Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Ini hari ke 10 aku tinggal dan bekerja di rumah ini.Rumah yang sangat mewah dan besar berada di kawasan perumahan elite.
Aku di ajak ke sini oleh mbok yem, tetanggaku yang akrab dengan ibuku.Kata mbok Yem majikannya butuh seorang pembantu lagi karena bila mbok Yem sendiri kewalahan mengurus pekerjaan rumah.
Tadinya sudah ada pembantu satu lagi, namun hanya kuat 1 bulan lalu dia meminta pulang kampung tapi tak kunjung datang kembali ke rumah ini.Menjadi pembantu sebenarnya aku terpaksa, karena keadaan ekonomi keluargaku sedang sulit.Di tambah ayahku yang tengah sakit butuh biaya besar untuk berobat jalan.
Sedangkan biaya dari hasil pekerjaanku ketika masih di kampung masih kurang.
Dan gaji dari pekerjaanku di sini lumayan agak besar.
Karena majikanku sanggup membayar kami 3x lipat dari gaji pembantu pada umumnya.
Makanya aku bersedia kerja di sini.
Hari pertama sampai ke sembilan aku bekerja di sini, semua terlihat baik baik dan wajar2 saja.Bos pria bertingkah seolah acuh tak acuh padaku.
Bila ada keperluan dia memanggil mbok Yem, mungkin dia masih agak canggung bila ingin menyuruhku tak seperti bos wanita yang dari hari pertama sampai sekarang tak sungkan menyuruhku.
Namun di hari ini ( hari kesepuluh) bos pria mulai berani menyuruhku bahkan sampai menasehatiku soal pekerjaan yang harus aku lakukan, tapiii dia berani bila bos wanita tidak ada di dekatnya.
Bos pria mulai memperlakukanku dengan perlakuan yang sangat baik. Bisa di bilang "perhatian". Perlakuan nya pada ku sangat berbeda dengan perlakuan terhadap mbok Yem.
"Nur... Nur.. bi nur tolong kesini"
Panggil bos pria dari ruang tengah.
Aku yang sedang mencuci piringbergegas ke ruang tengah menemuinya.
"Iya tuan ada apa?"
Tanyaku agak gugup sambil menundukkan kepala.
"Kamu kalau saya panggil atau saya suruh jangan takut kaya gitu ya, bersikap seperti biasa aja nur. Kaya kamu sama mbok Yem. Kalo sedang ngobrol atau dengar orang bicara jangan nunduk ya"
Ucapnya menasehatiku.
Aku tatap wajahnya sambil menjawab
"Ba...baik tuan"
"Hmmm, ya udah tolong beresin tumpahan kopi saya tadi ga sengaja kesenggol"
"Oh iya tuan"
Aku ke belakang mengambil pelan dan ember.
Ketika hendak membersihkan noda di lantai bos pria menepuk bokongku entah itu di sengaja atau refleksnya karena aku menurutnya hendak melakukan kesalahan.
"Plakk"
bunyi tangan nya menepak bokongku. Sontak saja aku kaget.
"Aw..."
Aku langsung menatap tajam wajah bosku.
Dia langsung beralasan dengan sedikit membentak.
"Nur.. kalo lantai nya kamu pel, nanti lantainya jadi lengket nyebar ke mana mana nodanya, mending kamu lap aja.
Alasannya masuk akal juga, aku tak jadi berburuk sangka padanya.
Lantas aku ganti pelannya dengan kain lap.
Ketika aku sedang mengelap, bos ku sedang duduk di atas sofa wajahnya menghadap ke layar laptopnya namun sesekali dia mengarahkan pandangannya padaku.
Aku arahkan pandangan ku padanya dia langsung fokus kembali pada laptopnya.
Begitu seterusnya dia seperti curi curi pandang.
Setelah selesai mengelap, aku hendak pergi ke kamarku karena ini sudah waktunya aku istirahat.
ketika aku beranjak pergi dia memanggilku lagi.
"Nur, tolong kamu sapu ruang depan terus kamu pel, mau ada tamu penting malam ini?"
"Sekarang tuan?" Keluhku.
"Taun depan nur,. Iyalah sekarang."
Jawab bosku sambil tersenyum jahat.
Aku hanya bisa ngedumel dalam hati, padahal ini sudah waktunya istirahat masih di suruh kerja.
Lagi pula ruang ini tadi kan sudah aku bersihkan, minta di bersihkan lagi.
Sepanjang waktu aku menyapu lantai terus saja ngedumel dalam hati sambil cemberut, tanpa aku sadari bosku sedang memperhatikanku.
Setiap inci tubuhku di perhatikannya, rambut panjangku yang di ikat oleh ikat rambut memperlihatkan gestur wajahku secara utuh, cantik mempesona kuning Langsat ala gadis desa yang jelita.
Badanku tinggi semampai, dengan dada agak besar membusung menonjolkan dua titiknya di balik baju kaos kuning belang putih yang ku kenakan.
Bokongku yang tadi sempat di tepuk olehnya, menjadi bagian favorit yang di liat oleh bosku .Karena mungkin tadi terasa sintal dan kenyal di tangan nya.
Aku mulai berkeringat dengan pekerjaan ini, ku usap kening nampak basah.
Kaos ku mulai tambah mengerat karena basah keringatku, sehingga tonjolan dua gunung kembar beserta titik titiknya makin jelas.
