"Saya yang akan menikahi Valerie." Demi menutupi dosa adiknya, Keanu rela menikahi Valerie. Seorang gadis remaja berusia delapan belas tahun, yang sudah dihamili oleh Kevin, adiknya sendiri. Padahal Keanu sudah berencana akan melamar Sely, sekretarisnya di kantor yang sudah ia sukai sejak lama. Lalu, bagaimana Keanu dan Valerie menjalani kehidupan rumah tangga? Tanpa saling mengenal dan mencintai satu sama lain.
"Kev ... Aku takut," lirih Valerie. Kepalanya tertunduk, bola matanya yang kecoklatan bergerak kiri kanan dengan gelisah.
"Takut apa? Kita kan udah pernah."
Valerie kembali menepis tangan Kevin yang hendak melepaskan kancing seragam sekolahnya.
"Justru itu," Valerie mendongak, menatap Kevin, cowok tampan yang sudah lima bulan ini menjadi pacarnya. "Aku takut hamil."
"Emang kalau sekali bisa hamil?" tanya Kevin dengan wajah polos.
Valerie mengangkat bahunya sekilas. "Mana kutahu."
"Tapi kamu nggak hamil, kan?"
"Ya enggaklah. Minggu lalu kan aku habis mens."
"Trus kenapa?"
"Emang kamu nggak takut? Waktu itu kita nggak pakai pengaman lho."
"Tapi kenyataannya kamu nggak hamil, kan?"
"Tetep aja, Kev. Ada kemungkinan aku hamil waktu itu."
Kevin berdecak kesal. Cowok tampan itu menyisir rambutnya dengan kelima jari, perasaannya sudah campur aduk tak karuan karna sejak tadi sudah menahan hasratnya pada Valerie yang cantik dan seksi itu.
Dengan sengaja Kevin mengajak Valerie ke rumahnya untuk mengulangi perbuatan mereka beberapa minggu yang lalu, karena rumah Kevin selalu sepi. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang tak mungkin berani ikut campur dengan urusannya.
Sudah ribuan kali dia membujuk Valerie untuk melakukannya lagi, namun gadis itu selalu menolak. Padahal Kevin belum bisa melupakan pengalaman pertama yang terus-menerus terbayang di kepalanya siang dan malam, membuat Kevin ingin mengulanginya lagi dan lagi.
Wajar saja. Valerie takut.
Gadis itu takut hamil. Mereka sudah kelas dua belas sekarang. Beberapa bulan lagi, mereka berdua akan lulus sekolah. Valerie tak mau dia gagal lulus SMA hanya karna kebodohannya sendiri.
"Ya udah aku antar kamu pulang deh," gerutu Kevin seraya menyambar jaket yang tersampir di punggung kursi belajarnya.
Namun saat cowok itu membuka handle pintu, tiba-tiba saja terdengar suara hujan turun dengan lebatnya, disertai kilat yang menyambar-nyambar.
"Hujan ya?" Valerie membuka gorden di kamar Kevin, dan benar saja, di luar memang sedang hujan deras. "Gimana dong?"
Lagi-lagi Kevin berdecak kesal lalu melempar jaketnya ke lantai. "Tunggu aja dulu," ucapnya seraya duduk di tepian ranjang.
"Kamu marah?"
Cowok itu tak menjawab. Dari ekor matanya, dia bisa melihat Valerie sedang berdiri dengan gelisah di sampingnya.
Diam-diam Valerie ikut duduk di samping Kevin lalu mengusap lengan pacarnya dengan lembut. "Jangan marah dong," bujuknya.
Perlahan Kevin menoleh, menatap kedua mata Valerie dengan tatapan berkabut. Tatapan Kevin begitu melenakan, hingga tanpa Valerie sadari, Kevin sudah memiringkan wajahnya dan meraih bibir Valerie ke dalam ciuman yang dalam dan menuntut.
Tak butuh waktu lama untuk Valerie membalas ciuman Kevin yang penuh gairah itu. Saat ciuman mereka semakin dalam dan panas, Kevin mulai berani menelusupkan sebelah tangannya ke dalam kemaja putih Valerie yang sedikit ketat.
Gadis itu mendesah pelan saat Kevin meremas lembut gumpalan di dadanya. Setelah itu, tangan Kevin tiba-tiba sudah melepas tiga kancing teratas seragam yang menempel di tubuh Val, membuatnya terkesiap.
Namun sebelum gadis itu melayangkan protes padanya, Kevin kembali memagut bibir Valerie yang kemerahan dan sesual. Bibir yang selalu dikaguminya.
"Kev ...," desah Valerie hendak menghentikan tangan Kevin yang ingin meloloskan seragamnya.
Namun bukannya berhenti, Kevin justru membuka seragam Valerie hingga terlihat jelas di hadapannya, tubuh polos Valerie yang hanya mengenakan bra berwarna coklat muda yang seolah menyatu dengan warna kulitnya.
Kedua mata Kevin melahap pemandangan di hadapannya dengan tatapan berkabut. Miliknya sudah bereaksi keras sejak tadi, apalagi saat ia melihat tubuh Valerie ya sudah terbaring lemah di atas ranjang.
"Kev ...," lirih Valerie saat Kevin hendak menindihnya, "Kamu janji nggak akan ninggalin aku, kan?"
