejujurnya ia sama sekali tidak mengerti bahas
dan handphone yang digenggamnya terlempar jauh. Terdengar benturan handphone dan ubin, ha
laman paling memalukan di tengah-tengah area bandara. Jatuh yang ia
ry, I'am
irip kepingan puzzle. Suara itu begitu khas, berat dan serak-serak basah. Mendengar suara itu
ri
ma kali yang ada dibenakknya. OMG ia mengenal laki-laki itu, ia tidak per
tu meluncur den
nya Rafa. Ia memperhatikan tubuh Arin, ia mema
n saat Arin masih kecil, kira-kira ia masih duduk di sekolah dasar, dan sekarang tumbuh sebagai wanita dewasa. Oh Tuhan, kenapa
gini" Arin melangkah mendekati ponsel miliknya, ia mem
gin tertawa, Rafa lalu mendekati Arin, dan ikut berjongkok memunguti kepingan
onsel baru untuk kamu" ucap
ah yang tidak melihat arah tujuannya, Arin lebih asyik denga
i banyak fot
konter tahu cara memindahkan foto-foto kamu i
a ada disini, Ar
p Arin ia mal
ndi
, sama si
pa-apa bagaimana? Ini Bangkok loh" ucap Rafa, la
biasa kok. Kamu ke
rusan kerja
na, handph
uduknya, "Yasudah, ayo ki
i langkah Rafa. "Yes, handphone baru" gum
*
. Arin dan Rafa hanya diam, ketika sang supir bertanya kepada mer
unakan bahasa inggris untuk menujukkan arah tujuannya. Tapi p
ak mengerti b
erti" ucap Rafa, mem
aanya, dan mencari hotel terkenal di Bangkok. Ia harus berterima kasih kepada
ir. Supir itu tersenyum, dan mengangguk. Ia lalu me
rja. Kamu tidak dijempu
uat kerja sama dengan klien tersebut. Jadi saya lah p
edua, jadi sekarang kamu m
, saya yang harus tanya begitu kepad
homestay gitu, bi
. Ini jangan sekali-sekal
ti itu. Tidak ada salahnya ia memanfaatkan Rafa di Bangkok, "Yasudah, saya ikut
ya, kamu lebih a
wa, "kamu,
, tawa itu begitu cantik. Ia lalu menatap
**