Bosku tiba tiba kebelakang entah apa yang akan di lakukannya, aku tetap fokus pada pekerjaanku karena sebentar lagi selesai.
Lalu entah datang dari mana bosku muncul membawa sirup rasa jeruk dua gelas.
Dia memberikannya padaku.
"Nih minum dulu, haus banget kayanya"
Ucap bos sambil menyodorkan minuman padaku.
"Tuan jangan repot-repot sampai bikin minuman buat saya"
"Ah.. udah jangan bawel udah minum aja" jawabnya santai.
Tanpa curiga dan pikir panjang lagi, aku langsung menenggak minuman itu, lagi pula aku memang kehausan kebetulan bos ku perhatian.
Bos ku tampak tersenyum ketika aku menghabiskan minuman yang ia berikan.
Aku kembali pada kerjaan ku yang sedikit lagi hampir selesai.
Dan akhirnya selesai juga.
Karena pekerjaanku telah selesaiAku hendak pergi ke kamarku, namun belum sempat sebentar lagi hanya beberapa langkah ke pintu kamar, kepalaku tiba-tiba pusing terasa berputar-putar.
Pandangan ku sampai kabur, pusing benar-benar pusing sekali rasanya. aku tak tahan dan tersungkur tak sadarkan diri.
Ketika aku mulai tersadar, aku berada di suatu kamar dengan kasur yang empuk.
Penglihatanku masih kurang jelas samar-samar, tubuhku terasa lemah dan letih sekali seperti kehilangan semua tenaga.
Dan begitu terkejutnya aku ketika mendapati tubuhku telanjang bulat, tangan dan kakiku di ikat di tiap ujung ranjang sehingga aku dalam keadaan telentang telanjang tanpa sehelai benangpun.
Batinku menangis dan ingin rasanya aku berteriak tapi aku tak bisa karena tak punya tenaga.
Hanya tetesan air mata yang tak bisa ku bendung lagi meratapi nasibku selanjutnya.
Siapa gerangan yang tega memperlakukanku seperti ini,Lalu pintu kamar itu terbuka, ada seseorang yang mendekati ku.
"Lama banget bangun nya"
Mendengar suara itu, air mata ini semakin deras mengalir.
Suara yang sangat ku kenal yaitu bosku.
Ada seseorang yang sangat ku kenal pula datang dengan membawa jarum suntik dan beberapa obat obatan.
"Ini tuan silahkan, selamat bersenang-senang" ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah mbok Yem.
Ternyata mereka bersekongkol menjebakku demi memuaskan hasrat bejat bosku.
"Udah jangan sedih, kita hapi2 malam ini sayang, mumpung nyonya mu gada di rumah, hehe"
Dia mengambil suntikan yang di bawakan mbok Yem tadi.
Dia mengarahkan pada ketiakku yang putih mulus, menyuntikkannya di ketiak kiri dan kanan.Beberapa menit kemudian, tubuhku terasa hangat.
Tenggorokan kering rasa haus melanda.
Badanku mengejang, dada terasa kencang menyembul nampak sensual tanpa sehelai benang yang menutupinya.
Pahaku yang putih mulus, mulai memerah karena kepanasan efek dari obat yang di suntikkan pada ku.
Aku tak bisa menahan diri ku sendiri, ingin sesuatu yang dapat memuaskan hasrat yang tiba-tiba datang melanda.Melihat reaksiku bos ku langsung melancarkan aksinya,Dia melumat bibir ku dengan lidah nya, lalu ke dadaku dan setiap inci tubuhku di lumatnya.Setelah itu dia..
Ayahnya menjadi seorang pengkhianat pada group mafia terbesar di negaranya bernama group Limson, membuat Arabella harus hidup dalam bahaya. Bagaimana tidak, Arabella harus menjadi tawanan kamar Tuan Stanley yang merupakan ketua mafia group Limson atau dia berkeliaran diluar sana dan diburu oleh anggota mafia lainnya.
Alicia adalah istri yang menyedihkan selama tiga tahun. Yang dia dapatkan dari apa yang disebut suaminya hanyalah ketidakpedulian, rasa jijik, dan lebih banyak ketidakpedulian. Sebuah kesempatan bersatu memicu harapan dalam dirinya bahwa Erick akhirnya berubah pikiran. Sayangnya, dia menemukan bahwa niat pria itu yang sebenarnya adalah untuk berdamai dengan cintanya yang hilang. Baik cinta dan kesabaran memiliki tanggal kedaluwarsa. Alicia tidak tahan lagi. Dia melemparkan surat cerai ke wajahnya. Alih-alih segera menandatanganinya, Erick menekannya ke dinding dan meludahi wajahnya, "Kamu ingin menceraikanku? Tidak akan terjadi!" Terlepas dari keengganannya, Alicia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia mulai menaiki tangga kesuksesan dan segera menarik banyak pengagum. Erick tidak senang dengan ini. Ketika mereka bertemu satu sama lain suatu hari, Alicia ditemani beberapa anak. Sesuatu yang mendorong Erick untuk bertindak di luar karakter. "Biarkan aku menjadi ayah mereka," tawarnya. Alicia memutar mata ke atas padanya. "Aku tidak butuh bantuanmu, Tuan Ellis. Aku bisa mengurus anak-anakku sendiri." Namun, Erick tidak menerima jawaban tidak ....
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....