di kamar mandi. Lalu perlahan tanganku terangka
u akan mendapatkan ciuman pertamaku dengan
g kutulis tidak ada hubungannya dengan pengalaman pribadiku. Aku mengumpulkannya dari cerita-cerita orang
adi. Dan setelah kurasakan sendiri sekarang, baru kusadari apa yang
kan shower lalu mandi. Setelahnya aku membungk
Saat ini aku berharap kamar mandinya terletak dalam kamar. Dengan begitu aku tidak
tipmu mandi dan kau tidak akan pernah tahu. Jadi berhenti berhara
ndengar ucapannya. Lalu perlahan aku menoleh, berusaha tampak segalak mungkin s
Giliranku yang mengganggumu." Dia nyeng
dia pe
biasaan," tegurnya dengan nada bijak
menantang. "Itu sangat tidak so
n terdengar keras hingga sampai di telingaku. J
agaimana aku bi
sahutnya enteng l
tu ini berani kuakui. Keadaan memang sudah berbalik. Biasanya dia yang suka mencipta
catatanku di lantai dekat kaki ranjang. Aku duduk bersandar ke sisi ranjang dengan kaki terjulur.
atang
setelah lewat puk
iapa namanya. Dia selalu datang bagai
diri. Tapi yang kulakukan tetap berbaring telentang di ranjang
an tangannya yang menyentuh pahaku lalu menjalar naik ke pinggul, sisi tubuh, dan ber
aku melak
wajahnya berada tepat di depan wajahku, hanya berjarak dua inchi. Rupanya entah sejak kap
U
ya dua detik sebelum wajahnya menjauh kembali dengan seringai menyebalkan di bibirnya. Seketika wajahku terasa panas,
Ini sudah kedua kalinya!"
dak ada kesalahpahaman. Yang tadi itu ciuman ketiga kita. J
emerah apa wajahku sekarang. "Tid
ku menciummu di pertemuan pertama kita.
benar-benar
Kau bisa telentang di sini
Aku berkacak pinggang di depannya.
asih bertahan di bibir. "Baiklah, aku keluar. Selamat ma
m ini dengan pikiran yang berputar me
*
mku merekah, tahu betul dari mana aroma itu. Buru-buru aku turun dari ranjang
karena kejadia
n dari kompor lalu mengedipkan sebelah ma
u lupa dia bisa
-lagi kau
kau mengintip
tid
nnya dengan kesal lalu berdiri di s
ch sederhana. Kau harus menamb
iat pergi bela
ncangkan tali apron. Sepertinya akan
itu. "Kau bisa mengenakan apron?
"Aku tidak ingin
bagaimana dia bisa melakukannya.
au lebih mudah menjangk
at, melingkarkan lenganku di seputar lehernya, tanpa sadar setengah memeluknya. Aku bahkan
a melihat hantu memasak dan mengenakan apron." Aku tidak
tetap di dekatnya. Sementara kedua tanganku kini-anehnya-bisa memegang pundaknya dengan ke
berusaha terdengar galak padahal debar jantungku
saja. Se
isa membetulkan tali apron sendiri. Atau a
idak mengatakan apapun. Pelukannya semakin e
gi," bisikn
idak mengerti. "Memangny
ang sudah kurang dari dua bulan. Bisakah kau tidak me
tegas. Dia mengalah, melepas pelukan lalu mena
nya. Karena itu membua
bil menaikturunkan alis. Aku berharap itu bisa membuat s
tinggal jika aku j
rgerak-gerak gelisah,
lu dia berusaha tersenyum seraya membelai puncak kepalaku lembut. "Terbanglah bebas. Kejar mimpim
gi-lagi kau mengi
kembali menghadap kompor. "Sebaiknya kau man
arak di antara kami. "Aku tidak sebau itu," ka
ari ketakutan dan tidak kembali. Tapi beberapa hari terakhir kami mulai merasa nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Hingga ciuman itu
u menyanjung dirimu sendiri terlalu ting
ca apa yang kupikirkan. Sambil menghentakkan
ya sebaliknya. Apa arti hantu itu bagiku? Apa
tapi lebih karena dia akan menjadi bahan cerita yang bagus. Kalaupun aku menerima ciumannya, lagi-lagi karena itu bisa menjadi sesuatu yang a
gat menyesali kemampuanku bi
E
t bayangan seseorang dibalik tirai penutup bilik shower. Ni
wa kau memang nyaman bersamaku di sini. Bahwa kau suka aku di sini menemani waktumu-seperti aku yang merasa senang
pannya sangat jelas menggambarkan perasaannya. Sesuatu yang tadi menjadi pertanyaan di b
i. Aku senang karena ada seseorang yang bisa kuajak bercanda. Walau
a sudah menghilang. Sepertinya dia sangat kecewa. Tap
bathrobe seperti biasa. Keningku berkerut dengan pandangan mencar
tidak tahu namamu. Jadi bagaimana aku bisa menga
u tidak pernah membatasi apa yang kupikirkan. Lagipula aku penulis. Mem
pikiranku karena ada hantu pembaca pikira
h
karena aku berpikir dia 'hantu yang mudah teringgung' me
iran bebas untuk bisa merangkai kisah. "Sama seperti kau yang tidak bisa mencegah dirimu membaca pikiranku, akup
ni
sendiri. Mungkin dia butuh waktu. Jadi kuputuskan tidak mendesaknya terlalu jauh dan memi
---------
ya Emi