ta maaf atas kesalahan adik iparnya itu. Ryuka pun diskors selama dua hari dan membuat perjanjian, jika ia kembali berulah, akan langsung di keluarkan dari sek
u kenapa malas sekolah, malas belajar?" tatapan Lara be
rannya, itu bosenin banget Kakak .... " Ryuka merajuk. Mereka sedang duduk di kursi
ara begitu lekat menatap Ryuka. Tampak raut wajah Ryuk
Aku cuma nggak suka belajarnya, Ka
, berjalan ke mobil yang sudah siap membawa mereka pulang. S
ya, saya mau antar makan
Jevan, atau hanya lirikan sambil menyindir. Tubuhnya merosot di jok mobil seda
Ryuka lainnya membawa tentengan berisi makan siang untuk Jevan. Semua staff menyambut ramah, bahkan Ryuka men
bincang dengan seseorang. Ryuka ta
a menghampiri dan meraih tangan kanan suaminya.
eletakan plastik berisi menu makan siang Kakaknya. Perlahan i
... " Ryuka
Jevan membuat Ryuka seketika menatap. I
k Jevan tiba-tiba.
Abang,"
mau ngobrol serius sama Lara." Jevan memberikan uang lima pulu
evan begitu ketus. Ryuka mengangguk lagi. Ia
ini, dan dia yang nanti jadi guru les privat R
akaknya Ryuka
dikit tirus walau tubuhnya proporsional. Tak begitu
rena perutnya yang sudah membuncit. Jevan beranjak dan segera menyusul duduk d
belajar. Mau nggak mau, suka nggak suka, Ryuka harus jalanin. Atau,
, kasihan Ryuka, aku yakin, dia ada masalah yang bikin malas s
ak," ja
ang ditutupi, anaknya begitu, agak cuek dan terkesan nggak perduli, tolong ya," L
pulang dari kantor, langsung ke rumah, kamu
ak," ja
atau Bang, kita juga seumuran, 'kan?" Jevan tertawa. Lara manggut-manggut. Faiz la
nya. "Nggak ada ni
CV-nya dia, aku cukup tertarik. Dia mandiri, kuliah sambil kerja di cafe, jualan online, setelah aku selidiki, itu
beranjak, hendak mengambil plastik bawaannya namun ditahan Jevan. Suaminya itu ingin menyapa penerusnya yang masih di dal
*
pi latte miliknya. Ia mengusap kasar wajahnya. I
umam sendiri. Cukup lama ia berkutat dengan pi
Ryuka. Gadis itu beranjak, tampak Jevan ikut
, boleh di balikin nggak?" Ryuka me
enghukum Ryuka. Ia tak ingin luluh. Kedua mata Ryuka memerah, ia sedih. Lalu mengangguk paham. Air matanya m
ak sahabat dia, boleh ya," Lara membujuk. Jevan menggeleng
an mengecup pelipis Lara. Istrinya tersenyum. Lara b
di saku celana. Ia menghubungi seseorang. P
pi, memesan untuk dirinya sambil terus berbincang dengan papanya itu. Bagaimanapun, Jevan harus tetap konsultasi dengan orang tuanya.
sam
ata
, menyebut nama dirinya. Tapi den