Senyum kemenangan cowok tampan itu terulas manis di wajahnya.
"I'm promise," sahutnya lembut sebelum mendaratkan ciuman panas di bibir Valerie yang terbuka, dan penyatuan itu terjadi lagi, tanpa penghalang di antara mereka.
Kulit menyentuh kulit, tanpa pengaman.
***
"Mbaaaak!" teriak Valerie yang baru saja tiba di rumah mewahnya. Rumah besar yang terletak di kawasan elite itu selalu sepi. Di rumah sebesar itu, Valerie lebih sering bertemu dengan asisten rumah tangganya dari pada kedua orang tua yang sama-sama berprofesi sebagai dokter.
Papa Valerie adalah seorang dokter yang cukup senior. Pengelola salah satu rumah sakit swasta yang didirikan oleh kakek Valerie hampir dua puluh tahun yang lalu.
Sedangkan Mama Valerie adalah seorang dokter spesialis kandungan yang bekerja di rumah sakit tersebut.
"Iya, Non," jawab Mbak Marni tergopoh-gopoh. "Mau makan malam?"
"Papa sama Mama mana?" bukannya menjawab, Valerie malah balik bertanya.
"Tuan Andika belum pulang, kalau Nyonya Susan tadi pulang sebentar trus katanya ada pasien yang harus di operasi, jadi balik lagi ke rumah sakit," jelas Mbak Marni seraya memperhatikan seragam Valerie yang basah kuyup.
"Ya udah," sahut Val dengan bibir mengerucut kesal. Setiap sampai di rumah selalu sepi, tak ada yang menyambutnya selain Mbak Marni.
"Non Valerie kok basah kuyup begitu? Kenapa tadi nggak nelpon sopir biar di jemput?" kata mbak Marni dengan wajah khawatir.
"Tadi di antar sama temen kok, Mbak."
"Naik motor?"
"Iya."
"Kenapa nggak naik taksi aja sih, Non?"
Valerie tersenyum-senyum. "Biar romantis, Mbak. Kan bisa peluk-pelukan di bawah hujan," jawabnya asal.
"Astaga, Non. Masih kecil kok sudah pacaran. Nanti kalau Papa sama Mamanya tau bisa marah lho."
"Ya jangan sampai taulah, Mbak. Awas ya, mbak Marni jangan coba-coba buka mulut," ancam Valerie.
"Saya mana berani, Non ...."
"Bagus!" Val mengacungkan kedua jempolnya pada Marni sebelum berlalu pergi, naik ke lantai atas di mana kamarnya berada.
Sesampainya di kamar, Val segera mengunci pintunya rapat-rapat. Gadis bertubuh ramping dan seksi itu berjalan ke kamar mandi dan mulai melepas seragam sekolahnya yang basah kuyup.
Val berdiri tegak di depan cermin besar yang ada di dalam kamar mandinya. Gadis itu diam mematung memerhatikan tubuhnya yang polos. Ada banyak bekas kissmark di mana-mana. Leher, dada, perut dan juga punggungnya.
Perlahan gadis itu meraba bekas kemerahan itu dan bayangan kejadian beberapa saat yang lalu berkelebatan di kepalanya.
Saat dia dan Kevin melakukan hubungan terlarang itu untuk yang ke dua kalinya. Inti tubuhnya masih terasa basah dan lembab, walaupun tadi dia sudah membersihkannya di toilet rumah Kevin.
Ada gelayut kecemasan di dalam dadanya. Berbagai macam pertanyaan tanpa jawaban mulai membuatnya gelisah.
Kenapa Val selalu saja menuruti keinginan Kevin? Apa karna Val juga menginginkannya? Bagaimana kalau dia hamil? Bagaimana kalau kali ini cairan Kevin benar-benar membuahi sel telurnya?
Val buru-buru menyalakan shower, berharap air yang mengaliri seluruh tubuhnya itu bisa menghilangkan segala kecemasan dan perasaan berdosa yang terlanjur bersarang di dalam dirinya.
***
Terima kasih sudah membaca bab 1. Kritik dan saran silahkan di kolom komentar.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Amy tidak menyangka suaminya yang sangat dia cintai dan percayai selama bertahun-tahun akan berselingkuh dengan berhubungan seks dengan sekretarisnya. Ketika dia menghadapinya, dia dan sekretarisnya mengejek dan mengejeknya, mereka memanggilnya mandul, lagipula, dia tidak mengandung selama tiga tahun terakhir bahwa dia telah menikah dengan suaminya, Callan. Sangat Patah Hati, dia mengajukan gugatan cerai dan pergi ke klub, dia memilih gigolo acak, melakukan one night stand dengannya, membayarnya dan menghilang ke kota kecil. Dia kembali ke negara itu enam tahun kemudian dengan tiga anak laki-laki imut yang identik dan tiga gadis imut yang identik dengan usia yang sama. Dia menetap dan mendapat pekerjaan tetapi segera mengetahui bahwa CEO-nya adalah gigolo yang dia berhubungan seks enam tahun lalu di klub. Apakah dia bisa menyembunyikan enam imut kecilnya dari CEO-nya, yang kebetulan adalah pria paling berkuasa di NorthHill dan dianggap tidak subur? Bisakah Amy dan pria paling berkuasa di NorthHill bergaul mengingat kesenjangan sosial di antara mereka.
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?