erbisik, "Sebaiknya kau segera ik
ni pertama kalinya dia melihat Adrian turun langsung ke lantai 10. Biasanya,
wajahnya. Pikirannya berkecamuk, membayangkan kemungkinan ter
masih terdiam, akhirnya membentak, "Hei, anak baru
rian. Namun sebelum keluar ruangan, dia menoleh ke
mengucapkan "Semangat!" tanpa suara. Dewi memberikan s
g yang mencekam menyelimuti mereka selama perjalanan di lorong kantor. Ani
ertuliskan "Ruang Rapat Utama". Adrian membuka pint
angan itu tidak kosong. Di sana, duduk seorang pria p
dengan senyum ramah. "Duduklah, Anita.
ya dengan ekspresi tidak terbaca. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah
an itu luas dan mewah, dengan meja panjang yang terbuat dari kayu mahoni me
r Pak Hartono, menunju
tangannya gemetar. Adrian berdiri di samping ay
au sudah membuat kesan yang... menarik d
Ma-maafkan saya, Pak.
potong Pak Hartono, terkekeh.
ung, sementara Adria
nya!. Dia sudah membuatku jengkel , hanpir saja aku telat kemarin m
drian terdiam. "Adrian, kau ingat kenapa ak
"Karena... dia ceroboh da
emiliki sesuatu yang jarang kita temui di dunia
gan mata melebar, tidak perca
bersuara. "Saya... saya bah
putraku yang arogan ini," dia mengedipkan mata pada Adrian yang cemberut, "kau tidak menyer
"Ba-bagaimana Bap
pengamatanku di kantor ini. Dan itulah yang membuat
dia bahkan belum membuk
atap Adrian tajam, "beri dia ke
ang akan datang. Klien VIP yang sangat penting bagi firma ini. Aku
Sa-saya? Tapi saya
"Kita butuh perspektif baru. Dan kau, Anita, ak
gangkat tangannya. "Dan Adrian, kau akan memimpin ti
memucat. "Apa
diri. "Ini keputusanku. Aku percaya kali
ktikan pada mereka, Nak. Tunjukkan apa yang bisa kau lakukan. Aku p
an Anita dan Adrian dalam
al dan penasaran. "Jadi," ujarnya akhirn
i merasakan percaya diri membara dalam diriny
Tapi saya akan berusaha sekuat tenaga. Dan saya hara
mengangguk kaku. "Baiklah. Tapi ingat, ak
yum. "Saya tidak akan mengece
dia masih ingin membuat perhitungan dengannya."Walaupun ayahku membelamu, aku masih akan membuat pe
ahan senyum lebarnya. Hari pertamanya di Hartono Firm memang penuh kejutan, tapi kini dia tah
nteraksinya dengan Adrian. Dara, dengan senyum liciknya, berbisik