g dia tidak lupa membawa bingkai foto dirinya saat wisuda bersama kedua orang tuanya, yang dia taruh di atas nakas. Setidaknya foto tersebut dapat mengobati sedikit r
duduk di tepi ranjang seraya memandangi bingkai foto tersebut. Tidak ada jendela dan hanya ada dua v
dak bisa mengundurkan diri. Bukan hanya nyawanya yang menjadi taruhan, nyawa orang tuanya juga. Belum ad
an terjadi, dia harus hadapi dengan gagah berani. Hanya ada dua peraturan yang harus dia patuhi yang membuat nyawanya dan kedua
masih tidak percaya pada kenyataan yang menyatakan bahwasanya selama dua tahun ini ayahnya mengedarkan obat-obatan terlarang. Jika tidak s
tidak akan mengambil tawaran pekerjaan tersebut. Ditambah, setelah lulus kuliah, dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Padahal beberapa temannya lulus langsung
i-tubi itu membuat Drystan terlonjak kaget. Dia mengelu
engan warna biru muda yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Drystan menunduk bukan karena tidak kuat atau tidak ingin melihat Avyan
kan sengatan seperti listrik. "Aku ingin memperkenalkan mereka padamu. Mereka berlima juga merupakan body
itu tampak seperti atlet. Jauh berbeda denga
cara bersama-sama akan menjagaku ke mana pun aku pergi. Oh, tidak, terkadang aku tidak akan membawa
inggi. "Perkenalkan, namaku Drystan." Pria itu menerima uluran tanga
warna pirang terang. "Namaku Owen." Tangan Drystan agak dicengkeram erat ol
a hampir setara dengan Avyana. "Salam kenal, Drystan. Semoga ki
uk. "Salam kenal, Newt. Aku juga
lewati telinga membuka kacamatanya. "Namaku Gr
a meninju dada Graham
ana tersenyum, karena san
i bodyguard Avyana yang satu lagi. "Salam kenal, namaku Drystan."
ti itu, Jas."
bodyguard-nya seraya bersandar di dinding
ngan Drystan. Lalu dia berbisik pelan. "Aku paling tampan di antara kalian berlima." Drystan
angan lupa, setelah sarapan kamu akan menjalani sesi latihan untuk menjadi bodyguard sejati." Dia mengedipkan sebelah ma
inya merupakan kantin khusus para pekerja di mansion ini? Mungkin. Dia ikut mengantre mengambil makanan. Tidak ada suara orang berbicara hanya terdengar suara sendok dan g
ena semua lauk yang tersedia ditaruh di piring dan porsinya sudah ditentukan. Ada nasi, dada ayam, dan sayur sup. Ini mewah sekali, dia makan ayam sebulan sekali
ketika Newt menepuk pundaknya. Dia melirik piring Newt yang bersih dan ya
yang lain. Drystan melongo, dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hanya tersi
k meninggalkan ruang makan khusus pekerja itu. Tadi malam dia tidak makan di sini, apakah ruangan ini hanya beroperasi saat sarap
*
isi kanan, mengenakan kaus oblong warna putih seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Membiarkan sinar matahari pagi membakar dirinya. Mat
rastus semakin tampak menyeramk
i banyak tenaga dan sekarang waktunya untuk me
pi perut Drystan masih terasa begah. Mungkin ini karena makan tanpa dikunyah? Entahlah. Tidak
n! Ikuti aku." Adrastus men
eka bawa ke mana pun. Avyana menyuruh Graham duduk di sebelahnya, dia ingin bermanja-manja dengan pria berambut agak gondrong itu. "Rambut kamu wangi." Dia mencium rambut Graham. "Kamu mema
guk, lalu memperhatikan Drystan yang sedang push up. Dia tertawa ketika pada hitungan ke sep
idah. "Kau harus melak
ak ada waktu untuk olahraga seperti ini. Dia olahraga dengan cara berjalan dari apartemen ke kampus yang jaraknya satu ki
lakukan push up sebanyak 35 kali. "Bangun. Kali ini
yang terasa lemas, dia segera
erteriak sangat kencang, meny
i lantai, tidak berani melihat Adrastus yang wajahnya seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Sialnya, mangsanya itu adalah dia. Beruntung Adrastus tidak mem
henti itu dengan dua kali tepuk tangan. "12 menit. Lumayan." Ternyata dia m
ur napasnya ya
endong aku." Dia tersenyum miring melihat Drystan y