at Me
lupa fo
kali Ra, orang setengah sadar gitu." Erik mengelak, d
pcce
rdecab, tanda
ucapnya datar, sambil terus fokus menatap jalanan. Sedangkan Tara sudah terkekeh geli.
k ...." Bayi Yus
n sana. Kamu menyusui di sini, biar paman tur
tengah asik berbincang dengan orang-orang yang berada disana. Lima belas menit berlalu, akhirnya bayi Yusuf sudah
Erik melihat dan berpamitan pada orang-orang di warung tersebut
ya terang banget, udah kenyang
Yusuf biar saya gendong, kamu makan dulu." Erik mengambil Yusuf dari pangkuan Tara. Menepuk-nep
a, nanti tersedak."
angan Erik. Mulut bayi itu terbuka,
au lagi tidur, past
sok tahu." Ta
egede gini aja masih saya gendong," ucapnya datar tanpa
t kamu pas lagi tidur ya,
Tara memukul len
uh." Erik kem
kuli Erik, seperti emosi
egitu?" Erik menatap sengit keponakannya. Tara menahan t
nya. Biar saya nyetir lagi,
h lima menit, ditempuh Erik untuk kembali ke rumahnya. Sesekali
ya ndak masalah. Erik tidak mau menyusahkan orang dengan niatan menikah hanya untuk mengurus dirinya yang semakin berumur. Bu
tunggu beberapa tetangga, menyambut Tara dengan suka cita. Erik memarkirkan mobilnya di depan rumah pak Yu
n, saat mamanya datangndenga
gembira. Mbok Minah mengambil bayi Y
berjalan pelan, sa
ap pak Yunus sambil melotot, mengacungkan jari tengahnya pada Pak Yunus
duk lemas di atas dipan. Mencium punggung tangan bapak
ak Danu, dengan air mata menggenang. Mbok Minah duduk deka
Pak," pamit Tara ya
a adik angkatnya itu. Erik hanya menggaruk rambutnya
pak Danu, untuk melihat bayi Tara, ada yang membawakan kado, ada yang membawakan beras, sayur mayur, bahkan juga uang. Begitul
ja satu persatu tetan
a Pak Danu pada Tara saat merek
s," jaw
otot tajam pada Danu. Bapak Tara akhirnya hanya mesem-me
kakek, aqiqah ya.
uat aqiqah Rik, duitnya be
i saja." sahut Tara sambil
qiqah Yuauf, Mas Danu dan T
is dong Rik, belum t
nyak-banyak untuk siapa dan untuk apa, bi
ri dari duduknya, membawa piring kotor ke belakang. Sedang Tara m
menjodohkanmu dengan Erik, piki
idak bi
mencintai ay
pa dia mencintaimu?" Ta
, dari pada mencintai. Pikirkan lagi ya nduk." Pak
a Fia juga sedikit rewel. Mata Yusuf terang benderang, ingin selalu digendong, Tara sudah tak
ntian bergadang menjaga Fia, namun kini Tara harus kuat menahannya sendiri. Ai
o
o
cepat mengambil kerudungnya, lalu membuka pint
ga Yusuf." Erik mengambil
an, udah ga kuat," lirih su
mendorong tubuh Tara masuk,
ayi Yusuf bicar
ter ga boleh be
tengnya lu
ngerti, senyum-senyu
ga sayang kakak, tiga-tiga sayang kakek
cocok liriknya,
bernyanyi, sampai bayi itu kelelahan, dan tidur dipangkuan Erik. B
memakai jilbabnya dan membuka pintu kamar. Tara mengulum senyum
" gumamnya, lalu ma
ngan melilitkan handuk di kepala. Memakai piyama panjang, Tara tak menyangka Erik sudah bangun. Erik melirik sekil
ucap Erik dari balik pintu
an Erik. Entah kenapa Erik, malah mengusap pucuk kepala
an ditutup, nanti banyak kutun
yang menguap berkali-kali pergi meninggalka
*
lu terbangun, menatap heran suaminya, "Ra..siapa?" pikirnya kera
alu tersentak, Mei ju
nyebut nama Tara teru
ah sadar, Za
ama seorang laki-laki, Mas
sap rambut
ya dengan Tara?" tanya
nya. "Tidak mungkin bayi itu
nyusu, tiba-tiba menangis kencang, hingga wa
*