san pada Marni, asis
pulang,
kar di pergelangan tangan kanannya. "Mana sopir yang biasanya jemput Val? Coba pangg
ng dipanggil datang menghadap Susa
manggi
Kok belum di je
n katanya mau pulang sama temannya, j
mu turuti
menunduk dalam-dalam
Sesaat kemudian asisten rumah tangganya itu sudah memb
encari kontak Valerie. Namun saat dia menghubungi nomer Val, ternyata tida
ir yang masih berdiri di hadapannya. "Cari sampai
ian berbalik dan buru-buru keluar ruma
menghubungi ponsel anaknya, namun lagi-lagi Susan harus menel
eram Susan seraya melempa
ujar Marni mende
nap
erie pergi dengan t
laki-
meng
?" tanya Susan deng
i-laki itu. Saya tidak tau dia siapa, tapi sepertinya te
ekarang?!" hardik Susan me
am saya. Jadi saya di suruh tutup mulut, mana ber
, merasa resah sendiri. Khawatir kalau anak peremp
iba saja ada sebuah mobil masuk ke pelataran rumahnya. Membuat Susan dan Marni me
epan, namun wanita itu sedikit kecewa saat melihat buka
*
na masuk ke dalam pelataran rum
awa Kevin. Dia tidak ingin melibatkan adiknya ke dalam mas
l yang sudah mendekap tas sekol
"Aku harus bicara se
macem-macem ya!" Waj
mu ngomong juj
gg
emua ini? Bukankah orang tuamu seorang dokt
n uru
ah membuat kesalahan besar yang melibatkan ad
terd
Kita bicara
dia takut. Takut menghadapi
pai kapan kamu m
at. Dia sadar kalau cepat atau lambat kedua
inya sekarang. Val takut, kedua orang t
uar dari sana. Sedangkan Ken dengan percaya di
n masih menatap heran pada anak perempu
rdik Susan pada Val yang s
n sebentar ke ru
Ken. Seorang pria dewasa yang
enalan dengan le
pada Ken. "Sejak kapan kamu ber
a tertunduk. Kepalanya pusi
saya bicara di dala
tangannya di depan dada seraya m
lari masuk ke dalam rumah menuju toilet. Gadis itu tak bisa lagi m
enarnya dengan anak perempuannya itu? Pulang terlambat di antar ol
lam kepalanya. Apalagi saat dia mengingat pria yan
ang sedang menunggu di rua
*