harga murah. Ini langkah besar bagiku. Memutuskan hidup terpisah dar
tai. Tapi aku suka berkhayal. Berharap suatu saat aku akan pergi jauh, berkeliling Indonesia dan
ekerjaan yang membuatnya tidak harus lepas dari rumah seperti mengajar, menjadi guru. Yah, wajar mereka menginginka
aku. Bukan apa
rikutnya lagi. Tidak berharap muluk akan mendapat cinta selama perjalananku-meski aku adalah penulis nove
karena aku tidak melakukan seperti yang mereka inginkan. Dan akhirnya setelah satu jam mendapat nasihat, ceramah, dan bentakan namun keputusanku tidak be
menyia-nyiakannya. Dengan berbekal uang yang kukumpulkan dari penjualan novelku,
bagiku sudah sangat mewah. Bahkan harga sewanya amat murah jika
an fasilitas lengkap, rapi, dan bersih. Satu kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu lengkap dengan tv serta dapur. Tempat yang nya
aknya itu
keperluan sehari-hari seperti pakaian, peralatan kosmetik, dan perlengkapan mandi.
berukuran king size yang empuk. Bahkan seprai dan selimutnya wangi dan lembut yang menandakan ba
AK
a lelap. Aku terperanjat bangun lalu duduk di tengah ranjang,
ungkin ha
r. Jelas lemari pendinginku masih kosong. Jadi kuputuskan berbelan
eluar. Saat mengunci pintu, pintu apartemen di sebelahku terbuka, menampakk
u kaget melihatku. Kutampilkan seulas senyum untuk me
pagi," sa
i." Hanya itu yang dia katakan sebelum buru-buru mengunci pin
nggung. Memangnya aku salah apa? Apa aku ter
kan pikiran buruk tentang wan
bukakan pintu. Tapi baru beberapa langkah keluar, seseorang menghampiriku
pergi begitu. Aku pasti menyinggungmu," uj
takan apa tapi lalu memilih tersenyum.
i sini. Setelah urusanku selesai, aku b
lus. Sekarang aku yang merasa bersalah k
g menempati apartemen i
pindah p
g jelas semacam itu. Bahkan kupikir dia hendak mengatak
u Syafira. Panggil saja Fi
"Astrid. Dan tidak perlu terlalu formal padak
pat. Tidak muda lag
ih muda." Lalu dia menunduk menatap jam tangannya. "Aku harus pergi sekarang. Kan
hati-
?" tanya Astrid
uku." Aku bermaksud melucu. Tapi merasa bingung kare
an. "Dah, sampai jumpa lagi." Dia melam
lalu angkat bahu dan bergegas ke minimarket. Mendung kembali mengg
*
baru bagiku. Biasanya aku hanya sanggup menulis paling banyak tiga bab sehari. Ini membuatku kian
at!" seruku pada diri sendiri.
k membeli tiga novel terjemahan karya penulis favoritku
AK
itutup dan kusingkirkan ke samping. Dan yang membuatku tidak bisa memalingkan wajah adalah novel yang tadi kupikirkan kini sudah tergeletak di atas mej
Perlahan aku mendongak, membayangkan akan melihat sesuatu yang
h ke sekeliling ruangan. Tidak a
at tersembunyi. Benda apapun yang kupi
AK
aa
NTA
enangkup dâda, berharap bisa meredakan debar jantungku yang menggi
ruangan itu. "Hei, siapapun kau! Jangan harap bisa membuatku pergi dari sini dengan me
un berinteraksi dengan mereka kecuali saat ini. Tentu saja aku merasa sedikit ngeri saat buku tiba-tiba jatuh di hadapanku
sannya adalah anaknya. Jadi bagaimana ak
ah sepakat. Tapi saat aku hendak duduk kembali, mendadak l
ku
nya
a tangan terlipat di depan dâda. Tatapanku mengarah lurus pada dinding putih di atas tv layar
ntu di
elalu mengganggu siapapun yang data
kali tidak b
gi-lagi tidak ada apapun. Bahkan suara itu hanya seperti desisa
anku saat ini hantu itu berwajah tampan. Dan
AK
yang tadi dibanting dengan keras hingga tertu
nyebalkan seperti itu?" tanyak
k informasi darinya lalu membuat no
gi
n yang pekat menyelubungiku. Aku berdiri seraya me
l
h gelap. Aku mencobanya lagi, berkal
Seharusnya kau bilang baik-baik jika leb
i terdengar gila. Mungkin dua tahun kemudian o
u menuju kamar yang pintunya masih tertutup. Begit
bulan. Setelah itu aku akan pergi dan kau bisa tenang
ranjang. Aku jatuh telungkup dan ponselku te
AK
hingga tertutup. Saat aku hendak bangkit, s
kau tida
ang seolah dibawa angin te
lah...
seperti dicengkeram tangan yang kuat lalu
i. Dia sudah siap menghabisi sang istri dengan selingkuhannya tapi gagal dan malah si selingkuhan berhasil menikamkan pisau ke perutnya. Akhirnya di
kosong sejenis itu di kepala seseo
tawa geli. Ternyata hantu bisa kesal juga. "Kau yakin se
n ini sebelumnya selalu berakhir sek
ekku terdengar jelas di antara perj
lam ini juga. Kau berhasi
rawan dan hantu perjaka terjebak dalam apartemen ini. Awalnya saling membenci.
ang bisa kau pikirkan
menggeram marah. Lalu mendadak, sesuatu yang terasa menindihku
hah... h
ku tidak patah. Lalu perlahan aku bangkit, duduk di t
Dan tidak ada pergerakan apapun yang bisa menjadi petunjuk bahwa bukan hanya aku dalam ruangan itu. Tapi a
timu sebagai pemilik tempat ini dan kau juga harus meng
ni
rtinya kit
dak ada
Semuanya terlihat norm
h boleh menya
a tang
ap itu ja
nurunkan kaki, mendadak bayangan hitam berkelebat lalu men
ini saki
lai reda, aku menyadari ada benda panjang yang tampak berkilat di antara gelap. Benda itu melayang
sa
am dan mengarah ke wajahku. Jaraknya semaki
kengerian yang nyata di wajahnya. Namun bukan rasa sakit yang ia rasakan kemudian. Melainkan bibi
ang kau i
mbelai telingaku b
apanku masih terpaku pada mata pisau dan otakku mulai berkel
i suaranya terdengar lebih
membuat wajahku memerah malu. Setelah dipikir lagi, sebelumnya makh
asi ini, aku membayangkan se
an kita berdua s
Aku tidak pernah menjadikan diriku
u melihatmu-dan a
aca otakku, jadi aku yakin kau sudah tahu bahwa aku tidak memiliki niat buruk. Aku hanya ingin tinggal sel
suka ada orang di tempatku. Dan siapapun yan
eriku id
ran seorang wanita dalam apartemen ini membuatnya
engar menggeram lalu ter
a itu isi
uhku. Tapi lagi-lagi, aku masih tidak merasa takut. Hanya semakin berseman
nulis..." Aku kesulitan be
uatku pen
Rasa sakit di dâdaku berkembang menj
untuk dipraktekkan? Lebih menyenangkan dari
Kegelapan semakin mendekat, membuatku
-------
a Em