r, membuat isinya tumpah sedikit ke meja. Dia
a Adrian, suaranya penuh amarah. "Siapa ya
alahannya. "Ma-maaf, Pak. Saya tida
ya kau pikir aku mau menyiksa diri denga
lu. "Maafkan saya, Pak. Saya akan s
udah cukup kekacauan yang kau buat hari i
situasi yang menyesakkan ini. Namun sebelum d
astikan kau tahu persis apa yang aku mau. Ak
t tanpa menoleh. "Ya,
dinding, mencoba menenangkan diri. Dia merasa begitu bodoh dan tidak
ung menyambutnya dengan wajah cemas
terjadi dengan suara lirih. Doni dan
a. "Si Adrian memang terkenal perfeksionis
abar aja, Nit. Anggap aja ini cobaa
h. "Makasih, guys. A
a merasa kesal dengan sikap Adrian yang berlebihan. Tapi di sisi lain,
inya sendiri. 'Aku akan tunjukkan pada Adrian kal
disambut oleh senyum hangat ibunya yan
itu, Nita?" tanya Ibu, menghent
lu duduk di kursi makan. "Aduh B
, "Memangnya ada apa
akhirnya dihukum menjadi pembuat kopi. "Bayangkan saja Bu, aku disuru
ga hari pertama. Besok pasti lebih baik. Yang penting
, Dika, adiknya yang baru pulang l
ta dari atas ke bawah. "Lho, kok mukanya kusut kaya baju belum pernah
"Enak aja! Ini
baru muat lagi," Dika nyengir, ma
ot, tangannya refle
at. Soalnya kata guru Biologi aku, gaj
k, pura-pura mau mele
kalau aku benjol, siapa yang
lu diet?" Anita bertany
rlu ganti baju aja. Soalnya kalau pake baju itu, mb
tidak tahan dan mengejar Dika
bisa geleng-geleng kepala. "Aduh, kalian ini.
kayak Shrek sama Fiona, sebelum Fiona ja
a senyum di wajahnya. "Awas ya, nanti aku
di kebun binatang tempat mbak
tawa juga. "Dasar! Mulutmu itu
sa semua. Emangnya mbak mau
sudah. Daripada debat terus, mend
nita cuma bisa geleng-geleng kepala, tapi
gangkat mood Anita. Setidaknya di rumah, dia punya keluarga yang selalu
hnya. Pikirannya terus melayang ke kejadian tadi siang, dimana Anita sukses membuat harinya berantakan. Mula
. Adrian bertekad akan membuat Anita tidak betah kerja di firma Hartono. Sayangnya,
l memejamkan mata, membiarkan aroma lavender d
uara bel pintu apartemen berbunyi dengan keras, menyadarkan Adrian d
begini?" gerutunya samb
ubuhnya, Adrian berjalan menuju pintu depan. Tetesan air ma
et. Di hadapannya berdiri sesosok wanita yang
ucap Adria
tergerai dan gaun merah yang membalut tubuh
ucapnya dengan suara lembut namun p