a, jalan raya di Texas tidak pernah sepi dari berbagai macam kendaraan dan trot
beberapa plester itu. Sudah berapa ratus kali ibunya melakukan cuci darah? Dia sangat bangga, karena ibunya dapat berdiri kokoh dan tegar hingga h
n ke depan untuk memberhentikan taksi yang tampaknya dari tadi melaju dengan cepat karena membawa penumpang. Dia memperhatikan t
kan interview. Padahal dia telah menyiapkan setelan jas beserta dasi dan sepatu pantofel warna hitam-yang dia beli menggunakan uang hasil menabung selama bekerja sambilan-yang sel
ya bekerja di minimarket dan karaoke. Tidak, dia tidak boleh menyerah dan pesimis. Dia harus selalu optimis. Dia pasti akan mendapatkan pekerj
ggu dan dia berlari ke ibunya, menuntut malaikat tanpa sayapnya itu hingga masuk ke mobi
n." Isabel menggenggam tangan anaknya erat, dia tahu perasaan se
kalau aku bekerja, aku akan mengajak ayah dan Ibu ke mal. Beli pak
r menunggu hari itu tiba. Kita s
terdapat kesedihan di pancaran mat
ya mengelus lembut
*
n aku yang ke minimarket. Ibu istirah
ak a
ir, takut Ibu ja
lengan anaknya itu. "Ibu bisa, tenang s
u aku telepon ayah? Supaya a
bisa sendiri. Hanya ke lantai tiga,
sa mengenyahkan perasaan khaw
perlu. Nanti kamu capek. Selama seha
pantat dan punggungku yang pegal." Dr
menatap Drystan dalam dengan wajah tegas. "Kamu lupa siapa Ibumu ini? Ibu dulu
bunya seperti batu yang tidak bergeser sedikitpun walaupun dia menarik tangan keriput itu denga
a. Padahal laki-laki yang seusia dengannya telah bermain dengan puluhan wanita atau setidaknya pernah melakukan h
ystan dengan kencang, hingga sang anak terdorong ke arahnya. "Bahkan Ibu bis
n maksudnya aku tidak ingin digendong oleh Ibu. Oke, aku percaya Ibu dapat
i. "Dasar kamu, ya. Padahal
u yang akan lebih dulu mengge
"Dasar. Sudah san
beberapa orang lainnya yang juga akan menyeberang. Matanya menyipit, ketika melihat lima mobil mewah warna hitam memasuki gang yang lumayan sempit yang dia lalui untuk menuju gedung apartemen yan
n terdengar sampai ke telinganya. Ternyata bukan hanya dia yang heran dan bert
yang berhenti dengan patuh. Drystan membantu seorang nenek yang berjalan menggunakan
ambutnya telah berubah putih itu merasa sen
a melambaikan tangannya. Kemudian dia ke minimarket untuk mem
*
kir berurutan secara rapi di halaman gedung apartemen yang dia tinggali. Ternyata selama ini ada penghuni apartemen ini yang m
lima mobil mewah itu dikerubungi oleh anak-anak kecil. Membuang rasa penasarannya, dia melan
bercampur kesal. Tiba-tiba mata cokelatnya bersinar cerah. Apakah dia baru saja melihat sosok ma
ikuti lomba lari maraton. Dia hanya sedang berjalan menuju unit apartemennya. Bagaimana dia tidak syok sekaligus bingung? Di sepanjang lorong, berjejer pria mengenakan pakaian serba hitam dilapisi jas serta ka
kucing liar masuk, bagaimana? Dia hendak menutup pintu, tetapi pintu yang terbuat dari besi itu ditahan oleh s
bariton pria itu membuat Drystan merindi
darah selama dua detik. "A-ayah?!" Akhirnya dia dapat mengeluarkan suara yang tertahan di tenggorokan. "Kenapa kau menodongkan
ata yang berdiri di sebelah Drystan mengama
apa-apa. Istri saya juga tidak tahu." Orson, ayah
kata ayahnya? Bunuh
Isabel yang berjongkok di sebelah
jadi? Siapa yang mau dibunuh?" Pertanyaan terakhirnya
yang tak terbaca. Drystan bolak-balik meneguk salivanya. "Selama dua bulan ini,
ingin meletus. "Ayahku jualan apa?" Dia
kau sudah mendengarnya dengan jelas.
ng. Drystan syok luar biasa. Suara tangisan memohon dari ibunya masuk ke telinganya. Dia menghadapkan tubuhnya ke pria yang dia yakini merupa
di atas alis matanya itu
g memperlihatkan paha mulusnya dengan rambut sepunggung berwarna merah terang yang dibiarkan tergerai itu berdiri di sebelah pria yang Drystan ya
ystan ter