u menyantap bubur buatan istriku tersayang. Ketika tak sengaja aku mengunyah daging yang sangat enak. Rasanya seperti bukan daging ayam, buk
cantikku dari dalam rumah. Ibu pun sepertinya ingin berangkat ke ladang. Aku me
alah dengan anaknya. Kok jadi seperti kakak
merasakan dingin yang menyergap tengkukk
u, Nak," seloroh Ibu di
rsama. Ayah Arini tampak biasa, tak ada yang mencu
*
ri. Perasaan bosan mulai menghinggapi. Apalagi ketika m
r. Mengecek apakah ada bahan makanan atau
pun bau-bau sedap di sana. Ku telusuri semua perabot, kalau-kalau i
g terbuat dari tanah liat teronggok, tersembunyi di balik kulkas d
dekati benda itu. Tanganku dengan mudah menggapai. De
di luar dugaanku. Begitu di buka bau anyir seketika menyeru
engeluarkan bau anyir darah yang menyiksa indra penciumanku. Segera ku
kulihat benda menjijikkan itu tersimpan rapi di dalam rumah. Apa tidak
uh takut untuk kembali masuk ke rumah itu. Aku terus berjalan hingga t
iku kelaparan . Dengan langkah gontai aku masuk ke dalam warung. Seora
suk," ucapnya sembar
an. Ternyata hanya ada aku dan Nenek tadi di warung. Ia datang membawnenek sediakan. Ajaib , rasa mual itu hilang
di hadapanku . Ia menat
dalam pengaruhnya ," ucap Nenek membuatk
ud, Nenek?" ja
n di sana! agar kau bisa tahu siapa keluargamu itu sebenarn
kali kedua ada orang yang menasehatiku untuk berhati-ha
rasa lebih lega. Sempat berkenalan dengan warga sekitar yang kurasa amat ramah. Maklu
ang wanita yang kutaksir berusia dua puluh tahun. Wanita
rut si wanita, persis seperti Arini kemarin yang tampak kegirangan. Namun, semua b
u, Yusuf?" tanya I
makan tadi, Bu
upa memasak untukmu, ayo k
lihat Ibu sempat melirik wanita tadi. Lirikan dan tatap
*
ura tidur. Sengaja aku tak ingin tidur cepat malam ini
Brak
. Lagi dan lagi kudengar suara desisan dari arah luar jendela kamarku.hhhh! S
ra itu. Hingga ke
k! Pok
jendela kamar, sengaja di sudut yang bampak sesuatu menggantung seperti usus dari jauh. Sosok itu terbang melayang melesat entah kemana.
Aku tak tau itu apa. Ingin rasanya malam ini aku pergi dari tempat ini. Sungguh mengerikan tinggal di si
*
elakangi Arini berpura-pura sudah terlelap. Tak lama kurasakan ra
engar Arini seperti berbincang dengan seseorang, suaranya am
endekati pintu. Mataku membesar ketika mengintip dari balik pintu, ketika kulihat Ari
tampak mengeri