Ryuka bukan gadis enam belas tahun biasa yang rajin belajar, penurut, dan berprestasi. Sikap cuek seolah menjadi boomerang bagi dirinya setelah kakak tertuanya mengambil keputusan yang membuat gadis hobi fotografi ini tak bisa berkutik. Seorang pemuda dua puluh tahun bernama Faiz, anak yatim yang ditunjuk kakak Ryuka untuk menjadi guru les privatnya demi mendapatkan nilai yang lebih baik walau tak sesempurna kembarannya. Mampukah Faiz menghadapi Ryuka? Lalu, apa yang selanjutnya terjadi di saat Ryuka melihat sosok Faiz yang berbeda hingga ia merasakan satu rasa di hati pada lelaki itu? Begitu pun Faiz saat perlahan ia menyadari jika Ryuka memiliki kelainan pada diri gadis itu hingga membuat hati Faiz perih. Apa cinta keduanya akan menyatu atau saling memendam rasa?
"Mana itu anak!" omelan Jevan begitu kencang saat ia baru saja tiba di rumah, sontak membuat istrinya yang sedang hamil tujuh bulan dan penghuni lainnya terkejut.
"Mana kembaran kamu Reyo!" Jevan menatap Reyo yang hanya mengangkat kedua bahunya tanpa menjawab lagi, ia asik memakan buah apel sambil mengerjakan tugas sekolah.
"Aduh Jevan, kamu tenang dulu kek, pulang ke rumah marah-marah, kenapa cari Ryu?" tegur Lara, istri Jevan yang selalu menjadi air disaat suaminya penuh kobaran api hanya karena satu nama, Ryuka, adik kembarnya yang begitu susah diatur dan seenaknya sendiri. Ryuka kembar dengan Reyo, keduanya berusia enam belas tahun, sedangkan Jevan, kakak tertua mereka, berumur dua puluh satu, Jevan menikah muda dengan Lara.
"Udah lah, Bang, nanti Ryu juga pulang, kayak nggak tau dia aja," celetuk Reyo. Ia tetap menatap ke buku pelajaran dan begitu serius dengan tugasnya.
Jevan berjalan menghampiri, meletakkan amplop putih di hadapan Reyo. "Kamu tau, kembaran kamu itu bolos tiga hari berturut-turut!" sambil berkacak pinggang, Jevan masih begitu emosi jika mengingat ada yang mengantarkan surat dari sekolah Ryukake kantornya. Surat panggilan wali murid karena perilaku tidak disiplin. Reyo menggelengkan kepala, ia membuka amplop dan membaca isi surat tersebut. Kedua matanya terbelalak. Ia menatap takut-takut ke Jevan yang masih berdiri dengan posisi yang sama.
"Kamu nggak bisa ngawasin kembaran kamu, Hah! Reyo, tugas kamu juga jagain Ryuka. Itu anak perlu diapain, sih, biar kapok ..., Abang udah pusing!" omelnya. Usapan lembut di lengan Jevan membuat perlahan emosinya mereda, ia menoleh ke istrinya yang tersenyum. "Sabar, Jevan," Lara memberikan segelas air putih ke suaminya yang kandas diminum.
Brak!
Dengan kasar Jevan meletakkan gelas, kemudian terdengar suara motor masuk ke garasi rumah, semua mata saling berpandangan. Alarm tanda bahaya segera berbunyi di kepala masing-masing. Reyo beranjak cepat dan berlari ke arah garasi, Lara menahan Jevan yang siap berjalan menghampiri Ryuka yang baru saja pulang entah dari mana.
"Nggak gini, Jevan, dibahas sambil duduk ya." Lara berusaha menenangkan suaminya. Jevan menatap sendu. Ia menunduk, "Aku capek dan bingung urus Ryuka, Ra, kamu paham 'kan? Tanggung jawab aku urus ke empat adik-adik aku itu berat, Mama sama Papa masih di luar kota jenguk Om dan Tante yang sakit. Ryuka kenapa susah banget dikasih taunya sih!" Jevan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lara terkekeh, ia merangkul lengan suaminya dan mengajaknya duduk.
"Itulah kerjaan kita Jevan, sebagai Kakak tertua yang harus mengayomi adik-adik, Kamu juga dipercaya Papa urus kerjaan Papa 'kan, nggak gampang emang, kita masih umur dua satu tapi berat tanggung jawabnya. Pelan-pelan pasti biasa kok," Lara perempuan luar biasa bagi Jevan, gadis yatim piatu yang menarik hati Jevan begitu luar biasa. Menjadi seorang motivator karena pengalaman perundungan saat SMA yang ia terima, Jevan begitu mencintai Lara yang begitu pemaaf dan menerima ujian hidupnya diusia remaja.
