mereka akan diterima baik di situ. Bibinya sejak dulu sangat menyayangi dia dan ka
elakaan sepuluh tahun setelah pernikahan mereka. Semua keluarga mendesak beliau menikah kembali supaya tidak kesepian, tapi beliau begitu setia dengan almarhum suaminya yang sangat dicintainy
at girang saat membukakan pintu pagar untuk Adit. Beliau memandang bingung pada R
uka memasak bermacam-macam hidangan untuk mengenyangkan perut tamu-tamunya. Alhasil, Rina gelagapan saat bibi
akan lahap berbagai hidangan yang disodorkan padanya. Dia bahkan tertawa pada lelucon-lelucon bibinya yang sering
meminta Bibi Adit supaya memperbolehkannya menginap di sana. Bibinya pun menyetujui permintaan Rina karena beliau khawatir melihat keponakannya yang harus menyetir tengah malam selama
bih nyaman. Untungnya, besok hari Sabtu, jadi mereka tak perlu bangun subuh-subuh supaya tidak telat sampa
letak cukup dekat dengan rumah bibinya. Sungai itu walaupun kecil, tapi cukup indah karena dikeli
t itu. Adit melihat binar-binar keceriaan anak kecil di mata pacarnya itu. Den
rlibur kesini ya. Aku sering ke luar n
banyak tempat kayak gini, yang lebih bagus pun banyak. L
membuatnya berseru, "Sekarang, sekarang aja, dit! Ak
lum-belum papa dan mamamu membenciku gara-gara hal ini. Ka
berkali-kali sampai bajunya basah. Adit membalas Rina dengan melompat ke dalam air dan menarik Rina bersamanya. Berkali-kali
erkejut dan berusaha menghindar sambil masih tertawa cekikikan, namun kakinya tiba-tiba menginjak
ai bawah. Rina berusaha bangkit dan berdiri tapi pelukan
ot-otot tangan Adit mempersempit jarak di antara mereka dan m
lam masalah besar!" bisik Ad
ata Adit itu tiba-tib
uh terlalu dalam. Kayaknya...
nita itu tak berkata apa-apa d
di cinta, padahal kamu sama sekali belum pernah mengatakan perasaanmu padaku
wab itu sekarang! Aku sendiri
menghadapnya dan dengan bing
dua juga sudah menjadi rutinitasku yang membuatku tak bisa melewatkannya begitu saja. Tapi
usahaku sia-sia dong. Apa aku sebegitu nggak menariknya
nya, bahkan pada orang tuaku sekalipun. Kehidupan kami tidaklah seperti sebuah keluarga dan mereka tak pernah mengajariku apa cinta dan kasih
aku mengajarimu bagaim
iduganya, Adit menurunkankan wajahnya ke arah Rina dan menempelkan bibirnya disana tan
nya meraih wajah wanita itu dan semakin memperdalam ciumannya. Sungguh ironis, pikirnya. Perkataan dari wanita itu begitu pahit,
berbuat banyak. Betapa saat ini dia ingin sekali bisa melihat hati wanita ini dan m
ya... wanita itu tiba-
ulut Adit. Merasa mendapatkan lampu hijau, Adit meraih pinggul Rina dan mendekatkannya ke tubuhnya. Bibir mere
an apa yang terjadi di sekitarnya. Namun apakah perasaan mereka cukup kuat
*