tiga pagi, usai melayani Tante Rika yang sekarang ini masih terlelap di sampingny
dak merasa terganggu. Dia lantas masuk ke dalam kamar mandi untu
mua kelakuannya selama ini. Dalam benaknya, selalu tersirat rasa penyesalan, seusai me
Bibirnya bergumam dalam guyuran air dingin yang berasal dari shower. Mendingin
uga mampu merelaksasi otot-ototnya yang agak kaku. Tante Rika selalu meminta di
u terekspos sangat jelas dan terlihat menggiurkan bagi siapa saja yang memandang. Perut sixpack, postur tubuh
kecil, dia melangkah lalu memilih duduk di pinggir ranj
akang. Wanita itu sengaja menempelkan dadanya di balik punggung Raffa dengan erat. "Kam
atan bak aliran listrik, yang seketika membuat pusat tubuh pemuda itu menegang. Dada
ri, menekan sesuatu di bawah
man kecil sambil sibuk mengeringkan rambutny
snya kamu terima tawaran tante, Raf. Kamu minta bayaran berapa, pasti tante kasi
alam kendali seorang perempuan." Jawaban yang sama, ketika Tante Rika memint
dari pinggang Raffa, penolakan yang kes
nada terdengar tidak rela sama sekali. Raut wajahnya member
enghadap Tante Rika ya
menyentuh dagu Tante Rika lalu mengangkatnya perlahan. Menatap manik mata berwarna cokelat itu yang nampak
berembus dari hidun
ranya yang seksi. Namun, kesedihan akan p
k marah sama
"Mana bisa tante marah
mungkin bisa marah kepada Raffa-pemuda
an mengecup bibir Tante Rika lalu m
dah mau ngertiin aku," ucapny
pipi Raffa lalu mengecupnya. "N
sfer Mami Kumala?
te, karena semalem kamu udah bekerja keras, hi
te Rika sekali lagi, dia lalu berdiri dan be
ali. Dia sengaja memamerkan lekuk tubuhnya di depan Raffa yang berada di belakangnya
n. "Tahan, Raf ... tahan,
##
di saku kemeja bergetar, seperti ada pesan masuk. Dia lantas mengeceknya sebe
h uang bonus yang ditransfer Tante Rika. Lima digit cuma u
ang lain. Sungguh, pekerjaan paling gampang dan instan untuk menjadi orang kaya. Dalam kehidupannya yang du
**
a puluh menit dari hotel tempatnya menginap semalam. Raffa memarkir mobil di
es masuk. Pada saat dia melangkahkan kaki menuju arah pant
ebak-nebak sendiri. Dia pun mengurungkan niatnya yang se
rbuka lebar, Raffa so
, woi! Udah siang! Enak aja lu tidur di sini!" Raffa menggunca
nya tersebut tidak bergerak sedikit pun atau membuka matanya. Padahal R
uga, nih!" Raffa melempar bantal ke kepala
berkacak pinggang, teman Raffa yan
atnya yang kemudian menutup teli
" Raffa mendengkus lagi merasa kesal lanta
n. Ide gila seketika muncul di otaknya
anaknya lagi tidur." Sembari melirik ke arah Vano
lang gue udah bangun." Vano
-bahak sambil melempar ben
-an aja langsung bangun. Gue yang d
Raffa yang mati kar
gue?" Matanya memicing
lantas berlalu meninggalkan Vano yang te
bersungut-sungut sembari beranjak dari tempat tidur Ra