a yang biasanya menghabiskan malam bergelora dengan para pelanggannya. Semalaman dia dan
habisan. Mati-matian dia menekan hasratnya yang tersulut tanpa tersalurkan. Kemolekan tubuh perem
Raffa membatin sambil memandangi wajah Belin
ing gemasnya, Raffa kembali mencuri ciuma
gkat lengannya. Lantas, memindahkan kepala Belinda
dan ingin minum. Namun, aroma kopi seketika
, yang hampir mendekati dapur modern
uk membuat kopi. Dia baru saja datang dan lang
Apa enggak punya kopi?" celetu
ke apartemen. Jadi gue ke sini aja, terus bik
alem pulang jam berapa?" tanyanya sembari mel
ri lemari es. Dia menenggak air dingin tersebut hingga tersis
p perlahan kopi buatannya. Dia merasa ada yang aneh, karen
. Gue tidur di sini," ujar Raffa
emalem lu pergi sama temennya T
ah frustrasi
malah ditekuk gitu mukanya. Ada apaan?" Vano jadi pena
, dia ragu lantaran takut
." Vano terlihat sudah tid
tas mengembuskan napas kasar. "Semal
membeliak semakin me
ia menangkup wajahnya la
ing
lah denger 'kan, nih, seorang Raffa bawa pulang cewek? Apalagi tuh cewek pelanggannya,
Vano. "Orangnya lagi tidur di kamar
menutup mulutn
li tertawa. Merasa belum percaya d
ma lu!" Raffa berdecak lal
bawa tuh temennya Tante Dini." Vano menyesap kopinya yang
honor gue melayang. Ya gue ajak aja dia ke
gitu? Eh, tapi tunggu! Gue mau tanya dulu nih. Gimana
ungkin akan semakin membuat
gue bisa
semaleman lu ngapain aja? Maen congklak?
Vano. "Njir, lu! Ma
ak ngapa-ngapain. Emang tuh Tante enggak k
ikkan bahu. "Engg
set kaki," celetuk Vano. "Semalem eng
gue." Raffa berdecak lalu menendang
sudah menceritakan s
a yang lumayan sakit. "Iya-iya sorry
rtawa. Seolah Vano bahagia di atas penderi
asin sama pelanggan lama lu," ujar Vano sambil menepuk-n
tar bola matany
Jangan pang
ernyit. "
itu cuma
Vano mengusap-ngusap dagunya.
t sendiri orangnya." Raffa beranjak dari tem
ri apaan lu?" Dia berdir
ng bisa d
x pizza di meja
Raffa
ang ada di ruang tamu. "Dipanasin l
ng b
tamu. Kemudian dia mengambil box piz
gatkan pizza di microwave, Ra
k suka sama lu," ucap Vano disela-sela kesibukannya menguny
saja. Dia tidak kaget
. Enggak usah dijawab," ucapnya santai, s
r dia sampai basah semua bajunya." Vano tertawa, m
u!" Raffa ge
a gue k
hapal betul dengan sifat Axel yang selalu
Axel. Vano lalu bertany
manya Be
uma men
a punya u
or di Bandu
ia sambil man
asih mengunyah maka
gue mahal," ucap Raffa yang baru saja menghabis
er j
nda. Tiba-tiba suara perempuan
ffa
sontak menoleh ke belaka
kan Belinda. Pemuda itu menganga lebar tanpa berkedip sama seka
#