mil
"Istriku
ar
na Dewi
Krek
intu bergerak!
unya serentak m
ik pintu. Merekapun melanjutkan kembali memakan
g-dig
Sungguh menjijikkan tingkah laku Arin
i lantai dan kembali ke peradua
rekk
p-drap
. Bau anyir menyeruak dari tubuh indahnya. Sekuat mata ku paksa mataku untuk terpejam. Berdoa dalam hati agar bisa segera
*
gat pusing aku paksakan untuk bangun. Perlahan aku beranjak keluar kamar dengan mengen
dari balik dinding penyekat dapur dan ruang keluarga. Ku lihat
seperti kendi. Ia membuka penutupnya dan mengambil seong
Huek
luar dugaanku. Daging itu tanpa di cuci langsung dipotong kecil-kecil dan di m
rini tampak sangat menikmati
Pl
ak saat sesuatu menepuk punggunggku
diri di sini," ucap Ayah s
rbohong. Aku takut Ayah mengetahui p
ayo sarapan, Bang!" ajak Arini begitu m
,Dek!" ucapku berusaha biasa saja
e meja makan bersama dengan Arini , ayah, ibu dan adeibunya, aku selalu bahagia dan nyaman dengan keluarganya . Nam
g spesial ," Arini menyodorkan rica-rica daging yang nampaknya sangat leza
aha menolak halus masakannya. Arini nampak mengernyitkan dahi, mungkin merasa aneh dengan tolakan
pun ibunya. Walaupun menahan mual kupaksakan mulutku untuk mengunyah. Secepat
*
sepertinya tak memperdulikan sikapku . Terbukti ia hanya menatap ke luar jendela seperti
*
Adek mau pergi sebentar dengan ibu na
jawabku sekenanya. Sedikit penasaran memang. T
menjenguknya bersama ibu nanti, pinjam mobil ya
apek," jawabku pelan. Mataku lurus ke depan. Aku takut menatap wa
Secepat kilat aku beranjak dari peraduan dan berlari menuju motor yang memang seng
i jauh takut Arini mengetahui keberadaanku. Penasaran dengan kehidup
lenggang. Kulihat jam tanganku yang saat i
a lewat satu mobil saja. Mobil itu berhenti begitu saja di pinggir jalan. Aku berh
alam mobil. Yang kulihat hanya mobil yang sedikit bergoyang, entah a
a di sini amat gelap , aku hanya melihat sesuatu terbang melesat cepat
Berbekal cahaya senter dari ponsel aku mulai memeriksa keadaan Arini di dalam mobil. Ku arastagaa
dapanku saat ini. Dua buah tubuh tanpa kepala sedang duduk terpaku tiada pergerak
emas dan tiada berdaya . Sebeolah terhenti tatkala kulihat bayangan berkele
at mendekat. Ku tutup mulut dengan tangan yang bergetar. Sosok itu meng
nyentuh tanah. Usus terburai dengan ginjal, hati, dan organ dalam lain menggantung. Da
anku. Ku tatap dua kepala dengan usus terburai melayang cukup jauh dari tempatku berdiri. Sudah kadung ta