ring dengan tubuh menghadap ke depan dan kepala menghadap kebelakang. Semua mata menatap tak berkedi
ni mayat secara layak. Aku tak di izinkan mendekat. Ada rasa iba menyelusup relung hatiku, mengapa wanita muda bermuka puc
api ketika keranda yang berisi mayat mulai di bawa keluar r
gantian mengangkatnya. Hingga dua belas orang yang
at gelap. Angin kencang berhembus menerbangkan banyak daun dan debu. Keranda ya
alang itu yang mereka sebut sebagai isteriku. Entah
pak tua yang mendampinginya berjalan mendekatiku. Ia kemudian memelukku erat. Walaupun shock mengetahui aku yang sudah hilang ingatan, mereka tetap mener
menggenangi hingga selutut. Warga yang sudah lelah akhirnya memaksa tubuh Arini masuk ke dalam liang lahat. Walaupun basah dan kotor, tubuh
angit kembali cerah. Namun, dari arah kuburan tercium bau bangkai y
ia kemudian berbisik kepadaku," cepat pergi dari sini. Tinggalkan de
atap tajam arahku berangsur berdiri dan berjalan mendekatiku. Sebelum ia sempat mendekatiku, seorang ibu tua m
! kemanapun kau pergi aku akan me
menjauh dari areal pemakaman . Anehnya aku merasa sang
aman, si Ibu kemudian menat
tinggalkan kenangan burukmu dan hiduplah dengan bahagia di tempat kelahiranmu, jangan sekali-sekali meng
an mengucap terimakasih kasih,kedua orang tuaku lantas membawaku pergi menggunakan t
nganku erat. Airmatanya menetes der
tmu seperti ini. Sekarang kita pulang kembali kerumah , ya, Nak. K
nda tanya yang belum terjawab satu pun. Siapa Arini, ibunya , ibu yang di area dan bapak Arini. Biarlah itu menja