Sebuah cerita yang berkisah keluarga yang terpisah karena perceraian yang menyisakan duka buat anaknya karena tidak mengerti dengan kondisi orang tuanya. Hingga suatu saat terjadilah malam jahanam yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah... indah sekali.
Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah... indah sekali.
Perkenalkan dulu namaku Chepi
Aku hanya mendengar ceritanya saja, bahwa Papa menikah dengan Mama pada saat Mama berusia 22 tahun dan Papa sudah berusia 41 tahun. Lalu Mama hamil dan melahirkanku ketika usia Mama sudah 23 tahun.
Kemudian pada saat aku baru berumur 9 tahun, Papa bercerai dengan Mama.
Pada saat itu aku masih kecil. Sehingga aku tidak punya inisiatif untuk bertanya kenapa mereka harus bercerai. Aku hanya menurut saja. Bahwa aku harus ikut pada Papa, meski pun Mama berusaha untuk membawaku ke rumah orang tuanya.
Dan yang sangat menyedihkan (tapi aku tak berani melawan), aku dilarang mengunjungi rumah Mama di kampung yang lumayan jauh dari kotaku. Aku menurut saja, meski hatiku berontak, karena merasa masih membutuhkan pelukan kasih sayang Mama.
Setelah aku besar, barulah aku tahu bahwa Mama minta diceraikan, karena Papa menikah lagi dengan seorang gadis yang usianya hanya 10 tahun lebih tua dariku. Gadis yang dinikahi oleh Papa itu adalah anak buah Papa sendiri di kantor.
Hanya beberapa hari setelah Mama pulang ke rumah orang tua di kampungnya, seorang wanita yang masih sangat muda dibawa ke rumah Papa. Wanita yang baru berusia 19 tahun itu Papa perkenalkan padaku sebagai ibu tiriku. Dan sejak saat itu aku harus memanggilnya Mamie.
Aku yang merasa sangat disayangi oleh Papa, tidak pernah complain dengan kenyataan ini.
Memang aku sering mendengar tentang kejamnya ibu tiri. Tapi ternyata aku mendapatkan ibu tiri yang sangat lembut dan baik sekali padaku. Karena itu aku tak punya alasan untuk tidak menghormati ibu tiri yang sudah dibiasakan kupanggil Mamie itu, sebagai pengganti Mama kandungku.
Aku pun lalu tahu bahwa aku ini anak bungsu Papa. Karena sebelum menikah dengan Mama, Papa sudah menikah dua kali. Dari perkawinan sebelumnya itu Papa mendapatkan dua orang anak perempuan. Tapi kedua - duanya sudah pada punya suami. Aku hanya pernah berjumpa dua kali dengan kedua kakak seayah berlainan ibu itu, pada saat aku baru duduk di TK dan ketika Papa sudah membawa Mamie ke dalam rumah ini.
Kakak seayahku yang pertama bernama Susie. Sedangkan kakak seayah yang kedua bernama Nindie. Karena aku orang Jabar, aku memanggil mereka Teh Susie dan Teh Nindie.
Aku masih ingat benar, pada kedatangan yang kedua itu, kakak - kakak seayahku menasehatiku agar jangan nakal, karena aku tidak tinggal bersama ibu kandung lagi. Mudah - mudahan aja Mamie menyayangimu, kata Teh Susie saat itu.
Dalam kenyataannya Mamie memang sangat baik padaku. Memarahiku pun tidak pernah. Bahkan aku merasa dimanjakan olehnya, baik dalam membelikan pakaian mau pun membelikan coklat atau permen buatku. Ketika Mamie tahu aku ini senang baca komik, dia pun membelikanku beberapa buah buku komik yang sangat kusukai.
"Iya Mam," sahutku saat itu.
Tadinya kupikir kebaikan Mamie hanya bermuka - muka, agar Papa makin sayang padanya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Setiap kali Papa bertugas ke luar kota dan terkadang menginap sampai 3 - 4 malam di luar kota, Mamie malah semakin baik padaku. Bahkan boleh dibilang Mamie itu sangat memanjakanku pada saat Papa di luar kota.
"Tetap baik Pap," sahutku.
"Makanya kamu harus bisa menyesuaikan diri padanya ya Chep. Jangan nakal dan turuti apa pun yang Mamie minta dan suruh."
"Iya Pap."
Mamie memang sangat baik padaku. Jadi, tidak ada hal yang harus kulaporkan kepada Papa.
Yang paling menyenangkan, setiap aku berulang tahun, Mamie selalu memberikan kado ulang tahun yang bagus - bagus. Bahkan pada saat aku berulang tahun yang ketujuhbelas, Mamie menghadiahkan sebuah motor bebek baru. Dengan pesan cepat bikin SIM A dan C, jangan dipakai ngebut - ngebutan, karena Mamie tidak ingin melihatku mengalami kecelakaan.
"Iya Mam," sahutku, "Aku kan gak suka kebut - kebutan. Ohya... SIM A untuk apa Mam?"
"Kalau kamu sedang nyantai bisa kan nyetirin mobil mamie?"
"Owh... siap Mam. Aku kan udah bisa nyetirin mobil Papa. Tapi belum punya SIM, karena belum tujuhbelas tahun."
"Iya, makanya nanti sekalian bikin SIM A. untuk biayanya sih nanti mamie transfer ke rekening tabunganmu."
"Siap Mam."
Sebelum menikah dengan Papa, Mamie harus resign dari perusahaan. Karena di dalam perusahaan itu tidak boleh ada dua orang atau lebih yang ada pertalian darah. Tidak boleh pula ada suami - istri yang sama - sama bekerja di perusahaan itu.
