l
aptop, ponsel, dan buku-buku catatanku. Aku duduk di tepi ranjang
tubuhmu di dinding atau lantai. Ya, seperti itulah dia. Keseluruhannya h
pan di atas ranjang lalu mundur dan bersandar di din
nar mendapati roti tawar dan semangkuk sup krim.
. Benar-be
kau belaj
n uru
r-benar masih tidak percaya bahwa hantu bisa masak dan makanan di hadapank
pa kau tidak berwujud menjadi lelaki tampan seperti yang kupikirkan?" tanyaku setelah meng
i hantu tidak akan menjawab pertanyaanku. Tapi kemudian d
-benar su
elakukannya," ha
n menjawab pert
suaraku seksi." Nada ke
mengintip isi kepalaku." Aku menyeringai. "Jadi,
ampakkan wajah asliku di depanmu.
kugigit lalu berdiri mendekatinya. Setelah cukup dekat, kuletakka
aku ragu?" Kau pasti sangat jelek hi
r-benar harus belajar me
ya dengan sikap menantang. "Kalau kau tidak setuju dengan apa
anusia sepertimu. Kau terlalu
an
alu c
E
membuatku semakin terperangah, perlahan sosoknya kian padat, hingga
tampak menyorot tajam, serta alis tebal yang nyaris lurus. Semua itu tampak sangat pas
," ujarnya ketus dengan w
saja menjawab pert
mu." Lalu tanpa mengatakan apapu
tu tadi? Apa dia benar-benar hantu dan bukannya vampir yang terkurung dalam a
ara keras ke arah pintu kamar yang terbuka. "Apa di
AK
ertutup dengan suara keras. Kurasa sud
*
?" tanyaku tanpa mengalihk
i biasa. Menganggap perta
fisiknya yang sempurna. Hanya sesekali menghilang. Mungkin karena kesal padaku. Dan selama itu, aku tidak pe
kepala. Satu kaki mengapit guling dan kaki lainnya menekuk lutut. Dia tampak nyam
baca pikiranku. Dengan jahil, kubiarkan mataku jelala
da kerinduan dalam sorot matanya pada sang kekasih yang tak bisa lagi ia ga
mperhatikan si wanita yang terlihat sangat tenang dan lelap dalam tidurnya. Hingga akhirnya dia tak
L
aduh seraya menyingkirkan guling itu lalu melotot ke ar
esal. Dasar peng
iapapun dalam hidupku!" serunya kesal seraya duduk. "
n diri untuk tidak menggodanya. "Tapi kau memang memperha
ak. "Bagaima
dan senyum jahilku
rsih. "Dasar wanita menyebalkan. Kembali saja ke kamar! Aku ber
l memeluk guling yang
embalikan!" mend
berikannya padaku." Kupeluk guling itu se
t kuat pada guling yang kupeluk. Aku tidak berhenti terta
eraman seperti dihembuska
ak m
rsamaan dengan itu, guling ditarik semakin kuat namun akupun memeluknya sanga
lagi. Kali ini lebih jelas karena sosok
kesepakatan? Akan kukembalikan guling i
rah. "Kesabaran
anan di sisi kepalaku semakin kuat. Tapi
rgerak, menghisap bibir atasku lalu beralih pada bibir bawahku. Lebih lama di sana. Perlahan lidah
hati. Bibirku terbuka semakin lebar, membiarkan
isi leherku. Ibu jarinya membelai lembut, menciptakan gelenya
menyentuhnya juga. Tanganku berger
"Aku tidak bisa menyentuhmu," kesalku sambil mencoba menyentuh w
capnya lalu kembali menyatukan bibir kami. Sema
--------
ya Emi