mil
"Istriku
ar
na Dewi
Ayah seraya menyerahkan sebuah kayu berukuran sejari kelingking orang dewa
kan bisa mencelakaimu," jelas Ayah kemudian. Ia lalu meme
r mata sempat mengalir tanpa bisa kutaha
gimu. Bagiku kamu menantu yang Ayah idam-idamkan. Itula
iba, biasanya saat seperti itu Arini
a," baik Ayah, terimakasih banyak u
gkah dengan cepat sembari memburu waktu karena
eolah ini lah gandengan terakhir untukku. Ya, ayah Arini memang
Sinar bulan berpendar menjadi penerang bagi kami
mpat beranjak masuk ke dalam mobil yang terparkir, kepala melayang itu
ini menghadang jalanku dan Ayah. Mereka menyeringai s
an, Arini!"
ta jeroan itu tetap mendekat dan menghembuskan udara ke ara
Bruk
atuh di atas tanah yang d
m kekalutan doa sempat kupanjatkan. Tapi sayangnyamengusirku, karena aku bukan hantu! He-
ya sekitar sepuluh meter. Bau anyir darah mulai
tak akan mencelakaimu, aku sungg
i Arini, tapi tetap saja yang kulihat di hadapanku ini a
sampai di sini. Izinkan aku pergi ,"uc
ka kau harus mati dan menjadi santapanku!"
uatku tertidur sama seperti Ayahnya tadi. Namun dengan si
a. Segera berbalik dan berlari sekuat tena
Jarak mereka sekitar tiga puluh meter di belakangku.
dok-
angun-b
mataku tiba-tiba membesar melihat seseorang tegak sembari menggedor-gedor k
buka!" teri
l. Ia dengan lirih berkata," cepat pergi d
ar masih sepi. Remang-remang belum tersentuh sinar matahari pagi. Berarti aku mungki
ku, aku pernah bertemu dengannya. Ketika kami berhenti di sebuah wa
u tak akan bisa mencium keberadaanmu. Aku
Mataku memang sangat mengantuk. Akupun segera
*
di atas kepala. Sinarnya menyengat kuat pe
lai terkumpul kembali. Ibu warung datang menghampiri,
nya. Ia tersenyum dan menatapku iba. Duduk mengha
mengungkapkan satu demi satu cerita tentang keluarga Ari
u Ibu mau solat subuh, tak sengaja melihat benda melayang terbang
ebenarnya. Penciuman mereka amatlah tajam. Mereka bisa dengan mudah
us bagaimana, Buk?"
selamat, pilih nyawamu atau nyawanya," ibu men
sedot olehnya. Kau sudah lihat sendiri buk
tu. Antara cinta dan takut membuatku dilema. Jujur aku mas
a kau ingin selamat, kau harus m
k jauh dari rumah si Ibu. Di sana aku pernah merasa bahagia, nya
g harus aku lakukan,
"Kau ha
nnya. Karena jika kamu bersikukuh tetap membiarkannya hidup, hidupmu tak akan t
dadaku. Entah apa salahku masuk ke dalam lingkaran hitam in
pi inilah awal dari perjalanan hidupmu. Aku hanya ingin men
" selidikku. Penasar
atan mereka," jawabnya dengan pandangan mata ke atas .
memberi semangat kepadaku. Ternyata dia adalah
aku bisa tau lebih banyak tentang
ucu pertamaku, aku sangat bahagia. Menunggu kelahira