"Bang, Ryuka pul-" nyali Ryuka ciut saat Jevan beranjak dan langsung menghampiri adiknya itu. Ia menatap tajam seolah ingin memakan hidup-hidup Ryuka.
"Dari mana!" tanya Jevan emosi. Ryuka menatap Jevan perlahan, lalu kembali tertunduk. Ia tak menjawab. "Mana sini, Abang sita semua peralatan fotografi kamu, kamera, dan teman-temannya. Siniin, buruan!" ketus Jevan. Ryuka sontak menggelengkan kepala dengan cepat.
"Nggak Bang, nggak mau, apaan sih, Bang," Ryuka berjalan masuk. Namun tangannya ditarik Jevan, membuat Ryuka mundur dan berhadapan lagi dengan kakaknya.
"Siniin, Abang bila siniin, Ryu-ka...!" nada bicara Jevan sudah penuh penekanan. Tandanya api naga siap keluar dari mulut Jevan jika tak dituruti. Sambil berdecak sebal, Ryuka memberikan tas ransel warna hitam ke Jevan. Ia menatap Lara yang hanya bisa mengangguk ke arahnya.
"Sekarang, duduk!" pinta Jevan lagi. Ryuka duduk, masih dengan kebingungan. Reyo berdiri di dekat pintu, bersedekap menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jevan kembali ke ruang keluarga setelah meletakkan tas kamera dan mengambil amlop putih dari sekolah di atas meja makan.
"Ini apa? Kenapa bisa tiga hari berturut-turut bolos sekolah? Kamu kemana! Ryuka!" omelan dimulai. Reyo menatap serius ke kembarannya itu. Lara menatap suaminya yang menahan kesal. Ryuka membaca isi surat, kedua matanya terbelalak, ia menatap Jevan takut. "Ini ... Ryu nggak ke- mana-mana kok, Bang, sumpah," Ryuka menjawab pelan dan terbata. Jevan mengusap wajahnya kasar, ia beranjak dan menghampiri Ryuka, menjewer kuping adiknya itu yang sontak membuat heboh seisi rumah.
"Aduh ... duh ... duh ... Abang! Sakit ..." keluh Ryuka, biar pun adiknya itu merengek, Jevan tak peduli. Sambil menjewer, ia juga mengomel.
"Mau sampai kapan kamu begini, Ryu! Sebentar lagi kelas tiga, kamu mau nggak naik kelas! Abang malu Ryuuu ...." keluh Jevan. Lalu melepaskan jewerannya. Lara menghampiri Ryuka dan mengusap telinga yang merah. Reyo menenangkan Jevan dengan membantu kakaknya kembali duduk.
"Kamu tau 'kan, Abang diminta Papa sama Mama jaga kalian selama orang tua kita masih di luar kota? Tolong jangan seenaknya sendiri Ryu!" Jevan sudah tak tau lagi harus memarahi Ryuka seperti apa.
"Kamu kemana bolos tiga hari? Dari rumah berangkat sekolah, bolosnya gimana? Kamu berangkat bareng Reyo juga, 'kan?" Jevan terus mencecar Ryuka hingga jujur menjawab. Tapi adiknya terus diam dan menunduk.
"Lo kemana sih? Gue kena sasaran omelan Bang Jevan juga jadinya," Reyo kali ini bersuara. Ryuka malah komat kamit tak jelas sambil menatap Reyo. Kembarannya itu tak ambil pusing, ia berjalan ke arah meja makan dan mengambil buku-bukunya, meninggalkan suasana tak kondusif bagi otaknya yang harus melanjutkan mengerjakan tugas sekolah. Ryuka menganga, tak habis pikir dengan sikap kembarannya yang cuek tak berada di sampingnya.
"Besok Abang nggak bisa ke sekolah kamu, ada kerjaan pagi-pagi. Kamu harus berubah Ryuka, jangan seenaknya gini," Jevan menyandarkan tubuhnya di sofa, tenaganya seakan terkuras karena terus mengomeli Ryuka.
"Aku aja yang ke sekolah Ryuka," Lara bersuara, Jevan tampak terkejut. Ryuka mengangguk, iya lebih senang jika Lara yang ke sekolah, karena akan bersikap tenang dan damai. Tidak seperti Jevan yang akan bawel mengomeli Ryuka karena, ini sudah panggilan ke tiga selama enam bulan.
"Kak Lara aja, udah paling bener, Abang kerja aja ya, Bang," Gadis berambut lurus sebahu itu mulai menunjukan senyumannya. Jevan melirik sinis, ia beranjak.
