um. Emma memulai obrolan dengan muka lebay andalannya. "Kalian berdua sudah deng
siswa yang berada di sana. Kondisi kantin tak seramai saat matahari sedang terik-teriknya. Karena lokasi kantin berseberangan dengan gedung tempat Helga
tengil yang belum dewasa. Ketiganya makan siang dengan duduk di satu meja yang sama.
menggeleng. "Memangnya ada gosip apalagi?" balas p
ciuman di depan ruangannya sama sala
pekik Nafa dengan mul
perempuan, tapi bukan ka
gangan gelas. "Siapa yang gak tertarik? Dosen tampan, bentuk otot lengan yang me
pun menepuk jidat. "Helga tuh, mana mungkin tertarik sa
a isu mengenai dosen mereka yang dicap paling tampan dan gagah, Hadyan. Karena menurut Helga, yang paling penting adalah belajar dan belajar. Gadi
ana Helga sudah berdiri. "
ke
gosip
!" balas Helga cuek samb
na mata Emma terarah. "Itu perempuan yang tadi dicium Pak Hadyan," ti
n memuji, "Cantik. Pantas kalau Pak Hadyan suka! Belu
pasang matanya tak sengaja bertatapan dengan Hadyan. Kepala Helga
akan malam sudah terlewat satu jam, karena Helga lebih mementingkan tugas kuliahnya ketimbang mema
akan berhadap-hadapan. "Calon suamimu bernama Gavi," celetuk sang kakek yang membuat Helga berhenti mengunyah sek
tengah memandangnya. "Kita sedang makan malam, Kek," balasnya malas.
nya membe
Adi menyebut nama lelaki, buru-buru menyelesaikan makannya. Dia juga segera membawa
af karena harus memaksamu menikah di usia muda
u Helga tahu dari awal uang kuliah dibantu teman Kakek, Helga tidak mungkin mau kuliah, Kek. Yang Helga s
in pernikahan ka
ng kakek. "Itu berarti tidak akan dilaksanakan setel
rnikahan sudah del
ana pernikahanmu," ucap Adi dengan satu tangan yang terulur ke kepala sang cucu. Tumpah sudah tangis cucunya beg
a tahu? Melihatku sa
teman Kakek, dan anaknya tidak mungkin setuju
tandanya dia hanya menyukai fisikku, Kek. Bagaimana kalau d
hapus air mata yang turun di pipi sang cucu, lalu mengusap rambut hitam panjang itu. "Berjanjilah pada Kakek untuk menjadi istri yang penu
h Helga yang sudah menangis begit
k bahwa dirinya akan dijodohkan dengan anak dari teman sekaligus majikan Adi serta kebenaran bahwa hampir tujuh puluh persen biaya kuliah dibantu oleh
ubuh Helga ke dalam pelukannya. "Hanya itu tadi pesan Kakek sebelum meninggalkanmu. Kakek tidak ingin cucu Kakek satu-satunya kesep
us melihat lengan Hadyan dirangkul oleh perempuan berbeda lagi. Ya, orang itu berbeda dengan perempuan yang diajak ke kantin
ang Pak Hadyan yang kurang tegas?" tanya Nafa, tentunya tak berani kencang-k
mbuang napas panjang, Helga menutup mata lantaran ucapan Nafa cukup membuatnya merasa
belum lagi skripsi. Bulan besok sudah semester tujuh," cuma itu ya
nya tak bisa berhenti bicara. Ia terus mengatakan bahwa Hadyan dosen yang sebenarnya la
fa mulai mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemeja. "Coba, lihatlah!" ujarnya seraya menunjukkan p
strinya," jawa
Nafa kesal. "Pak Hadyan pernah bilang k
kali ini Helga bertanya dengan sedikit tertawa.
. Itu juga alasanku kenapa suka sama Pak H
ndi
ya ... mungkin aku masih bisa daftar!" Nafa meme
isterius itu geleng-geleng kepala
s sama perempuan itu," ungkap Helga memberitahu. Seketika itu jug
dah menikah, Hel? Pak Ha
ut Helga makin memp
ngan tampang kaget. Nafa bahkan diam mematung, merasa kaget sekaligus kecewa yang sa
ri meremas gawai lalu berlari menyu
ngerjakan sebagian tugas akhir yang membuat otaknya harus kembali mengingat semester awal lagi. Namun, belum samp
tanya He
l pak Hadyan d
Hadyan sampai panggi
belum berlari dan menjawab, "Jangan lupa aktifkan ponsel untuk
annya lagi tanpa bersuara. Ingin menyusul dan bertanya, tapi dia sendiri kelel
intu dibuka dan menampilkan sosok pria berkemeja hitam lengan panjang yang digulung hingga melewati siku. "Silakan dud
boleh tahu, ada apa Pak
ang cukup tebal itu pada Helga. "Harap periksa di bagian pertengahan sampai akhir. Perhatika
aporan itu, dia belum mengeceknya lagi. Jadilah kini harus direvisi, dan tentuny
han saya, Pak." Hadyan mengangguk lalu mempersilakannya keluar.
erempuan keluar dengan ekspresi terkejut saat tatapannya tak sengaja bertemu dengan Helga. Helga pun sama, ia juga
-He
a keluar dari ruan
ga yang penasaran dengan Emma ragu ingin bertanya. Sementara Emma juga tak ada tand
ku tidak akan ke kantin." Emma mengangguk saja, dan Helga pun berbelok ke kiri dimana perpustakaannya bera
ak Hadyan." Helga cuma terseny
" Helga lantas melambai dan buru-buru. Ia sampai memper
ma yang keluar dari kamar kecil sang dosen dengan muka basah dan tampang terkejut. Dia jadi teringat pula akan tampi
hak ikut campur dengan urusan orang lain," pekik Helga tertahan s
esan. Seketika itu juga Helga menegakkan kepala serta tubuhnya dengan mulut menganga lebar. Te
Pria itu tengah memakai jas, dipotret dari samping. Sudah bisa dipastikan Helga syok bukan main. T