ahnya. Sepanjang perjalanan, dia tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, bahkan sesekali terke
ak baru itu?" bisi
h gila di hari pertamanya,"
kan pandangan orang lain. Sesampainya di area kerja timn
an. "Apa yang terjadi? Kau kelihat
ngalihkan perhatian mereka ke Anita. Ketiganya
ri sebelum mulai bercerita. "Kalian tidak akan percaya a
an!" desak De
rian. Dia menjelaskan bagaimana awalnya dia merasa terintimidasi, t
Anita memberi jeda dramatis. "Pak Hartono membe
ap kaget. Doni bahkan sampai ters
ita, kau tahu tidak? Aku sudah empat tahun bekerja di sini, dan belum
s-kasus VIP selalu ditangani langsung oleh tim senior at
beruntung, Anita! Tapi juga, kau pasti punya sesuatu ya
Aku sendiri masih tidak perc
udian mengambil posisi untuk memberi nasihat. Dia melet
mas yang jarang sekali datang, apalagi untuk karyawan baru sepertimu. Pak Hartono suda
ung jawab yang kini dipikulnya. "Saya mengert
kemampuanmu dalam menangani
uga bisa jadi pisau bermata dua jika kau tidak bisa menanganinya dengan baik. Jangan
sa gugup. "Bagaimana jika... bagaim
melakukannya. Dan ingat, kami semua ada di sini untuk membantumu." Doni pun menambahkan, " Meski aku sedikit iri
au yang ditugaskan langsung oleh Pak Hartono, kami ak
barunya. Dia tersenyum, merasa lebih percaya diri. "Terim
ng, bagaimana kalau kita rayakan ini?
area kerja mereka. Semua langsung terdiam, termasuk Anita yang m
k pagi, jam 8 tepat, di ruang rapat utama. Janga
sung berbalik pergi, meninggalkan Ani
oni berbisik, "Wow, sepertinya Adrian tida
rnya mungkin bukan hanya menangani kasus VIP, tapi jug
gat, Pak Hartono memilihmu karena alasan t
ma-sama menuju kantin. Begitu memasuki area kantin, mata Anita langsung terbelalak t
in, tapi food court mall
nggaan kantor kita. Nah, sesuai janji, hari in
ar-binar. Dia memandang deretan stand makanan dengan
. "Aku mau... bakso! Eh, tapi mie ayam pangsitnya ju
sung melongo. "Hah? Dua porsi? Pantas
porsi ideal tahu! Lagipula, kalau cuma satu porsi mana kenyang. Mum
lihat interaksi keduanya. Sementara Don
alau begini caranya," kelu
n, kantin sedang sangat ramai. Mereka berkeliling beberapa saat, sampai akhirnya menemuk
ambil!" seru Dewi, dan mereka
ngat. Teman-temannya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat cara
sedak loh," Pak Toni menging
enuh nafsu, Anita merasakan sensasi panas di lida
Tanpa pikir panjang, Anita l
ana?" ta
anyakan cabe nih!" ja
ju stand minuman. Matanya terfokus pada tujuann
R
pecahan gelas dan piring. Anita merasakan se
ta-kata Anita terputus begitu di
ya yang tadinya rapi kini penuh dengan noda makanan dan minuman. Nampan y
riuh menjadi hening. Semua mat
esis, matanya menyal
t pasi. Dia tahu, dia baru saja me
" Anita tergagap, tidak
a Anita untuk diam. Dengan suara rendah dan penu
alik dan melangkah keluar kantin, meningg
apa yang baru saja terjadi. Dari mejanya, Doni, Dew
i pelan, menyuarakan apa yan
mimpi buruk. Apa yang akan terjadi padanya di ruangan Adrian nanti? Sudah 2 kali dia
n menuju ruangan Adrian, meninggalkan kant