"Terserah kamu lah, Ra, aku mau mandi, terus jemput Nasya sama Akira di rumah Tante Diska, urus deh, tuh Ryuka." Jevan menjadi bersikap dingin dan cuek. Ia melangkahkan kaki menuju ke kamarnya, lalu berhenti mendadak dan menoleh ke arah Ryuka dan Lara.
"Kalau kamu masih susah dikasih tau, siap-siap Abang nikahin kamu. Nggak usah sekolah!" ketus Jevan.
"Nggak! Apaan sih, Bang!" Ryuka marah. Jevan masa bodoh. Ia menutup pintu kamar sedikit membanting sehingga menimbulkan suara dentuman keras. Ryuka begitu kesal, ia menatap Lara yang tak bisa menjawab apa pun. Sebenarnya ia paham maksud suaminya, pasti ada rencana lain yang sedang ia pikirkan untuk Ryuka.
***
Ryuka duduk di depan meja belajarnya, mencoba mengerjakan tugas sekolah yang membuat otaknya buntu. Ia bahkan menjambak kepalanya, "Kenapa gue kok bego banget sih, nggak secerdas Reyo, Ma..., Pa, Ryu kok bego." Ryuka kesal sendiri. Ia menghentak-hentakkan kaki Begitu merasa kesal dengan diri sendiri.
Ia sadar, fotografi membuatnya merasa hidup dan ada hal yang ia sukai untuk dijalankan, tapi hal itu justru membuatnya merasa bodoh dipelajaran. Ia tinggalkan pelajaran sekolah yang membuatnya tak bebas. Padahal, itu kewajiban utamanya. Ia mendengkus, kameranya disita Jevan entah sampai kapan, ia ragu jika ia bisa menjalankan hari-harinya belajar di sekolah layaknya murid normal lainnya. Membayangkan hal itu saja sudah membuatnya lemah, ia begitu stres dengan belajar dan sekolah.
Bersambung,
Warning! Akan ada beberapa adegan kekerasan dan adult content. ________ Dia dijuluki The Black Wings, seseorang yang tak segan membunuh bahkan menyiksa korbannya. Dastan, seorang keturunan Mafia yang juga mata-mata, harus bertemu dengan gadis cantik bernama Dara yang merupakan jaminan orang tuanya kepada ayah Dastan dan terpaksa tinggal di rumahnya. Dastan benci dengan keberadaan Dara karena dianggap sebagai simpanan ayahnya. Nyatanya tidak. Setelah Dastan mengetahui fakta yang perlahan terkuak, ia mulai bisa menerima keberasaan Dara yang ternyata, sudah menyimpan perasaan sejak bertemu dengan Dastan walau perbuatan lelaki itu kasar kepadanya. Kisah mereka tak mudah, halang rintang bahkan kematian menjadi ancamannya. Bisakah mereka bersama, mampukah Dara menarik tangan Dastan keluar dari duia kegelapan dan mencari cahaya terang dengannya atau mereka rela melepaskan tangan masing-masing tentunya menjalani takdir yang tak dianggap tidak akan pernah menyatu?
Perasaan cinta luar biasa diwaktu yang salah, juga perburuan akan hausnya tantangan dalam suatu hubungan semakin mengikat erat. Kepura-puraan perasaan semakin giat untuk saling menutupi rasa yang sebenarnya tampak begitu besar hingga tak mampu terbendung. Ini bukan perkara Drama Rumah Tangga biasa, ini tentang dia yang terus masuk ke dalam rumah tanggaku saat diterpa prahara besar. Dia yang berjiwa muda, menggebu menembus raga dan hatiku yang kalut. "Jangan mendekat, atau aku akan teriak!" Tatapan mata sayu itu begitu memikat. Ia semakin mendekat lalu terkekeh sinis. Aku menatap ke netra mata coklat itu tanpa ragu. "Kamu, butuh aku, kan? Di sini?" tunjuknya ke arah dadaku. "Seorang istri kesepian yang dikhianati suami? Cih! berhenti berbuat bodoh. Kita juga bisa melakukan hal yang sama!” ujarnya. "Pergi Kelan. Aku bisa merebut suami ku lagi dari dia!" bentakku. Namun, tatapan itu berubah menjadi sesuatu yang penuh rasa cinta. Ia berlutut, memeluk erat pinggangku. "Aku mau kamu, Via. Kamu—" lirihnya. Perlahan aku terbuai dan hanyut dengan kata-katanya, ia pria muda namun bersikap begitu dewasa. Menemani hari-hari di saat kemelut rumah tangga sedang dihadapi karena suamiku berselingkuh. Apa aku sanggup menjalani ini, saat ia terang-terangan ingin merebutku?
