a yang terbaring di sana. Sedikit mengerang kesakitan, Helga berusaha duduk sambil membungkus penuh tubuhnya dengan selimut putih te
adyan. "Sial! Aku tidak percaya kenapa aku bisa ditaklukkan!" Mengacak-acak rambutnya yang sudah tidak rapi, Helga kecewa
tuh, tapi tidak akan ada malam-malam berik
ertama yang konon katanya indah, ternyata penuh air mata kesakitan. Pagi hari ini pun ia
a?!" Helga berdecih, namun tiba-tiba dia memekik. "Aw!" Menghentikan lang
mandi dan melepaskan selimut dari tubuhnya, tangan kiri Helga menanggalkan selimut di lantai ketika tubuhn
sumpah serapahi Helga juga berada di sana. Lelaki gagah yang tengah berg
panjang yang digulung sampai siku, Hadyan melangkahkan kaki ke pintu walk in closet yang langsung terhubung dengan kamar
angan itu dan angkat kaki dari kamarnya. Bergegas keluar untuk turun ke ruang makan, Ha
m di bawah guyuran shower. "Oke, kita lihat nanti. Kau akan melepaskan mantan istrimu sepenuhnya atau aku yang m
antik. Walaupun mengenakan celana jeans panjang dan atasan blouse putih gading lengan panjang, perempuan itu tampak
ti," ucapnya terjeda kala mengingat wajah Ilana. "Ah, sudahlah
Permisi," kata yang berasal dari suara perempuan yang sudah Helga kenal, suster
m ramah diberikan, dan suster tersebut mengangguk tersenyum. "Apakah
ya mengangguk. Dirinya mengikuti langkah kaki suster Ivander sampai tiba di kamar bocah tiga t
adi bagian di keluarganya." Helga tersenyum dan melanjutkan, "Sudah
tidak apa-apa kalau belum t
dan tak ragu untuk mendaratkan ciuman sayang ke puncak kepalanya. Sementara Sonya,
run untuk sarapan," bisik Helga tepat di telinga putra sambu
itu perlahan membuka matanya dan melihat sosok Helga yang duduk di sampingnya yang ma
letakkan pakaian Ivander di atas ranjang tua
elga pun memberikan usapan lembut di punggung Ivander. "Kenapa Ivande
turut mendekat dan mengelus-elus tangan anak majikannya yang memeluk leher belakang Helga. "Aku
melepas pelan-pelan kedua tangan Ivander dari lehernya. Tersenyum manis pada bocah tampan itu dan mengusap-us
njawab, "Ivander sudah mandi sendiri, tuan Hans yang sering mengajarinya, tapi sa
u mandi dit
mpak mengembang dan tanpa digandeng, Ivander turun dari ranjang. Jari-ja
er yang mendengar itu merasa terharu sampai mendongakkan kepala. Sementara Ivander yang sepasang
tra sambungnya berpakaian setelah meminta Sonya untuk menyiapkan tas sekolah Ivander. Merek
uap-suapan dari pasangan yang sudah tidak ada ikatan pernikahan, terpampang saat kakinya m
as. Kemudian menatap putra kandungnya dengan wajah berbinar-binar. "Wah, anak Mama tampa
diri di sampingnya. Ivander mendongak dan mengatakan, "Mama Helga, ayo kita makan sama-sama, Ma
m lebar, Helga berjalan maju bersama Ivander. Lalu menarik kursi yang berhadapan dengan Hadyan,
." Membuat Ilana yang merasa tersindir mendelik seketika. "Eh, s
lat,
okelat kita jadi." Ivander dengan santai mengangguk dan Helga meraih roti tawar untuk Ivander dan dirinya. Sesuai dugaan, Sonya membuatka
anggu jarinya. "Hargailah tamu yang datang, setidaknya menyapa. Apaka
yang tinggal di sini dihargai?" Tatapannya dilemparkan pa
ti ini demi menjaga karierku. Semoga kau tidak cemburu." Senyum p