gat susah untuk beranjak dari tempat tidur, bahkan untuk ke kamar mandi saja, Tara ter
membantu memasakkan makanan untuk Tara. Sungguh Tara sebenarnya tak ingin merepotkan, namun apal
inya, melainkan dari Fia, yang saat bermain selalu terlihat sedih. Apalagi melihat ayah dari teman-temannya yang ikut berm
u dikata, karena nomor dua i
*
seorang pemuda, kurir yang selalu Zaka perintahkan un
" ucap Zaka sambil kem
ang sakit katanya." Dengan ragu kurir tersebut menjelaskan. F
kamu Tar
Zaka tampak berfikir sebentar, lalu mengayunkan jarinya, meminta kurir tersebut bole
..b
o say
llo
ang
gecek ema
bawakan nasi gor
ukaan Papa nih, baiklah sayang. P
ubungi Tara. Haripun berlalu begitu saja, Tara masih dilingkupi ngidam yang payah. Bersus
rian, hingga air mata sering kali menetes di setiap malam, dan sujudnya. Lelaki i
karena menuruti ngidamnya istri yang ingin makan steak. Mereka seakan
setelah suapan terakhir steak yang disodorkan suaminya. Suami yang sangat memanjakan istri, pikir oran
h Ma, dua kali. saat itu Fia
ngin
andi trus makan, habis tuh pulang."
enidurinyakan
a, kasianlah Tara, lagian, buat papa hanya tubuh mama yang paling menarik," bisik Z
kandungan. Tara bersama Fia dan ditemani bu Yosi, pergi ke rumah sakit. Dokter mengatakan kondisi janin Tara lemah. Ada baiknya bedrest. Tara dilarang melakukan pekerjaan apapun, te
ik Fia gembira saat Tara mengatakan d
di rumah tunggu apotek, men
sakan kandungan juga, namun tidak bersama Zaka. T
Tara ramah, memeluk dan
saki
ia, habis kontrol," elak Tara. Tak m
mu pucat
ngin, biasa Mbak begadang nem
periksa ka
asanya bisa hamil, setelah enam tahun menunggu." Wajah Mei begitu berbinar. Bu Y
ya beruntung banget, " ucap Mei seakan-akan ingin menegaskan
selalu ya, salam untuk Mas Zaka. Makasih sudah kirim uang lagi
ucap Mei dengan senyum sangat manisnya. Tara mengangguk. Fia
tanpa mengeluarkan sepatah katapun. I
alam. Dan Fia sudah lelap. Tara sedari rumah sakit tadi, sudah tidak ta
sakit. Tara terduduk di closet, sesegukan meratapi takdir yang mempermainkan hatinya. Jika saja ia tak jatuh
amualaikum P
m. Iya Tara. Apa
sehat Pak, besok j
akit ap
g terus. Kasian Fia
baya Nduk, dapat job men
aja yang j
ak ga
izin sua
u..suda
g ke pamanmu dulu. Ha
Assalamu
aykumu
anak mama sayang. Hanya anak mama." Tara terisak kembali. Ya Allah hamil dengan kondisi terl
*
at puluh lima tahun, bujang tua yang tinggal bersama dengan ayah Tara. Paman Erik namanya. L
Jakarta untuk menjemput Tara dan Fia. Kini Erik sudah
a mau kam
Pam
balik lagi
ya kasih buat di kampung,
udah kalau
okok yang tercium dari tubuh
eek
ee
ia makan. Paman Erik heran bercampur khawa
ya Erik menatap iba pada Tara. Sangat tampak raut ke
nya ke atas bak lalu menutupnya kembali dengan terpal. Erik juga mengge
ana, Kek?" tan
ia. Ada yang tak beres saat Erik menoleh kepada Tara yang kini te
oda empat memadati tol. Tara pun ikut tertidur lelap. Erik melirik ponakan dan cucunya, dua-duanya cantik. Pikirnya. Namun tiba-t
*
ang pergi, dan mereka tak tahu bu Tar
i ka
balik meninggalkan Zaka yang masih termangu. Zaka sadar hampir tiga bulan tak menengok
et kontak Tara. Namun hingga sep
mana?" hatiny