ir bak setrikaan. Dirinya takut kalau Naima sudah tiada.
dinding kamar menggunaka
berdarah, han
ganti juga. Hus, Bani tak seperti itu orangnya. Pertama kalinya, dia membawa seorang gadis ke apa
cil yang Bani tolong dari sa
ulang. Jangan. Jangan sampai bocah SMA itu tahu Bani sudah membawa cewek ke apartemen. Ta
ivi. Berdering, tapi tidak di angkat juga. Saat pang
naknya mimpi indah, tetiba terganggu oleh nada
kan Livi sepenuhnya. Rasa kantuk mendadak h
r
mbari duduk dengan meny
n negatif tentang keponakannya. Apakah Bani sudah m*ny*ksa Naima
ka dirinya dituduh s
itu ju
a Naima 'kan?!" sela Livi
. Apakah tampangnya seperti psikopat di f
kedinginan," lanjutnya melirik sekali lagi k
ian dan lainnya kemudian ia taruh dalam paper bag putih. Malam ini juga ia harus ke apartemen Bani. De
a. Seorang Bani, dia gak pernah menangani orang tengah pingsan. Malahan pan
sembari memakai jaket tebal. Cuaca akhir-akhir ini meman
" tegu
, Livi menyuruh Bani agar ti
*
mudian menyesuaikan cahaya yang masu
eletuknya kala Naima kebi
gadis itu men
ati kasur dan melihat Naim
etus Naima masih mema
ma, "elu udah mati. Dan gue malaikat Ridwan," Bani hanya mengerjai
galak yang kerjanya di cl*b?" cepl
dat Naima, tetapi urung sebab Livi tiba di kamar sambil membawa n
mau ngaku," sindir L
minum obatnya," imbuhnya
ati," ujarnya datar. Mencuri pandang pada B
tin Naima tertawa puas ketika Livi m
!! Enggak baik," Bani hanya manggut-
titah Livi tak di
habis, terus minum obat supaya demamnya mereda,"
gi, Bani menyuapi N
rang lain," ketusnya tanpa mempedu
an air mata. Kejadiannya sangat cepat. Jadi, dia segera mengu