yang hanya terdiam seolah melalui tatapan mata hitam setajam elang itu menyuruhnya untuk menuruti permintaan Avyana. Drystan tidak mempermasalahkan tentang berat badan, kare
k di telinga laki-laki yang napasnya semakin tersengal-sengal itu. "Gendong aku mengelilingi kolam renang. Nanti
keringat," lirih Drystan, teta
. Lagi pula, h
kepala. Mendengar Drystan yang mengatakan punggungnya basah, artinya Drystan berusaha menolak
ernah dia lupakan seumur hidup. Dia berjongkok, lalu Avyana memeluk punggungnya. Matanya melebar ketika kaki Avyana melingkar di
nya. Dia berdiri dengan mudahnya, sejenak kaget karena tubuh
man lebar tercetak di bibir mungil dan tebalnya. Dia membaui tubuh Drystan, membuat lak
menggendong Avyana? Dia berusaha untuk mengabaikan rasa geli dan seperti terset
telinga laki-laki yang belum du
sakah Avyana tidak asal mencium tanpa berkata lebih dulu padanya atau dengan persetujuan dia? "Kenapa?" Dia
k mendengar, padahal dia berkata dengan suara ya
idak tahu. Ibu yang membel
dih. "Aku suka wanginya." Dia meletakkan kepalanya di
rus menjawab apa, jad
an yang seperti harum kayu-kayuan, pipinya basah terkena keringat Drystan. "Aku percaya kamu pasti bisa menjadi kuat.
ng ketika mendengar kata 'menembak or
u dia deg-degan tidak keruan. "Tapi terdengar seksi." Dia terkekeh, Drystan mendelik ngeri. "Drystan, ap
ika mengakui bahwa dia memang belum pernah me
adahal kam
ada wanita y
ah berpacaran harus be
k. "Kalau tidak cinta, k
an motif tertentu. Yah, walaupun ada yang seperti kamu, tetapi langka." Dia mencolek dagu Drystan. "Kamu sudah men
napa dia merasa seperti hewan atau tumbuh
ergi, kamu ha
ain bag
i sepertinya kamu
eran. "Padahal aku
lang, aku percaya kamu pasti bisa menjadi kuat. Seperti Hulk, Thor, atau Hercules." Dia terkekeh di akhir kalimat. "Aku tidak membayangkan kamu berubah me
. Ingin protes, tetapi
ang keras kepala dan selalu bertindak semaunya. Dia masih mencari sesuatu yang menarik dari Drystan, yah, dia akui, wajahnya memang tampan. Akan tetapi untuk bertahan di sini bukan hanya memerlukan wajah yang rupawan. Dia beralih melihat ke arah 5
ana dengan p
nak buahnya yang berkepala plontos itu merinding, p
ang sama? Tetapi apabila menilik dari jejak riwayat Drystan selama bersekolah, tidak ada hal yang mencurigaka
tus pada Avyana yang turu
Dia menatap Drystan dengan tatapan
gguh, dia bisa gila di sini. "Tidak. K
lebar, senang. "Kamu belu
nai ge
angguk dengan mata
us. Tanpa sadar kepalanya mengangguk. "Iya." Padahal Adrastus hanya menatapnya, tidak seda
dia mencium pipi Drystan
moga dia bisa melakukann
meminta digendong Graham ala bridal style. Drystan melirik sekilas, a
*
alah satu alat fitness yang berada di dala
ess tersedia di sini. Kelima bodyguard Avyana lainnya berpencar menggunakan alat fitness yang tidak d
kan Drystan yang berlatih dengan alat-alat fitness, tidak sabar ingin mel
astus yang bersedekap. "Ambil dua." Drystan mengangguk lemah, kini
i mengerut melihat Drystan yang tampak
gan telapak tangannya. Senyuman geli bercampur gemas tidak
gannya dapat mengangkat kedua dumbbell itu. Dua m
ikan, dia dengan mudahnya mengangkat dumbbell
gerakannya lamban. Baru hitung
a tidak berhenti menyemang
at Drystan yang lemah itu. "Mengangk
ga akan terbiasa." Avyana membela. Percaya Dryst
i merupakan pertama kali baginya berolahraga menggunakan alat fitnes. Karena untuk berolahraga ke tempat gym itu biayanya ma
engan senang lalu menjelaskan bagaimana caranya memakai alat tersebut. Drystan memperhatikan dengan saksama. Kemudian dia menc
aga Drystan? Ini gara-gara Avyana! Tetapi dia juga penasaran, ingin tahu, apakah
engelap keringat yang membasahi leher dan wajah Drystan. Jakun Drystan yan
melepaskan pandangannya dari Drystan.
Kenapa? Dia hanya akan menjad
gaimana dunia kita yang sebenarnya.
s membuatku stres
angi Drystan yang tampak meni