langnya mengitari area cl*b malam. Tak jarang ada yang meminta foto bersamanya, mengajak che
tengah kota. Hari ini jadwalnya shift ma
sten pribadi, ia beri kode untuk menggantikan
ah kamar khusus VIP. Sedetik kemudian, Bani menabrak seorang g
!" Anehnya, Bani ikut berhenti. Melihat lekat wa
i," samar, tetapi ma
u attitude aja gak ada. Udah nabrak orang haru
jar Bani w
rang," dua orang tersebut melenggang pergi meni
nnya kayak... " ia mengucap istighfar dalam hatinya. E
a namun gegas di enyahkan. Sudah tak
epertinya dia diberi minuman per*ngs*ng. Gelagatnya saja sudah Bani tebak kalau gadis tersebut bergerak gelisah. Maka,
," gumamnya menuju temp
arik paksa lengan cewek m
acar ganteng! Spek dewa lagi," seru t
ilnya, "Masuk?!" ujarnya sambil
si meski kesadarannya mulai tidak stabil. Ada r
" Bani gregetan sendiri. Terpaksa ia mema
padang," Naima masih mengomel absurd. Bani saja hampir menyemburkan t
ang 'kan?" Bani menghidupkan mobilny
kin menjadi-jadi. Malahan, ia menggigit keras p
uk mencopot sepatunya pun berniat membuka resleting gaun semata kaki atas saran teman kampretnya. Sudah dibilang Naim
" peringat Bani meng
kalau kagak ada AC nya," dumel Nai
nya aja kegerahan
ngegas, "gue cuma minum air putih. Nggak yang aneh-a
encondongkan tubuh ke arahnya dengan tangan kiri
gguh menggoyahkan keimanan s