Masih melirik Nafa, dia bertanya,
pemiliknya. "Omong-omong, Hel ... kenapa pak Hadyan hanya memberi tugas
ku tida
sudah diselesaikan dari bulan lalu, 'kan? P
imana tidak? Dari sekian banyaknya mahasiswa di kelas, hanya dirinya yang diminta untuk membuat puisi. "Memang cari masalah," batin Helga sa
eja menopang kepala. Sambil menatap lekat-lekat Helga yang tengah minum
ya, ia terbatuk-batuk dan Nafa memberikan tepukan pelan di punggung. Helga melirik temanny
sia-sia." Kesepuluh jari Helga kembali menekan tombol keyboard. Sesekali matanya memeriksa hasil tugas y
a sangat susah dihubungi, namun Helga yang benar-benar sudah larut dalam mengerjak
rus. Terlebih lagi, yang dibahas Nafa sedari tadi adalah Ilana. Wanita yang sudah menjadi mantan, tetapi pura-pura menjadi istr
a di sisi kiri Nafa. "Ada berita panas, Fa!" tekannya namun berbisik. Sepasang tangan
epat-cepat pergi dari hadapannya. "Nafa, bangun!" seru Helga tepat di telinga kanan Nafa bersama kedua tangannya
bil celingak-celinguk. Napasnya tak beraturan, efek dari laman
erita
isi duduk agar berhadapan dengan Emma. "Aku lebih panas! Eh, maksudku beritaku lebih panas ... ini tentang pak Hadyan!" Na
iam, dia menarik lengan Nafa agar temannya itu s
penemuanku. Yang ini serius,
rasi karena lengannya terus ditarik Emma, mau tidak mau harus bangkit. Mengap
Kini ia menggeleng, walaupun sebenarnya juga penasaran tentang informasi panas dari Emma. Di
tanya Helga pelan saat kedua sahaba
revisi. Memasukkan semuanya ke dalam tas tangan, termasuk boto
t Helga semakin cepat pula mengayunkan kaki. "Bukannya ini arah ke parkiran khusus pengurus kampus?" lirih H
h-engah. Tiba-tiba saja ia melihat tangan Emma menunjuk ke arah sesuatu, dan Helga p
tampan nan gagah itu tengah berjalan, dan kini membukakan pintu mobilnya untuk Ilana. Tak hanya itu, dengan
an mahasiswi yang berdirinya tak jauh dari Helga berada. "
u diragukan. Cantik, seksi, ka
arik, badannya menggod
hnya mengangguk setu
pemotretan," ujar seseorang dari belakang Helga yang membu
n sudah menikah, tapi kenapa harus b
rhatian dari ist
wab seorang mahasiswa yang ikut berkomentar. Detik selanjutnya ia mendapat beberapa pukulan dari sek
linganya ikut panas. "Laki-laki selingkuh itu karena memang dasarnya tidak suka komitmen. Begitu pun sebaliknya kalau w
ke arah parkiran dosen, dapat melihat mobil hitam suaminya bergerak pelan menjauh. "Ternyata rencanamu untuk m
an dua temannya itu senyumnya terurai. Akan tetapi, pertanyaan Nafa membuatnya berhasil menga
an?" tanya Emma menambahkan, dan pindah posisi j
ngan alasan Helga, karena tahu bahwa tidak mungkin Helga tertarik dengan Hadyan. Itu hal paling
di medsos, Em. Wanita tadi
dengan tatapan sedihnya. "Aku lihat-lihat dia bukan tipe w
nya juga genit. Berarti mereka serasi, yang satu playboy, yang
liknya," sahut Helga yang membuat dua temannya di kanan dan kiri menoleh bersamaan ke