Itulah sebabnya harus ada yang resign salah seorang, Papa atau Mamie. Maka Mamielah yang resign, karena kedudukannya lebih rendah daripada Papa. Gajinya juga jauh lebih kecil daripada gaji dan penghasilan sampingan Papa.
Tapi Mamie sangat rajin berbisnis. Setelah resign dari perusahaan dan menikah dengan Papa, Mamie mencari uang sendiri di rumah. Sehingga banyak ibu - ibu berdatangan ke rumah sebagai rekan bisnis Mamie. Aku tidak tahu persis apa saja yang diolah oleh Mamie untuk bisnisnya. Kelihatannya Mamie menjual kebutuhan wanita semua.
Dan tampaknya Mamie sukses dalam bisnisnya. Sehingga ruang tamu dijadikan kantornya. Ada dua orang cewek yang bekerja di ruang tamu yang sudah dijadikan kantor itu.
Sukses Mamie memang mengagumkan. Sehingga dalam tempo singkat Mamie bisa membeli sebuah sedan yang harganya lebih mahal daripada mobil SUV Papa.
Ya... aku kagum pada gesit dan lincahnya Mamie dalam berbisnis.
Tapi... ada kekaguman lain yang kurahasiakan di dalam hati. Kagum pada kecantikan Mamie yang luar biasa pengaruhnya ke dalam batinku ini.
Yang membuatku heran adalah, sudah sekian lamanya Mamie jadi istri Papa, tapi tidak hamil - hamil juga. Apakah Mamie wanita mandul atau bagaimana? Entahlah. Aku tak berani menanyakannya.
Yang jelas, setiap kali aku berdekatan dengan Mamie, sudut mataku selalu "rajin" mencuri - curi pandang pada keelokannya. Bahwa Mamie berperawakan tinggi langsing, namun sepertinya padat berisi dan tidak kurus.
Kulitnya putih kekuningan. Sepasang matanya bundar bening. Hidungnya mancung meruncing. Bibirnya tipis merekah. Dan yang paling kukagumi adalah giginya itu. Putih dan rapi sekali, seolah sudah diatur semuanya. Maka kalau Mamie sedang tertawa, aku suka terlongong memperhatikan dua baris gigi yang rapi dan "tertib" itu.
Namun kekagumanku tentang daya pesona Mamie itu tetap kurahasiakan di dalam hati. Karena aku pun sadar bahwa Mamie itu milik Papa yang paling berharga.
Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan berputar terus dengan cepatnya. Tanpa terasa nanti tengah malam jam nol-nol, umurku akan menjadi 18 tahun.
Aku malah teringat Papa yang sedang di luar kota. Kalau usiaku 18 tahun, usia Papa pun akan genap 60 tahun, karena Pazpa menikah dengan Mama waktu berusia 41 tahuyn dan katika aku lahir usianya sudah menjadi 42 tahun. Sedangkan Mama waktu melahikan aku usianya baru 20 tahun. Berarti sekarang usia Mama sudah 38 tahun.
Yang membuatku bersemangat di usia 18 tahun ini, karena Papa sudah berjanji bahwa kalau usiaku sudah 18 tahun, aku boleh menemui Mama di kampungnya yang masih kuingat jalannya. Bahkan bentuk rumahnya pun masih kuingat (kalau belum dirombak). Pokoknya rumah Mama itu hanya terhalang 1 rumah di samping Puskesmas.
Memang jam 00.00 nanti usiaku genap 18 tahun. Tapi kegiatanku di kampus tadi sangat meletihkan. Sehingga aku hanya kuat melek sampai jam 22.00, kemudian mengganti pakaianku dengan kaus oblong dan celana pendek serba putih, lalu terlelap tidur setelah mematikan lampu utama, tinggal lampu LED biru yang cuma 2 watt kubiarkan tetap menyala seperti biasanya.
Bersambung...
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
"Kau harus membayar utangmu sekarang juga," desis Lucas, matanya dingin seperti es. Flora terpaku, tak bergeming, dadanya sesak. Hutang? Hutang apa? Sebuah perjanjian hutang antara mendiang orang tua Flora dengan Lucas, yang kini berakhir mengikat Flora dengan pria yang baru dikenalnya malam ini di pesta lajang sahabatnya. Menjerumuskannya dalam lingkaran neraka. Flora tak pernah tahu orang tuanya berhutang pada seorang pria kejam, berusia lima belas tahun lebih tua darinya, pemilik Perusahaan Blackwood tempatnya magang sebagai staf marketing. Lucas, pria yang tak kenal ampun, menuntut pembayaran detik itu juga. "Jika kau tidak bisa bayar nominal utangnya, tubuhmu untukku malam ini!" tegas Lucas, menarik tangan Flora masuk ke kamar hotel.
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
Banyak orang sering mengatakan bahwa level mencintai paling tertinggi adalah merelakan, mengikhlaskan, dan membuat sosok yang menempati hati ini supaya mendapatkan kebahagiaan selalu-meskipun sumber kebahagiaan itu bukanlah kita, melainkan orang lain. Sallyana berpikir kisah cintanya akan selalu mulus dan damai, namun takdir berkata lain. Veen-pemuda itu memaksanya untuk mundur membawa perasaan yang perlahan mulai terkikis oleh rasa perih dari sebuah penolakan. Ketika Sallyana mulai berhasil mengikhlaskan dan merelakan sosok itu menghilang dari hidup maupun hatinya, takdir justru memutuskan untuk kembali mempertemukan mereka berdua dengan status dan hubungan yang sudah tidak lagi sama seperti dulu kala. Akankah Sallyana kembali mencintai Veen? Apakah takdir akhirnya mengambil keputusan untuk mempersatukan mereka berdua setelah sempat terpisah? Atau takdir justru menyandingkan Sallyana dengan pemuda yang pernah mampir dalam hatinya saat sedang menjalani proses melupakan sosok Veen?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?