dengan posesif. Sementara tangan lain pemuda itu menyibak rambut Belinda ke s
Raffa semakin tidak sabar ingin mengecupnya. Kuli
emanas, ketika pemuda itu mendaratkan kecupan di lekuk lehernya. Belinda terpejam, dengan suara desah*n tertahan
a kerja otaknya. Sentuhan-sentuhan jemari Raffa pada setiap inci tubuhnya, seolah mem
I--ini benar-benar nikmat. Tapi aku
ffa kepada setiap inci tubuhnya. Pemuda itu terus beraksi semakin
profesinya. Melainkan ada hal lain yang mendesak ji
engan klien barunya ini. Menjelajahi setiap permainan-permainan panas yang bi
ah*n-desah*n samar yang terlontar dari bibir perempuan berdada sintal itu. Biasanya, para kliennya sudah
ya sudah memburu, dan Raffa sangat tahu itu. Jika perempuan ini mu
ang, ya?' Raffa membatin sikap Belinda yan
saja, sebab miliknya juga sudah meronta s
nghadapnya, dan agar dia juga lebih le
l membuat hasrat Raffa menguap begitu saja. Alhasil, Raffa
ang pucat pasi seperti orang sakit. Telapak tangannya yang besar
tu sisi dia ingin sekali melanjutkan permainan ini, tetapi di sisi lain ada sesuatu yang mem
Pernikahan yang membelenggunya selama hampir tiga tahun terakhir. Memaksanya untuk men
aminya dalam hati kala mengingat pe
ar. Aku ma
bayarnya mahal malam ini. Dengan polosnya Belinda berucap demikian, sedang
akan?" Raffa terlihat
? Di saat gue mau makan dia.' Batin
sengaja berdalih, supaya malam ini dia dan Raffa tidak
tin Belinda. Dia pun menggeser posisi tubuhnya- men
sih?" tanyanya kemudian. Belinda
Enggak beres nih cewek," gumamnya seraya menatap pun
an tubuhnya di kursi sambil menikmati minumannya lagi. Berharap rasa dingin
pintu lemari e
alnya." Dia lantas ikut duduk di sebelah
i saja keinginan klien anehnya yang satu itu. "Kamu sukanya
makan Pizza." Belinda menjawab asal sambil menahan
makanan favorit sejuta umat itu dengan
puluh menit." Dia menatap Belinda yang sam
a-apa, dia cuma sedang menahan tawa yang siap menyem
ak dari temp
tar," ucapnya sambil berlalu dari hadapan Belind
k!
sungut Raffa sambil teru
ra kliennya. Namun kali ini ceritanya berbeda, dia mandi setelah gagal melakukan pergumulan. Akan tetapi, pant
e. Pasti dia bakal minta lagi dan lagi." Raffa sengaja keluar k
nya yang bidang terekspos bebas dan terlihat sangat menggoda. Raffa yakin jika
sia 23 tersebut. Otot-otot yang pas dan tidak berlebihan semakin menambah pesona Raffa di mata tant
ti Belinda. Namun, senyuman itu harus pudar manakala dia meliha
tapannya tertuju ke meja-menatap box yang masih tersegel rapi. "Pizz
tidak bisa ditahan lagi. Alasan lainnya adalah demi me
r meringkuk seperti bayi. Dia lantas mendekat dan
k nyangka gue, malah ditinggal tidur begini," monolognya, sem
warna pink merona. Bibir tipis yang menarik perhatian Raffa se
Ibu jari Raffa menyentuh bibir Belinda l
magutnya sebentar, tak peduli jika setelah ini Beli
ffa tertarik ke samping. Dia menikmati sisa-sis
#