at Me
kan mengejek dirinya yang terluka nestapa saat ini. Satu dua bu
u jalani saat ini adalah kehendakMu. Tara bermonolog pada dirinya. Masih mematung memandang awan luas yang terang benderang warnanya, jelas sekali hari ini tidak akan turun hujan, m
sh
." bis
sahut Tara masi
eminta hak sa
ungkin lelaki yang selama ini menjadi teman baik almarhum suaminya, yang ia hormati dan segani layaknya seoran
u." Zaka memutuskan sendiri, padahal T
a Tara memberanikan diri bersuara walau sangat pel
dan to the point. Tara semakin tak berkutik, rasanya seperti selin
i saya," lanjutnya lagi masih dengan nada lugasnya. Matanya menatap tajam k
a?siapa yang memikirkannya? Tara hanya mampu mengucapkan protes di dalam ha
enyentuh kulitnya inci demi inci, Tara merinding disko, bukan karena menikmati namun karena takut. Mata Zaka saat ini memancarkan aura mematikan. Tara tak berani membuka mata, dipicingkannya dengan paksa, seakan ada lem yang dia oles
rti badak ini rasanya tak pantas diusap dengan begitu lembut. Terakhir me
esah nikmat? tidak!!Tara bersumpah pada dirinya sendiri, untuk menghempaskan desahan nikmat itu jauh-jauh. Wahai hati jangan goyah. Bisik Tara pada seonggok daging di dalam tubuhnya yang saat ini merasai sentuhan suaminya. T
kan karena tak memiliki hasrat, namun lebih karena malu yang sudah membuncah sampai ubun-ubun. Zaka berhenti sejenak, tampaknya tengah memperhatikan nafas tersengal istri keduany
.enak
uaaar
luar dari mulut Zaka, sontak menghempaskan tub
.." er
nya baru menyadari akan ocehannya. Tanpa mengatakan apapun lagi, Zaka tu
menyebut nama wanitamu yang lain. Lagi-lagi T
h ba
ini ia harus apa, harus bagaimana? Lelaki itu ma
ucapan Fia menyadar
meninggalkan kegiatan bermain sepedanya di pekarangan rumah. Tara melaksanakan shol
ka memasuki pekarang rumah Tara. D
Fia bangun dari duduknya mengintip dari jendela. Tara membukakan pintu unt
an celana panjang rumahan, rambutnya dikuncir kuda. Tampilannya terlihat lebih muda dari usianya.
ada Fia, Fia tersenyum malu-malu,
n tangannya. Dengan malu-malu Fia mencium punggun
kan box donat dengan aneka toping. Fia melihatny
ga makan malamnya. Zaka masuk ke
uk yang terlilit di pinggangnya. Pandangan Tara dan Zaka bertemu. Namun Tara
na memang menunggu makan bersama suaminya. Tak ada
anmu!" puji
nya menyahut demikian. Zaka tak melanjutkan lagi, dia merasa tak enak hati juga dengan Tara. Baga
k ke kamarnya, habis dari kamar mandi bersih-bersih. Dengan wajah kaku Tara naik ke ranjang tepat di sebelah Fia. Zaka yang sele
a semalam," ucapn
udah saya
lau gitu saya ingin m
Tara memutar bola mata malasnya. Masih kesel dan bete sebenarnya, tapi...aahh..sudahlah.
nya desahan aah..uh..aah.. uh..aahh..seperti kepedasan. Aah..bodo amatlah. Tara kembali te
ang ditawarkan suaminya. Nafas Zaka masih terengah, menatap di bawah tubuhnya, wanita berparas hitam manis
ting..
epat kilat Zaka meraihnya dari a
..," ucapny
a sudah d
ndu." Zaka menutup telponnya lalu tanpa melihat kembali ke arah Tara, Zaka dengan cepat mema
tergesa. Meninggalkan Tara yang menatap kepergiannya dengan ras
*