#Ini kisah awal mula judul : Pras and his destiny, Duda kesayangan Gladis, dan Senandung Rasa (on going).# __________ Mendapati jika suami berselingkuh dengan cinta pertamanya yang ternyata, sudah berlangsung lama, membuat Aira merasa bodoh dan tertipu. Hidup dan hatinya hancur, bahkan ia menyalahkan dirinya sendiri atas kelakuan suaminya itu. Tapi, sosok lain datang dan mengatakan jika ia tidak salah. Maka, rencana balas dendam dengan cara yang elegan, Aira jalankan dengan bantuan banyak orang yang mendukung. Termasuk satu pria yang muak melihat permainan Awan dan Amanda sang pelaku perselingkuhan. Apakah Aira bisa menjalankan rencananya dengan lancar? Lalu, apakah Galang, sosok pria yang menaruh kagum kepada Aira mampu membuktikan jika ia bisa menggantikan Awan yang bejat?
"Seumur hidup aku akan membencimu Sarah!" Itulah kalimat yang meluncur dari mulut tajam Diko, seorang CEO dengan sikap arogan, angkuh dan tidak pernah bersikap ramah kepada wanita lain kecuali tunangannya bernama Abel. Sangat di sayangkan karena pertunangan mereka harus batal karena tuntutan Ayah Diko yang memaksa pria itu menikahi anak musuh bebuyutannya yang sudah meninggal, Sarah, yang dijadikan jaminan. Sarah marah, kecewa dengan mendiang Ayahnya. Nasi sudah menjadi bubur, wanita yang baru lulus kuliah jurusan ekonomi itu, terpaksa menjadi tahanan di istana suaminya. Dipermalukan, direndahkan, dipaksa, juga di jadikan bahan bulan-bulanan teman Diko. Perlahan, sikap Diko berubah, saat ia mulai menyadari banyak lelaki yang mengejar Sarah walau berstatus istrinya dan menimbulkan sikap protektif berlebihan dari pria tersebut, tetapi, Diko tak sadar jika sudah mematahkan apa yang ada di dalam diri Sarah. Mampukah Diko menyatukan apa yang sudah ia patahkan pada Sarah, juga menyembuhkan hati yang terkoyak, bukan karena perselingkuhan, namun karena HARGA DIRI yang TERINJAK?
Setelah dilamar dan menikah dalam kurun waktu 4 jam, kini Pandu dan Zita memulai hidup baru di kota tempat Pandu bekerja di perusahaan minyak negara. Zita selalu dibuat kesal oleh suaminya sendiri, sampai ia bersumpah tidak akan mudah luluh dengan godaan suaminya yang masih belum bisa mendapatkan malam pertama mereka? Tapi apa bisa? Disaat Zita gerah karena Pandu yang tak enakan dengan orang lain, mendadak membuatnya cemburu? *Bisa membaca judul Silent lebih dulu untuk tahu siapa Pandu & Zita, ya, supaya nggak bingung, sebenarnya tanpa baca Silent juga nggak apa-apa, karena Buthor akan kasih beberapa clue, juga jadi judul tersebut, kok, Terima kasih.*
"KAKAK SEBEL SAMA BUNDA! BUNDA KUNO! DASTERAN TERUS!" Maki Sakura, anak pertama Dona yang jengah melihat bundanya selalu berdaster, kuno, ketinggalan jaman, dan banyak keluhan dari anak pertamanya itu. Namun, mari kita mencari tau apa aja yang terjadi di kehidupan seorang ibu rumah tangga sebenarnya, yang kadang suka disepelekan banyak orang. Kenalkan, namanya Dona. Ibu rumah tangga dengan tiga anak yang selama 17 tahun menikah dengan Pria yang ia cintai sejak pertemuan pertama mereka di salah satu festival musik pada masa itu yang begitu bergantung kepadanya, mulai merasa galau. Permasalahan mulai muncul saat sang anak pertama mulai kesal, jenuh, dan bosan melihat penampilan ibunya yang NORAK, KAMPUNGAN dan cenderung Sederhana. Ditambah kondisi tempat kerja suaminya sedang mengalami pengepresan karyawan dan gaji pun tak naik yang biasanya setiap setahun sekali pasti ada. Memikirkan hari-hari dengan uang belanja pas-pasan, biaya hidup melonjak tinggi, tuntutan suami dan anak-anak, Dona hadapi dengan sabar. Namun suatu hari ia bertekad akan merubah hal BIASA pada dirinya menjadi LUAR BIASA. Demi membuat anak dan suaminya bangga dengan rahasia diri yang pada akhirnya ia buka kembali demi keluarganya. Bisakah Dona membuktikannya?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"