merasa cukup resah. Bukan tanpa alasan, itu terjadi karena pesan dari Hadyan yang meminta dirinya untuk datang ke
ini ucapan Emma membuat hatinya merasa sedikit aneh. Ada ketidaksukaan kala mend
maniku menemu
n berkemeja merah itu
ka kalau bertemu pak Hadyan." Nafa melipat tangannya dan menambahkan, "Kalau
enjawab sembari tertawa terbahak-bahak. "Siapa
n menimpali, "Mungkin buka
an jadi istri kedua,
seraya melambaikan sebelah tangannya. "Aku ke ruangan pak Hadyan, hati-hati di
di. Perih begitu terasa tepat di bagian tubuh yang sudah dikoyak sang suami. Al
elakang dan membuat perempuan itu menoleh seketika
u bilang, kutemani ke ruangan pak Hadyan kalau kamu takut." Helga tersenyum singk
n menuju ruang dosen paling menawan nan memesona kaum hawa. Belum sampai ruanganny
a main sama cewek itu," lirih Nafa setengah berbisik di belakang Helga
a lagi pelakunya jika bukan sang dosen, dan itu membuat Helga sedikit mer
atar. Gadis yang Helga tebak sebagai adik tingkatnya sudah menunduk
, dan dibalas dengan senyuman. "Kau m
abat," bisik Emma lalu buru-buru putar badan. M
lah, ini masih di kampus. Dia tidak mungkin melakukan yang aneh-aneh padaku." Mengambil
nya. Ia yang teringat akan tugas proposal kemudian membuka hand bag putih. M
isi, dan mohon
dan di kampus ternyata berbeda seratus delapan puluh derajat." Helga menatapnya den
delik. "Loh, bukannya sudah saya kirim lewat email Bapak?
s dengan tangan, buka
gas puisi yang Bapak minta. Apa
striku di rumah dan di tem
u ditulis tangan atau diketik, tapi tugas saya sudah terkirim," jawabnya lalu membalikkan b
yang berwarna abu-abu. Aku i
an napas panjang sebelum bersuara. "Oke! Tapi malam ini kau tidur sendiri!" balasnya seraya menekan kenop pintu. "Kau p
"Ternyata milikku terlalu liar," lirihnya sambil melirik tugas Helga. Tanga
am
amun ditarik untuk mengikuti kaki mungil Ivander ke bagian belakang rumah. "Mama belum ganti baju, be
ari tadi berusaha menenangkan Ivander memberit
epalanya dan tersenyum. "Berenang
engan muka melasnya. Bahkan dua tangannya kini saling mengatup
a Helga ganti baju dulu. Ivander sama Sus Sonya dulu." Helga pun memberikan tangan
Helga tak menyangka jika bocah itu sudah mampu menggerakkan kaki dan tangan dengan lincah di dalam air. Keser
enang. Membuat baju Sonya basah, tapi tawa bahagia keduanya menular padanya
minya disebut. "Oh ya? Kalau begitu biar aku yang akan memarahinya," b
a ... tapi, saya di
nang-senang supaya pikiran tetap segar," jelas Helga sebelum dia mengambil susu cokelat di atas nampan yang berada di meja pinggir kolam. "Ivander minum susu
a berat itu terdengar persis di belakang
yang menoleh dan mendongak, bisa melihat sosok Hadyan masih mengenakan kemeja abu-abu yang l