ya langkah kaki pemuda itu masuk ke dapur. Ruang tamu yang berantakan sebelum dia pergi sudah sangat bersih dan rapi. Sampah dan barang yang berserakan dilantai telah die
lumayan pandai dalam urusan mengelola pekerjaan rumah. Dia pik
ria itu menyeringai senang. "T
ekat wastafel, dia mengenakan pakaian rumah biasa. Kaos oblong oversize dan hot pants yang dia padukan dengan apron berwarna ungu. Rambut pirang panjang yang biasa dia ikat ekor k
sepasang pengantin baru,
jadi biarkan Delmar merahasiaka
antaran isinya sudah bukan hanya air mineral botol saja, ada beberapa stock makanan juga disana. Apakah seharian ini Gyd
erempuan itu berisik dan membuat kepalanya pusing. Jadi, dia hanya meng
"Aku sudah merasa sangat baik. Leb
pemuda itu sekali lagi setelah dia sempat melongok ke arah panci yang masih berada diatas komp
ilmu kalau sudah siap makan," sahut Gyda, dia menggunakan sendok sup
dan kemudian pergi ke kamarnya dan mengiku
*
i sambil memasak, sesekali dia melirik ke arah pintu kamar mandi yang terisi oleh entitas pria itu. "Ayolah Gyda, sekarang kita
artment ini. Meski kecil tapi jelas isinya padat dan tempatnya juga strategis. Gadis itu juga suka dengan suasana damai yang membuat dia jauh lebih tenang. Bahkan meski baru
pada kediamannya saja, melainkan roommate menyebalkan yang tidur di sebelah kamarnya. Meski
tipenya, dan tidak akan
k dan menahan dirinya dari perasaan t
yang Gyda tidak mengerti. Bahkan su
dan tentu saja sudah berada dalam posisi yang segar dan harum. Membuat Gyda harus m
bahwa mereka kini sedang makan bersama. Lagi-lagi wajah si gadis cemberut, be
ia merasa tidak perlu banyak pen
api anehnya itu tidak berlangsung lama sebab semakin pudar seiring dia meny
memang tidak
idak menc
ak ingin pindah
a dengar
" potong Gyda cepat dengan sebuah pertanyaan yang sed
angan so
man manis, seraya mengedipkan bulu matanya yang lentik di depan m
ang kaku. Biasanya pria akan meleleh dengan senyumannya dan kalau Gyda sudah b
sedak makanannya sendiri. Gyda meny
nya tidak jelas, Gyda agak kecewa karena tidak menemuk
, masih tidak percaya dia akan terpengaruh oleh ser
, meskipun dalam hati dia menerikan yel-yel kemenangan. Meskipun Delmar tidak mengatakan apa-apa
pada mantranya." Sekali lagi Delmar hanya sanggup
asa menang, Delmar memilih untuk menyelesaikan makan malamnya secep
arus konsisten dengan perkataannya sendiri." Delmar merasa dirinya sudah gila k
dengan isi kepalanya, justru Gyda merasa pua
na juga ka