uyung-huyung berjalan ke arah kamar mandi. Dengan
eroncongan, Rina keluar d
yang ada di sana s
u diajak makan malam di luar tapi non nggak bangun-b
o teman papa. Nggak enak makanannya. Enakan masak
ndang bumbu balado kesukaannya Non. Duduk a
seperti ini berkali-kali. Mempunyai kedua orang tua yang pedagang da
malam hari dan baru pulang subuh atau bahkan sampai pagi hari saat Rina baru saja berangkat sekolah. Kesempatan be
menjadi seorang yang jauh lebih sukses dari kedua orangtuanya membua
dan dia memakannya dengan lahap sambil
kir panjang Rina membuka apa isinya dan betapa kagetnya dia saat melihat beberapa foto yang dikirimkan N
mbil foto ginian?!" ketik Rina m
ga kaget dikirimin foto ciuman kalian berdua kayak gini. Maka
i! Kamu tau nomer HP Adit nggak, bi
ku yang kasih tau kamu ya,
i nomer ponsel Adit yang dikirimkan padanya. Tanpa mempedulikan makanannya yang belu
h Aditlah yang terdengar s
hluk yang pernah mempermalukannya
sih kurang puas memangnya? Brengsek! Hapus foto-foto siala
nku sih. Itu kan ulahnya si Paul. Tanya
ari mulut musuhnya itu. Saat seperti ini pun Adi
res. Foto-foto itu harus sudah lenyap. Ancamanku tadi bukan gertak sambal belaka. Jadi kalau kamu nggak
ikan masalah foto-foto terkutuk itu. Menurutnya, Adit pasti juga tak mau foto mereka sampai tersebar dan dilhat lebih banyak
dan melihat waktu masih menunjukkan jam delapan malam
guru privatnya dan melampiaskan stres dengan mengerjakan beberapa hal
elupakan masalahnya sejenak. Baru setelah waktu menunjukkan jam dua belas malam
yang!" tanya Sigit Wibowo, papa Rina yang baru pulang kerja pagi itu dan ti
i ma
anmu! Malu papa setiap ngajak kamu ke pesta pasti repot cari baju yang muat atau cocok dulu buat kamu. Ta
ganya. Anehnya, seberapa sering pun perkataan pedas itu terdengar oleh telinganya, hatinya masih saja tak ter
teman-temanku? Banyak kok dari mereka yang
gi sana ke sekolah. Lama-lama kamu disini, tambah bertengka
njak dari tempat duduk
dan sopir kok malah naik angkot terus!" te
an kemarin, dia merasa risih juga satu kendaraan dengan anak-anak lain
mahnya ke sekolah. Namun yang paling disukainya adalah dia tak perlu
nya Rina sudah melihat beberapa anak yang melihatnya dan berbisik-bisik. Namun tetap
ti ruang guru. Sesuatu yang terpampang di majalah dinding sekolah yang terle
dikirimkan Nissa tadi malam terp
satu persatu di majalah dinding yang berukuran sebesar papan tulis di kelasnya tersebut. Entah kegilaa
u mengerubungi majalah dinding ters
gnya dengan ekspresi marah. Bu Rahma melambaikan tangannya ke arah Rina
*