gue di depan gerbang komplek, jalan kaki sendirian, jangan
. dengan gerakan perlahan, Ryuka memutar tubuh menatap baginda
Ibu-ibu arisan, buru Kak... sana," usir Ryuka. Bukannya menuruti, Faiz turun dari motor dan
yuka hendak membuka mulut untuk berbi
uar tadi, Pak, maaf, ng
ik itu menoleh, menatap Faiz dan mengerjap pel
at lagi, jalan sendirian nggak tentu arah kayak gembel. Macam nggak diperhatiin ke
umumin pake toa masjid, biar kedengeran kalau Bang Jevan punya adek bodo
ang Jevan, nggak bakal bikin Ryuka pinter, apalagi secerdas Reyo. Ryu ke kamar, Bang!" Walau se
gimana juga, Ryuka Adek Pak Jevan. Saya
Faiz yang berdiri di
n dia, pembelaan kamu salah. Juga, jangan panggil saya Pak, ini di rumah. Pa
kat ke arah Faiz, keduanya sibuk berbicara. Dari arah jendela dapur,
*
yang jeblok. Ditambah, saat guru matematika memberi tau jika kembarannya diminta ikut olimpiade matematik
n positif yang tak pernah ikut merendahkan Ryuka. Karena, ia sama dengan dirinya, bodoh di pelajaran sek
h, gue mau tanya? Kebodohan itu turunan gak sih? Saudara
senasib, sama-sama B," jawa
acem-macem?" Ryuka bersandar pada tembok pembata
tanpa maksain otak gue, lo
eneran deh, gue pingin minggat kalau gini, home schooling gak boleh sama keluarga gue. Ij
a, lo jangan pesimis, mungkin kalau di bikin
ang banget lo, Juno! Hih!" Ryuka bergidik. Dari arah tangga tampak Reyo berjalan dengan
ak Ryuka ma
isi perut, biar otak bekerja maksimal." Lalu Reyo tertawa sambil mencium p
mbaran gue aja puas bener
ntar lagi naik kelas dua belas, semangat," tepukan di bahu Ry
? Dengan nilai kita yang kayak gitu?"
aik." Juno menepuk bahu Ryuka lagi. Sedangkan ia, je
*
sket dan hal lainnya. Pihak sekolah memberikan jatah refreshing para murid dengan
uah jambu merah dan bunga buah yang mekar. Dengan ponselnya, ia mulai mengatur sudut pengambilan gambar. R
ntaran ponselnya tak bisa menangkap objek yang baik, kurang stabil. Ujian bahasa inggris masih esok hari,
untuk turun dari atas pohon, kini mereka sudah berhadapan. "Balik sana! Tuh, Kak Faiz udah jemput." Lalu Reyo kembali ber
bawahannya celana panjang olahraga warna hitam. Sepatu nike air jordan warna hitam yang talinya lepas-lepas, rambut dikuncir asal, ben
k, ia mengikat sepatu Ryuka, lalu setelah itu, mengambil
r Faiz dengan nada lembut s
erja, Kak Faiz bolos k
n Faiz membuat Ryuka takut. Ia memegang bahu F
sebe
gar rumah. Kedua tangan Jevan ia mas
a, jangan sampai adek gue itu kabur-kaburan lagi. Gue tau dia akan segan sama lo, Faiz, jadi tolon
u nggak mau gue lakuin ini, demi Ryuka." Jevan menatap penuh harap ke Faiz. Pria itu mengangguk, apa boleh buat, tak ada jalan lain. Walau masa magangnya
t i
di rumah gadis itu dalam keadaan s
kamu," mendengar ucapan Faiz, jelas Ryuka menganga. Belu
enatap tajam dan berjalan masuk ke dala
Lara yang satu bulan lagi akan melahirkan. Saat itu, usia kandungannya sudah ma
uk mandi dan bersiap belajar, sementara itu ia
. Mama sama Papa serahin semua ke Jevan, karena kalau Papa, udah bebasin Ryuka dan Mama uda
k, Faiz nggak masa
m, kalian mau belajar di mana? D
pa." Jawab Faiz. Lara mengangg
un dari mobil itu dan berjalan masuk ke dalam
dan Akira yang baru pulang sekolah. Faiz terse
g, bawa jajanan nggak?" Palak R
ok." Nasya menyerahkan pla
nteng," Ryuka mengusap
Kakak pinter ya ... dadah!" Lalu keduanya berjalan ngeloyor
ng sama Kakak kok gitu sih
Ryuka saja yang tak pintar di antara anggota keluarganya. Seolah masa dep
u." Faiz membuka buku dan menyodorkan ke Ryuka. Ia sud
nghela napas dan mencoba men
sam