at Ryuka baru keluar pagar sekolah. Raut wajah gadis itu cemberut t
da itu menarik perge
ue kayak tadi! Lo pikir gue sudi mau lo
s. Kita belum tentu bisa ketemu lagi," tangan pemuda bernama Kale itu, masih menggenggam pergelangan tangan Ryuka. Tatapan Ryuka semakin tajam, ia menghentakan begitu kencang
ka dengan jemarinya, merangkul menuju ke tempat duduk di bawah pohon dekat pos satpam sekolah, sambil meminta tisu di ruang
ka, masih dengan tang
yo. Ryuka menggeleng. "Ka
mimisan, tapi darah itu masih mengalir. Suara motor Faiz terdenga
g mengeluarkan tisu basah
au kecapean sama PMS." Reyo paham hal itu, ia jug
a Kak Faiz, kan?" Reyo mengusap kepala
gar itu sontak Ryuka menendang pelan kaki Reyo yang terkikik, tak lupa i
bertanya lagi denga
a, kayak panas dalam." Ryuka men
ng. Ia memang tak mau jajan di kantin, malas, belum lagi sekolah r
h puluh lima. Itu masih belum cukup untuk aku tebus kamera kamu, usaha lebih keras lagi di ujian harian
eng
sakit, pasti belum masak." Ryuka memakai tas ranselnya lagi, Faiz mengangguk. Ia menahan langkah kaki Ryuka, perlahan merapikan anak rambut
or berjalan meninggalkan area sekolah. Keduanya tak bic
skan membungkus saja, makan di rumah. Ia juga memb
*
tumpangi Nasya dan Akira tiba. Faiz meminta izin untuk mengerjaka
a adik Ryuka itu sudah berganti baju dan duduk di meja makan. Nasya makan sendiri, sedangkan Akira disuapi Ryuka. Padahal R
ra yang melempar tebakan, pada akhirnya jawaban tebakan itu sel
gangguk dengan tangan menyuapi na
enyum. Ia terus menyuapi adiknya makan. Nasya seperti biasa, sayur gulai nangka tak di makan, di singkirkan begitu rap
ke arah meja makan. Walau tanpa
e kita nggak pernah main ke sini lagi ya?" kata Na
sini harus nurut aturan kompeni Jevan. Nasya hubungin Mama
hkan minuman dan kue yang stand by Lara siapkan di rumah. Ibu hamil itu sedang senang membuat bolu roll isi krim keju. Ryuka mencuc
kue pakai taburan bubuk sel-sel kepintaran otaknya yang udah di keringkan." Begitu asal ucapan-ucapan Ryuka, Faiz h
dekat, walau di Nasya bersifat sedikit judes, da
gak?" tanya Ryuka
awab Nasya sambil ber tos ria dengan Akira. Ryuka tersenyum kecut sambil mengangguk. Faiz menatap begitu
Ryuka makan dengan beberapa kali menghela napas berat. Tatapan mereka bertemu, Ryuka segera mengarahkan tatapan ke TV ya
mbuang bungkusan nasi padang yang isinya habis tak bersisa, mencuci tangan, lalu berjalan ke arah kedua adikn
menghampiri. Ia mengantar Faiz hingga ke pa
is cantik itu. Faiz mengangguk
u, dia... siapa kamu?" keduanya saling menatap deng
sam